Bag 4

1606 Words
>" Pokoknya sekarang kamu harus anterin aku shopping Sayang!" "Gw udah bilang gw capek dan cuma mau tidur. Emang nanti sore gak bisa?" >"Nanti sore aku mau hang out sama temen-temenku. Ayolah Sayang~" Dino memutar bola matanya malas mendengar nada manja kekasihnya. "Lo gak kasian sama gw yang belum tidur dari kemaren?" >"Kan habis anterin aku shopping, kamu bisa istirahat." 'Istirahat katanya? Seolah dia kalau shopping cuma makan waktu satu atau dua jam aja!' dengus Dino kesal. "Gini aja deh..." Dino memijat pangkal hidungnya sendiri karena matanya sudah benar-benar harus terpejam sesegera mungkin, "Gw kirim uang ke rekening lo sekarang. Jadi stop merengek dan biarin gw tidur!" desis Dino tajam. >"Aku bukan mau uang kamu ya! Aku tuh butuhnya kamu, Dino!" "Terserah lo deh maunya gimana. Lo gak mau terima uang gw juga gak masalah. Intinya, gw gak bisa anterin lo!" >"Tap..." "Gak ada bantahan!" Terdengar helaan napas kesal di seberang sana. >"Ya udah kirimin uangnya sekarang! Aku tunggu!" Klik... Dino menatap ponsel yang panggilannya sudah terputus karena kekasihnya - Caroline -, mematikan panggilan itu secara sepihak. "Cih!! Dasar ni cewek matre! Ngambek masih aja mau duit gw!" Dino kembali berjalan keluar gedung perkantoran Danudirja Furniture ke arah di mana letak mobil sedan merahnya berada. Pria itu tidak meletakkan mobilnya di area parkiran, melainkan di luar gedung Danudirja yang di jaga oleh satpam perusahaan Papinya. Dino memang tumbuh menjadi pria arogan, egois dan suka seenaknya sendiri. Mungkin karena terlahir sebagai anak bungsu, sehingga pria ini lebih sering dimanja oleh kedua orang tua serta kedua kakaknya. "Sepuluh juta cukup kali ya," monolog Dino sambil mengutak atik ponselnya sendiri untuk mengirim sejumlah uang ke rekening wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama enam bulan itu. Setelah menyelesaikan transaksi dari ponselnya, ponsel Dino kembali berbunyi namun kali ini karena ada sebuah pesan masuk. //Caroline Thanks sayang :*. Kamu emang yang terbaik Dino-ku :* "Cih! Dasar emang Beneran cewek matre!" sungut Dino lalu pria itu memasukkan benda pipih di genggamannya ke dalam saku celana bahan yang dia kenakan. Dino terus melangkah dengan tergesa-gesa karena benar-benar ingin cepat sampai rumah. Tanpa pria itu sadari, dari arah berlawanan, seorang gadis berjalan tergesa-gesa persis seperti apa yang di lakukannya. Karena mereka sama-sama tak fokus pada pemandangan di depan mereka, tabrakan kedua orang berbeda jenis kelamin itu pun tak dapat terelakkan. Bruukk... "Aww!!" "b******k!!" Pekik mereka bersamaan dan sama-sama memundurkan langkah tanpa sadar akibat tabrakan yang terjadi. Gadis itu dan Dino saling pandang beberapa saat, lalu mata gadis itu beralih ke arah kemeja putih serta jas abu yang dikenakan Dino yang ternyata sudah ternodai oleh jus alpukat yang dibawa gadis itu. Mata gadis itu melotot sempurna. Jantungnya berdetak kencang sambil menelan saliva susah payah. Mata gadis itu beralih kembali ke arah wajah Dino dan tatapan mereka kembali bertemu. "Kayaknya memang hari ini akhir hidupku..." bisik gadis itu - yang ternyata Alea - tanpa sadar. Dino menatap gadis di depannya ini dengan pandangan murka setelah menyadari apa yang terjadi. "Lo jalan pake mata gak sih??!!" bentak Dino kesal. "Eng-eng... Sa-saya jalan pakai kaki, Pak Dino..." balas Alea polos namun terdengar bergetar karena dirinya benar-benar takut terkena amuk oleh putra bungsu Ardhito Danudirja ini. Tadi pagi saja, dirinya sudah terlibat perkelahian oleh pria tampan di depannya ini, masa siang ini dia harus kembali mengulang hal yang sama? Mungkin kalau dia tidak tahu siapa Dino, Alea akan dengan senang hati membentak balik pria ini. Tapi kan sekarang dia tahu siapa pria ini, dia si Dino Rasendriya Danudirja, si putra bungsu keluarga Danudirja yang secara tak langsung adalah Bosnya juga. "Lo tuh..." "MAAF, PAK DINO!!! SAYA BENERAN GAK SENGAJA!!" teriak Alea sambil memejamkan mata dan menangkup kedua tangannya ke arah Dino berharap kemurahan hati pria tampan ini. Dino terdiam beberapa saat, karena terkejut oleh teriakan Alea, namun detik, selanjutnya mendengus kasar. "Sekarang lo yang buat salah, jadi... bagaimana caranya lo bisa pertanggung jawabin perbuatan lo ini?" desis Dino tajam sambil menunjuk pakaiannya yang sudah kotor itu. "Hah?" "Baju gw kotor!" "Hah?" "Hah! Hoh! Hah! Hoh! Kayak tukang keong aja lo!" sindir Dino. " Lo tadi pagi bersikeras minta pertanggung jawaban gw waktu gw gak sengaja nendang ember sialan itu. Sekarang gw minta lo tanggung jawab atas apa yang udah lo lakuin ke baju gw!" ucap Dino kembali dengan kesal yang semakin menjadi karena ternyata wanita di depannya ini sepertinya lemah otak alias tulalit. Bahkan Dino sampai lupa, kalau dirinya ngantuk luar biasa. Sepertinya rasa kantuknya hilang begitu saja akibat insiden tersiram jus alpukat. Dan pelakunya adalah gadis yang sama yang tadi pagi menuduhnya sembarangan. "Sa-saya punya lap bersih, Pak." Alae langsung merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah handuk putih kecil dari sana. Alea langsung mengarahkan tangannya ke arah jus alpukat yang sudah menempel di kemeja putih pria itu untuk membersihkan nodanya. Baru beberapa usapan, Dino langsung menahan pergelangan tangan mungil yang dimiliki Alea. "Beraninya lo pakai lap yang belum tentu bersih itu buat lo usap ke baju gw!" "Ini lap beneran bersih kok, Pak. Saya belum pakai sama sekali." "Gw gak percaya! Lagian, kemana gadis cerewet yang tadi pagi nuduh gw sembarangan? Kenapa sikapnya sekarang jadi penjilat setelah tahu siapa gw?" tanya Dino sinis yang mampu membuat Alea membeku. Dino membebaskan pergelangan tangan Alea sedikit kasar, sampai gadis ini mundur beberapa langkah. Lalu selanjutnya, tanpa diduga, Dino melepaskan jas abunya lalu melemparkannya ke arah Alea yang refleks di tangkap gadis manis ini. Pria itu juga menanggalkan kemejanya sambil menatap Alea tajam lalu kembali melakukan hal yang sama, melemparkan kemejanya ke arah Alea. Alea memelototkan matanya melihat d**a bidang di depan matanya ini. Semburat merah di pipi gadis ini tak bisa dicegah karena ini baru pertama kalinya Alea melihat d**a bidang polos tanpa tertutupi apapun. Untung saja area depan kantor sedang tidak ada yang berlalu lalang dikarenakan jam istirahat telah usai. Karena kalau tidak, pasti para karyawati di perusahaan Danudirja akan berebut untuk melihat d**a bidang si aktor tampan yang menggoda iman ini. "Seneng sama apa yang lo liat?" tanya Dino masih dengan nada sinis. "Lo buang aja tuh baju! Gw gak butuh lagi!" Setelah mengucapkan kalimat sombong itu, Dino berjalan melewati Alea yang wajahnya sepertinya sudah tak mampu lagi menahan emosi. Masa hanya gara-gara diusap pakai handuk kecil milik Alea, Dino langsung merasa jijik pada bajunya? Sampai-sampai pria itu memerintah Alea untuk membuang baju yang masih layak pakai ini?? Yang benar saja! "Dasar cowok sombong!" bisik Alea tajam. Wajah merah malu Alea melihat d**a bidang Dino, kini sudah bercampur menjadi merah karena amarah. Alea membalikkan tubuhnya ke arah Dino yang sudah berjalan semakin menjauh. "Pak Dino!" Panggilan Alea mampu membuat Dino menghentikan langkahnya. Pria tampan yang sedang bertelanjang d**a itu pun membalikkan tubuh, lalu bersedekap sambil menaikkan sebelah alisnya ke arah Alea. "Apa lagi, Nenek Cerewet?" tanya Dino datar. "Saya bakal tanggung jawab buat bersihin kemeja sama jas Bapak!" ucap Alea sambil mengangkat pakaian Dino yang berada di tangannya. "Gw udah bilang bua..." "Kalau Bapak mau buang, buang aja sendiri setelah saya kasih ke Bapak kembali! Jangan mentang mentang situ orang kaya terus memperlakukan saya seenaknya! Dan apa tadi Anda bilang? Anda ngatain saya penjilat hanya karena saya minta maaf?" Alea tertawa kesal lalu kembali menatap Dino tajam. "Asal Bapak tahu, saya minta maaf karena saya merasa bersalah. Bukan karena saya takut karena sudah tahu siapa Bapak sebenarnya! Tadi pagi saya juga minta maaf karena saya udah nuduh Bapak sembarangan, bukan karena saya nyuruh Bapak bawa ember yang Bapak tendang! Jadi sepertinya, Anda salah paham! Saya akan siap berkelahi sama Anda kalau saja kejadian barusan Anda yang salah. Tapi kenyataannya, di sini saya yang salah! Jadi Anda jangan kegeeran bilang saya menjilat Anda! Gak ada untungnya buat saya!" ucap Alea panjang lebar dengan ber api-api yang mampu menbuat Dino tertegun. "Kalau baju ini sudah bersih, Saya akan langsung kasih ke Bapak. Kalau begitu, saya permisi, Bapak Dino yang terhormat!" tutup Alea dengan nada dingin lalu membalikkan tubuh menjauh dari Dino yang masih terpaku karena ucapan gadis yang menabraknya itu. Dino masih termenung dan memikirkan ucapan pedas Alea. Jujur saja, sudut hatinya merasa malu karena sepertinya dirinya sudah keterlaluan pada gadis itu. Drrrddtt... DDrrddtt... Getaran ponsel menandakan panggilan masuk menyadarkan Dino dari lamunannya. Langsung saja pria tampan dengan surai coklat ini mengangkat panggilan dari ponselnya karena melihat nama yang tertera di layar. "Halo, Mi?" >"Pulang, EDEK! Kemana wae sih??!! Katanya Manager kamuh teh kamuh belum tidur yah?" "Ya, Mi..." >" Ya udah pulang ayena, Dek! Mamih tunggu! Awas kalau sampai kamuh teh gak sampai rumah dalam waktu satu jam dari sekarang, Mamih obrak abrik tempat syuting EDEK!" Dino tertawa kecil mendengar ancaman sang Mami yang selalu heboh di segala situasi. Setelah berjanji untuk pulang, Dino mematikan sambungan ponselnya. Senyum yang sempat terbit menghilang tanpa bekas tergantikan ekspresi suram. "Apa gw terlalu sombong?" monolog Dino sambil kembali melanjutkan langkahnya menuju mobil pria itu. Entah mengapa, kata-kata Alea terasa benar. "Gw gak bermaksud buat sombong kok. Gw cuma... cuma... Arrgggggghh!! Gara-gara ngantuk, gw jadi ngomong gak pake saringan!" monolog Dino kembali sambil mengacak-acak rambutnya sendiri frustasi. Sementara di lain tempat, Alea memaki dirinya sendiri sambil menggigit kukunya gugup. "Aku kayaknya udah harus siap-siap kalau Pak Ardhito mecat aku..." bisik Alea sendu. "Tapi aku gak nyesel udah maki-maki tuh cowok sombong! Kenapa sih dia tuh beda banget sama Pak Ardhito dan Pak Bara??!! Kesombongannya bikin aku naik darah! Dia fikir harta dibawa mati apa! Arrgggggghh!!! Bikin bad mood aja sih tuh orang! Mana aku harus bohong pula sama Mbak Dinar kalau buah alpukatnya habis! Huft... Hilang deh uang dua belas ribu ku buat kasih ke Mbak Dinar... Padahal kan jusnya tumpah... Iissshhh!!! Kesel!" omel Alea lalu mengubur wajahnya di meja yang tersedia di ruangan nyaman yang memang disediakan khusus cleaning service  ber-istirahat.  ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD