Bab 3 Benar-Benar Kaya Raya Sampai Menyaingi Negara

1607 Words
Lemari emas ini seukuran lapangan sepak bola, dan uang tunai di dalamnya tertumpuk seperti gunung. Dari kejauhan, isi lemari emas ini tampak seperti perpustakaan. Uang-uang tertata dengan rapi dan berbaris-baris, benar-benar pemandangan yang sangat menakjubkan! Aku akhirnya memahami apa yang dimaksud dengan kaya raya sampai menyaingi negara. Ternyata inilah yang disebut orang kaya yang kekayaannya sampai menyaingi suatu negara! Setelah menelan ludah, aku berkata pada Herman, “Paman Herman, bisakah aku menggunakan uang ini dengan bebas?” “Ya, selama Anda menandatangani kontrak, Anda dapat menggunakannya dengan bebas tanpa perlu melakukan formalitas apa pun. Hanya dengan verifikasi wajah, Anda sudah bisa mengakses semua yang ada di sini.” Sambil mengatakan hal tersebut, dia memberiku kontrak lagi. Karena aku sudah melihat tumpukan uang tunai asli, kali ini aku tidak ragu lagi dan segera menandatangani kontrak itu. Setelah menandatangani kontrak, aku berkata, “Paman Herman, bisa bantu aku mengambil uang tunai dua miliar? Aku ingin membawa uang tersebut.” “Baik, tunggu sebentar.” … Setelah keluar dari lemari emas, aku masih saja terkejut sampai-sampai aku hanya bingung dan terdiam, tidak tahu kapan dan di mana aku berada. Melihat keadaanku yang aneh itu, Herman berusaha menghiburku. “Tuan Muda, Anda benar-benar hebat! Jika saya menerima begitu banyak warisan seperti ini, saya pasti akan pingsan karena terlalu senang dan tidak bisa setenang Tuan Muda saat ini.” Aku tahu dia sedang menghiburku, jadi aku tersenyum padanya. “Paman Herman tidak perlu menghiburku. Reaksiku saat ini ‘pun tidak jauh berbeda dari yang paman baru saja ceritakan. Omong-omong, setelah menandatangani kontrak, pasti akan ada banyak urusan yang harus aku lakukan, ‘kan?” “Ya, ada banyak urusan, tapi Anda tidak perlu terburu-buru. Setelah menandatangani kontrak, Anda dapat pulang terlebih dahulu untuk beristirahat. Saya akan langsung menghubungi Anda jika ada yang harus diurus segera.” “Baiklah, kalau begitu aku akan pulang dulu.” … Setelah aku berpamitan dengan pada Paman Herman, aku merasa seolah-olah aku telah berpindah alam. Aku mencubit pahaku dengan keras untuk memastikan bahwa aku tidak bermimpi. ‘Dengan uang sebanyak ini, bagaimana aku harus menggunakannya?’ Pikirku sambil merasakan uang dua miliar yang berat di dalam tasku. Ini adalah pertama kalinya aku merasakan suatu masalah, tetapi masalah itu tidak membuatku sedih atau putus asa. Aku ingin melakukan banyak hal, namun tidak tahu harus memulai dari mana. Aku mengambil ponsel dan melihat ada beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan yang belum dibaca di ponselku. Pesan itu berasal dari teman sekelas sekaligus sahabat baikku, Martin Saputra. “Kevin, kamu mau ke mana? Sebentar lagi ada pelajaran dari wali kelas, apa kamu mau bolos?” “Aku tahu itu, sebentar, aku akan segera kembali.” Setelah membalas pesan dari Martin, aku memasukkan beberapa uang tunai ke dalam tas sekolahku, lalu naik taksi untuk pergi ke sekolah. Saat ini, sebenarnya jika aku memutuskan untuk tidak masuk kelas, atau bahkan tidak mendapatkan ijazah bukan menjadi masalah besar bagiku, namun kekhawatiran temanku sangat membuatku tersentuh, dan aku segera teringat bagaimana dia membantuku ketika aku kesulitan. Sepertinya aku sudah tahu apa yang harus kulakukan pertama kali setelah menjadi orang kaya. Mengajak teman-temanku untuk bersenang-senang bukanlah ide yang buruk, bukan? Aku memikirkan itu dengan gembira. Ketika aku kembali ke kelas, ternyata kelas pertama sudah berakhir. “Lapor!” Aku berdiri di pintu, dan meminta izin untuk masuk ke kelas. Namun, wali kelasku seolah-olah tidak mendengarkanku dan mengabaikan suaraku. Dia hanya membiarkanku berada di luar pintu. Namun aku tidak merasa cemas sama sekali, aku tetap berdiri di samping pintu dalam diam sambil mengagumi sosok tubuh wali kelasku yang cantik. Hari ini, wali kelasku tampak sangat cantik. Dia memakai rok hitam, kemeja putih, dan kacamata berbingkai hitam. Dia memancarkan aura wanita dewasa, cerdas dan seksi. Saat itu, aku juga teringat bahwa wali kelasku memiliki nama yang bagus, Aurelia. Setelah menunggu lama, Aurelia akhirnya menarikku keluar saat istirahat dan menegurku. “Kamu ini kenapa? Apa kamu tidak tahu bahwa tidak boleh terlambat ke kelas?” Aurelia terus menegurku. Namun aku tidak mendengarkan tegurannya dan fokus mencium aroma tubuhnya yang masuk ke dalam hidungku. Dulu saat membuat kesalahan, aku selalu menundukkan kepala. Tapi sekarang, aku adalah pewaris Grup Bristol! Hal itu membuatku memiliki sedikit keberanian. Ketika dia menegurku, aku mulai berani menatapnya. “Sudahlah, aku tidak akan peduli jika kamu berbuat seperti ini lagi!” Aurelia tidak memperhatikan perubahanku yang mulai berani menatap wajahnya. Usai memberikan teguran, dia memintaku untuk kembali ke kelas. Tepat saat aku duduk kembali, Daniel Halim, anak orang kaya di kelas datang dengan senyum mengejek. “Kevin, malam ini bagaimana kalau kita makan bersama?” “Makan bersama?” Martin yang ada di sampingku ingin membantuku untuk menolaknya, namun aku halangi. Daniel jelas-jelas tahu aku tidak punya uang, namun masih saja mengajakku untuk makan bersama, hal ini jelas mengungkapkan bahwa dia memiliki niat buruk. “Dengan siapa saja?” “Yang jelas akan ada wanita cantik! Malam ini, anak laki-laki dari jurusan kami berjanji untuk keluar dengan gadis-gadis dari jurusan musik.” Jurusan musik? Mendengar informasi itu, aku sudah memahami tujuannya. Semua orang yang kemarin mengerjaiku dengan "mantanku,” Lina, merupakan siswa dari jurusan musik, dan hari ini Daniel ingin pergi ke luar dengan anak-anak jurusan itu. Tujuannya sangat jelas. Dia hanya ingin aku menjadi badut dan menjadi bahan cemoohan mereka. Namun rencananya untuk mengajakku sepertinya salah besar karena mulai hari ini, aku adalah orang kaya! Saat memikirkan hal ini, aku tersenyum dan berkata, “Aku bisa ikut, tetapi aku punya dua syarat.” “Kami ‘kan mentraktirmu makan, berani-beraninya kamu membuat persyaratan?” Brandon, adik Daniel menjadi kesal setelah mendengar kata-kataku. “Tidak apa-apa, biarkan dia bicara.” Daniel melambaikan tangannya dengan penuh semangat. “Seperti yang kukatakan, syaratku ada dua. Yang pertama, makan malam kali ini aku yang akan mentraktir kalian.” kataku sambil tersenyum. “Kamu akan mentraktir kami semua?” Semua orang tercengang saat mereka mendengar perkataanku dan menatapku dengan kaget. Hal ini dikarenakan aku terkenal pelit. Aku tidak pernah mentraktir orang, bahkan tidak pernah ikut dalam kegiatan kelas. Bagaimana mereka tidak terkejut saat tiba-tiba mendengarku akan mentraktir mereka semua? “Kevin, apa kamu salah minum obat? Atau kamu baru saja memenangkan lotre?” Daniel menatapku dengan sangat bingung. “Tidak usah peduli soal itu. Intinya, katakan saja apa kamu setuju atau tidak?” “Untuk apa aku tidak setuju pada hal itu? Segera saja katakan apa syarat keduamu!” “Syarat keduaku adalah malam ini aku akan memberikan angpau dengan jumlah uang yang sama pada kalian semua!” “Memberi kami angpau?” Daniel tertegun, lalu mengangguk dan menyetujuinya, “Aku tidak masalah, tetapi apa kamu benar-benar punya uang untuk mentraktir kami?” “Itu urusanku.” “Tapi bagaimana jika kamu tidak bisa mentraktir kami semua? Atau begini saja, jika kamu tidak bisa melakukannya, maka kamu harus menari telanjang di depan semua orang?” Daniel mengatakan permintaannya dengan senyum kejam di wajahnya. Dengan ekspresi itu, dia sepertinya percaya bahwa aku tidak punya uang. Dia hanya menungguku untuk mempermalukan diri sendiri nanti malam. “Oke, tidak masalah.” Aku setuju dengan permintaannya, “Namun bagaimana jika aku mampu mentraktir kalian semua?” “Kalau begitu aku akan menari telanjang di depan semua orang!” Daniel begitu percaya diri hingga tidak tahu bahwa dia telah jatuh ke dalam jebakanku! “Setuju!” Aku menyetujuinya sambil tersenyum, lalu memandang Daniel dengan penuh canda. Aku tidak sabar menantikan pertunjukan bagus malam ini. …… Pukul tujuh malam, aku dan Martin pergi ke sebuah restoran bernama Java Resto di luar sekolah. Restoran ini adalah restoran paling mewah di sekitar sekolah. Restoran ini juga sangat terkenal di daerah kami. Konon seluruh tim koki berasal dari restoran berbintang di luar negeri yang biasa mematok hidangan dengan harga tinggi. Makanannya sangat enak dan lezat, sehingga restoran ini sering menjadi salah satu lokasi pilihan para orang kaya untuk makan bersama. Kalau dulu, aku mungkin tidak akan berani bermimpi bahwa suatu saat nanti aku akan mampu menikmati makanan di tempat ini, apalagi mentraktir banyak orang. Setelah beberapa saat, teman-teman kelasku tiba satu demi satu, dan kami berjalan menuju ruang makan bersama. Namun, saat baru beberapa langkah masuk, teman-teman pria di kelasku tertarik dengan seorang wanita cantik yang berada di depan kasir. “Wow, kita beruntung sekali! Kali ini bisa bertemu dengan wanita yang super cantik seperti dia!” “Cantik sekali, aku bahkan rela mati jika bisa berhubungan seks dengan wanita cantik seperti itu!” Mendengarkan bisikan mereka, aku akhirnya menoleh dan melihat ke arah tatapan mereka. Wanita di depan konter itu memang terlihat sangat cantik. Wanita itu mengenakan celana pendek denim dan kaos oblong hitam. Pakaiannya terlihat sangat kasual, namun pakaian yang ia kenakan mampu menunjukkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Sepasang kaki indahnya segera terlihat, bulat, ramping, dan sangat menggoda. Namun setelah aku melihatnya, aku buru-buru menundukkan kepalaku. Bukan karena aku ketahuan meliriknya, tetapi karena aku mengenal wanita tersebut. Siang tadi, wanita itu berada di bank, lalu memohon padaku untuk menidurinya! Saat aku menundukkan kepala, teman-temanku yang lain melihatku dan mereka mulai menertawakanku. “Hei, kalian lihat Kevin. Orang ini bahkan tidak berani melihat wanita itu!” “Haha, orang miskin seperti dia benar-benar tidak berhak melihat wajah wanita ini.” Mendengar ejekan mereka, aku hanya tertawa dalam hati. Aku tidak berani menatapnya? Aku hanya tidak ingin identitasku terungkap. Meniduri w************n seperti Linda? Jika aku ingin menidurinya, aku hanya perlu melambaikan tanganku dan dia akan segera menyodorkan pantatnya untuk bercinta denganku. Aku bahkan tidak perlu melakukan pemanasan. Tapi, kenapa dia ada di sini? Apa dia juga ada acara makan malam? Aku merasa sangat ragu dan tidak dapat memahami keberadaannya di tempat ini. Namun pada akhirnya aku berhenti memikirkannya. Wanita cantik seperti dia sudah bukan lagi menjadi masalah bagiku!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD