bc

A Different World

book_age16+
81
FOLLOW
1K
READ
revenge
reincarnation/transmigration
student
tragedy
no-couple
mystery
icy
multi-character
others
school
like
intro-logo
Blurb

Pernahkah kita membayangkan, bahwa ada kehidupan lain selain kehidupan yang kita jalankan saat ini, kehidupan yang saling berdampingan dengan realita. Dunia paralel namanya, di mana dunia yang memiliki kesamaan dengan realita, namun memiliki perbedaan yang cukup mencolok.

Aji tidak pernah menyangka ia akan terjebak di sebuah dunia paralel, di mana lewat dunia ini pula ia bisa mengungkap fakta-fakta mengejutkan.

chap-preview
Free preview
Aji Widyo
Aji Widyo, seorang pemuda berumur 18 tahun yang memilih hidup sendiri di sebuah rumah mewah bergaya Eropa. Bukan tanpa alasan dirinya memilih sendiri, ia masih tidak bisa menerima takdir bahwa ayah dan ibunya harus wafat dalam sebuah tragedi kecelakaan yang mengerikan. Kesehariannya hanya diisi dengan belajar dan berdiam diri, saat ini ia tengah menempuh pendidikan jenjang menengah atas, dan sedang dalam tahap akhir. Hari ini Aji berangkat dengan menggunakan sepedanya, tidak seperti rekan seusianya yang memilih menggunakan kendaraan pribadi. Dengan semangat Aji menyusuri jalanan yang padat merayap oleh kendaraan, ia berhenti ketika lampu merah dan berada di pinggir jalan dengan wajah yang datar. Sembari menunggu lampu berubah menjadi hijau, Aji melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 6:15 WIB, masih tersisa waktu yang cukup lama untuk berjalan dengan santai sebelum bel berbunyi. "Aji!" Teriakan itu membuat fokus Aji yang semula melihat lampu lalu lintas, teralihkan ke sosok di dalam mobil yang melambaikan tangannya seperti orang gila. Aji berdecak kesal, kenapa harus bertemu manusia seperti itu di tengah jalan seperti ini. "Aji! Woy, lu b***k?" Aji mengangguk saja sebagai jawabannya. "Kalau lu budeg, kok bisa tau gua ngomong apa, Ji? " Tin tin tin.... Lampu lalu lintas berubah menjadi hijau, Aji langsung saja mengayuh sepedanya dengan tenang, bahkan tidak mengindahkan gerutuan temannya yang mungkin saja sedang mengumpat di mobil itu. Aji berbelok ke arah kanan, di depan sana sudah tampak gerbang sekolahnya, namun secara tiba-tiba, tepat di hadapannya terjadi kecelakaan yang membuat tubuh Aji gemetar ketakutan. Brakk! Tubuh Aji membeku, ia melihat dua mobil saling tabrakan dan dalam kondisi yang mengenaskan, mobil yang berjalan dari arah gerbang sekolahnya terpental beberapa meter dan dari arah berlawanan mobil hitam dalam keadaan ringsek, namun bukan itu fokusnya, ia melihat seseorang yang sudah terkapar dengan posisi terpental ke pinggir jalan, tubuh yang berbalut seragam yang sama dengannya, itu Radit. Orang yang meneriaki namanya di lampu merah tadi. Aji merasa lemas ketika melihat kepala Radit bercucuran darah, meskipun sahabatnya itu masih dalam keadaan sadar, tapi entah mengapa kepalanya sedikit pusing melihat ceceran darah itu. Warga berbondong-bondong menolong korban kecelakaan itu, tapi anehnya tidak ada yang mau menolong Radit yang sudah terkapar. Langsung saja ia berlari dengan sempoyongan menahan rasa sakit di kepalanya. . "Dit, Radit!" Panggil Aji dengan menepuk pelan pipi Radit, mata Radit terlihat terbuka, dengan senyum lemahnya Adit malah terkekeh pelan. "Hehehe... Tadi lu gua panggil, kagak nyaut, eh sekarang elu yang manggil gue, Ji." Aji hanya menghela nafas, Radit ini memang anaknya slengean, udah tau terluka parah juga masih bisa-bisanya bercanda. Dengan pelan Aji mengangkat tubuh Radit, dan membawanya ke rumah sakit, alasan mengapa tidak ada orang yang menolong Radit, karena Radit sendiri yang menolak dengan dalih ia menunggu sahabatnya yang tak lain dan tak bukan adalah Aji. Yah, Radit melihat Aji yang mematung di persimpangan jalan dengan menatap ke arahnya, nah dengan itulah ide gila Radit muncul. "Bodoh." Setelahnya tak ada lagi percakapan di antara keduanya, bahkan Aji lupa dengan sepeda yang tergeletak di pinggir jalan, semoga saja tidak hilang nantinya. 15 menit kemudian, mereka sampai di sebuah puskemas rawat inap, Radit yang sedang dipapah oleh Aji hanya bisa meringis pelan, matanya melihat ke arah aji yang masih berwajah pucat dan berkeringat. "Ji, lu gak papa, kan? " Aji menggeleng pelan. "Gak papa, " jawabnya datar. Ia juga tidak tau mengapa reaksi tubuhnya seperti ini, yang jelas ketika melihat tabrakan tadi, ia seolah terlempar ke dunia lain yang pernah ia rasakan juga. "Gua balik ke sekolah, " ucap Aji setelah mengantarkan Radit ke ruang rawat. Radit mengangguk, ia mengerti dengan prinsip sahabatnya ini, baginya sekolah adalah hal penting yang harus ia capai, selain dari banyak hal lainnya. Aji langsung bergegas menuju sekolahnya, dengan menaiki angkot yang satu jurusan ke arah tempatnya menuntut ilmu. Sepanjang jalan Aji termenung memikirkan semua yang terjadi tentang reaksi dirinya ketika melihat sebuah kecelakaan, seperti ada rasa trauma terhadap sesuatu tapi Aji tidak tau itu apa. 1sesampainya di sekolah, kondisi sekolah sudah sepi, pembelajaran bahkan sudah dimulai, terlihat beberapa siswa terlambat sepertinya yang mendapatkan hukuman, akan tetapi pengecualian untuk dirinya. Seterlambat-lambatnya ia datang, tidak akan ada yang berani menghukumnya, hal ini dikarenakan Aji merupakan cucu dari pemilik sekolah yang merupakan yayasan keluarga besarnya. Yah, Aji sebanarnya berasal dari keluarga yang berkecukupan, bahkan berlebih, hanya saja Aji memilih menjalani hidup layaknya orang biasa pada umumnya. Ketidak hadiran sosok kedua orang tua menjadikan Aji pribadi yang tertutup dan enggan bersosialisasi dengan lingkungannya saat ini. Dia bukan apatis, hanya saja menjauhi kemungkinan-kemungkinan orang yang mendekati dirinya dikarenakan harta. Ia melewati barisan siswa terlambat itu, bahkan sama sekali tidak menoleh ke arah orang-orang yang mungkin saja mengumpati keberuntungan nya. Ia memasuki ruang kelas yang nyatanya masih dalam keadaan tidak ada guru yang mengajar, akh! Lagi? Belajar secara mandiri. Aji menghela nafasnya lelah, kelasnya merupakan kelas terbaik, sehingga menerapkan sistem belajar mandiri tanpa dampingan guru, begitulah sistem sekolah nya saat ini, di mana siswa yang berprestasi akan disatukan dalam satu kelas dan saling berlomba menjadi yang terbaik. Satu orang pun tak ada yang menyapanya, semua orang yang berada di kelas ini fokus dengan buku pelajaran yang mereka bahas sesuai jadwalnya. Aji memilih keluar dan menuju taman belakang sekolah, di sana terdapat pohon-pohon besar yang menjadi tempat nya membaca dengan nyaman. Sesampainya di taman, Aji mulai mempelajari buku yang bersampul gambar tumbuhan dan organ-organ manusia, biologi. Pelajaran yang menurutnya paling mudah diantara pelajaran yang lain, meski harus diakui kemampuan Aji dalam pelajaran tidak diragukan lagi, karena nilai aji hampir sempurna disetiap mata pelajaran lainnya. Baik yang di luar dari jurusan yang ia ambil. Angin sepoi-sepoi menjadi teman Aji hari ini, di bawah pohon rindang yang menjadi sport favoritnya di sekolah membuat Aji sangat nyaman berlama-lama di taman belakang sekolah. Aji menatap ke segala penjuru, hanya ada beberapa orang yang terlihat sama sepertinya, rata-rata orang yang tidak menyukai keramaian sama sekali. Tak lama kemudian, ia menguap dan langsung terlelap dengan nyenyak. "Aji!!" Teriakan itu membuat Aji langsung terbangun, ia menatap kanan dan kiri mencari orang yang memanggilnya dengan keras tadi, namun tidak ada siapapun di sekitarnya. Ia mengusap wajahnya lalu menatap area sekolah yang sedang dalam keadaan sepi, astaga, apa ia sudah terlambat sekarang? Pikirnya. Aji segera bergegas menuju kelas, sepanjang jalan banyak mata murid yang melihatnya dengan pandangan takut, apa setelah bangun tidur ia terlihat menakutkan? Saat sampai di kelas pun, guru yang mengajar menatapnya ngeri, seolah dia spesies pemangsa manusia. Aji ingin meminta maaf karena sudah terlambat, namun yang terjadi malah sebaliknya. "Kenapa?" Aji terkejut mendengar ucapan yang keluar dari dalam mulutnya sendiri, apa tadi? Mengapa suaranya tiba-tiba berbeda, terlihat lebih dingin dan juga berat. "Eng-nggak papa, silangkan duduk, Aji." Aji langsung berjalan, tanpa menghiraukan teman-temannya yang lain, padahal ia sendiri ingin mengucapkan terimakasih dan juga maaf, tapi mengapa tubuhnya bergerak sendiri? Brakk!!! Aji membanting tas yang ada di bahu sebelah kirinya, ia seolah tersadar akan sesuatu, mengapa ia memakai tas? Bukannya tadi ia sudah meletakkan tas ini lalu keluar dan duduk di bawah pohon? Dan apa-apaan dengan bajunya, yang berada di luar celana? Ini bukan dirinya sama sekali. Ia menatap sekelilingnya yang memandang dia dengan pandangan takut, bahkan sampai ada yang gemetar. Situasi yang sama seperti yang ia alami sebelumnya. "A-aji, kita sa-satu kelompok." Aji langsung menolah dan menatap gadis yang berbicara itu dengan tajam. Bahkan tubuh gadis itu terlihat sangat gemetar. "Oh ya? Kalau gue gak mau, gimana?" Gadis itu tampak gugup, dan meremas jarinya terus menerus, sedangkan Aji yang melihat itu hanya tersenyum sinis, yang menurut sebagian orang sangat menyeramkan. "Ta-tapi, ini wajib, Ji." "GUA BILANG GAK MAU, YAH GAK MAU," teriakan Aji membuat beberapa siswa sampai berjengit kaget, mereka menatap gadis itu dengan pandangan kasian, tapi ada juga yang tidak peduli dan lebih menyelamatkan diri sendiri. "Ma-maf, hiks...." Aji sendiri merasa tertekan, ia tidak ingin melakukan ini, tapi seolah ada yang mengontrol dirinya dan membuat ia bergerak dan berucap sesuatu yang tidak ingin ia ucapkan. "Siapa namamu?" Tanya Aji dengan suara dingin. "Alexa." Smirk andalan Aji menjadi pertanda bahwa gadis itu tidak akan baik-baik saja saat ini. "Mulai besok, jangan muncul lagi dihadapan gue, atau lu akan tau akibatnya." Cukup, semua orang tahu maksud dari ucapan Aji, secara tidak langsung Aji mengeluarkan gadis malang itu dari kelas ini. Dan siapa pun yang melanggar ucapan Aji, maka hidupnya tidak akan pernah tenang. Aji, seorang remaja pendiam yang mempunyai sifat dingin, kasar dan juga sadis, merupakan cucu dari pemilik sekolah, yang merupakan yayasan keluarga Aji. Tidak akan ada yang berani mengeluarkannya, bahkan sesalah apa pun dia. Tak jarang pula banyak siswa yang memilih pindah dari pada berurusan dengan seorang Aji, dan Aji tidak peduli semua itu. Aji sendiri langsung pergi meninggalkan keadaan kelas yang terlihat membisu, semua mata mengikuti setiap langkahnya sampai tubuhnya menghilang. Ia memilih meninggalkan sekolah dan menaiki motornya secara ugal-ugalan. Sampai di pertigaan jalan, ia bertemu dengan rombongan geng motor yang sedang berkonvoi, ia sangat tidak menyukai dengan orang yang mengganggu aktivitasnya. Aji langsung menghampiri salah satu dari peserta konvoi itu, yang berada di barisan paling depan, mungkin dia adalah ketua dari Genk ini. Langsung saja Aji memberikan bogeman mentah tanpa rasa takut sama sekali, beberapa anak buah Genk motor tersebut tampak mengeroyok Aji, namun bukan Aji namanya jika ia kalah dalam pertarungan. Merasa belum puas memukul dan menendang, Aji langsung mengangkat tubuh ketua Genk itu ke atas lalu melemparkannya sekuat tenaga, bahkan tubuh yang lemah itu sampai terpelanting jauh, namun tanpa Aji sadari, sekitar puluhan anak buah dari Genk itu menyerangnya secara tiba-tiba, membuat beberapa bagian tubuhnya terkena pukulan dan sebetan benda tajam. Darah segar mengalir, Sampai membuat orang yang menepi Karena perkelahian ini memekik histeris melihat lukanya. Aji sendiri sama sekali tidak merasakan sakit, bahkan tidak ada ringisan sama sekali di wajahnya. Ia hanya menatap datar sekelompok pemuda yang sudah mengambil ancang-ancang untuk menyerangnya lagi. Akan tetapi, dikarenakan kalah dalam jumlah, aji yang sudah mulai kehabisan tenaga tidak sanggup lagi melawan sekelompok yang salih memukulnya dengan brutal. Aji mendongakkan wajahnya ke atas ketika melihat cahaya putih yang menyilaukan. Lalu mata itu mengerjap pelan, dan menatap sekelilingnya yang sudah sepi. Ketika ia hendak berdiri, ia melihat seluruh tubuhnya penuh lebam dan luka sayat, bahkan ia bisa merasakan sakit yang teramat sakit, sampai ia mengeluarkan air mata. Bukannya tadi itu hanya mimpi, lalu mengapa ia ikut merasakan sakitnya? Apa iya ada orang yang sengaja memukulinya saat ia tertidur tadi?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.4K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.4K
bc

Time Travel Wedding

read
5.3K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
8.9K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.7K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook