Ranjiel harus menahan diri untuk tidak berteriak kesal, saat ini ada seorang gadis manis yang sedang menatapnya, bahkan gadis itu hanya mengenakan bikini sebagai media untuk menutupi tubuhnya yang seksi.
Pemuda yang baru saja kembali dari kampus itu langsung saja duduk. “Lo ngapain sih pakek pakean kek begituan, Vier?”’
Vierra yang mendengar keluhan Ranjiel segera berjalan dengan anggun, ia menghampiri Ranjiel, lalu duduk di pangkuan pemuda itu.
“Apaan sih?” Ranjiel menatap.
“Vierra kan janji mau buat Anjiel jatuh cinta. Anjiel nggak suka ya?”
Ranjiel hanya bisa bungkam, ia sampai lupa dengan kejadian kemarin malam.
“Ih ... Anjiel asti lupa ama perjanjian tiga bulanan kita.”
Ranjiel menatap, kemudian meraih kain berwarna merah muda yang berada di sofa tempatnya duduk. Pemuda itu kemudian menutupi tubuh Vierra, dan ia mengembuskan napasnya pelan.
“Vier, kalo lo mau ngebuat gue jatuh cinta, lo lakuin yang bener.” Segera saja Ranjiel memberikan Vierra satu kecupan pada pipi.
“Gue sayang lo, tapi gue belom cinta ama lo. Vier, jangan nujukin badan lo begitu ke cowok, jaga harga diri lo kalo emang mau jadi bagian dari hidup gue.”
Vierra terpaku, ia tak menyangka jika Ranjiel yang dikenal sebagai penjahat kelamin bisa bicara seperti itu kepadanya, ia merasa bingung kenapa pemuda itu mengabaikan dirinya begitu saja.
“Bangun, gue mau mandi.”
Vierra yang mendengar ucapan Ranjiel segera berdiri, ia menatap Ranjiel dengan saksama, dan memandangi pemuda yang kini sudah memilih pergi dari hadapannya.
Sedikit ada rasa sakit, Ranjiel tidak tertarik meski ia nyaris telanjang. Apa pemuda itu berubah menjadi impoten?
Sementara Vierra masih termenung, Ranjiel yang kini tiba di kamarnya menghela napas. Pemuda itu merasakan benda tumpul pada selangkangannya mengeras, sial ... sangat sial ... kenapa Vierra harus melakukan hal bodoh seperti itu?
Apa Vierra ingin dia menjadi seorang b******n lagi?
Bisakah Vierra memahami dirinya yang sangat ingin berubah dan tidak terlibat dengan percintaan panas dengan perempuan?
Dan ...
Seharusnya Vierra tahu, jika dirinya akan terus menjaga kehormata Vierra jika mereka memang akan memiliki hubungan yang lebih serius ke depannya nanti.
“Sial! Gue heran, kenapa cewek-cewek mikirnya n*****t itu bagian dari ngebuktiin cinta. Apa mereka nggak mikir harga diri bakalan ancur kalo cuma jadiin hal begituam buat landasan?”
Ya ... itulah yang Ranjiel omelkan. Ia tidak menyukai seorang perempuan yang dengan mudahnya naik ke atas ranjang, ia benci perempuan yang hanya memikirkan seks adalah bukti dari cinta.
Ranjiel ingat, alasan dia meninggalkan Lia karena gadis itu juga menjadi orang yang naif dan sangat sulit untuk dinasehati. Dan Ranjiel juga tak ingin Vierra menjadi gadis yang hanya mementingkan ambisi dalam mengikat pasangannya melalui seks di luar nikah.