5 : mulai dekat

831 Words
Arka melihat sekeliling, warung ini cukup bersih dan Ramai. Ia melihat Kirana sudah duduk di sudut warung. "Nasi pecel Bu satu ya" Pesan Kirana pada pemilik warung "Yang biasa mbak Ki?" Tanya pemilik warung "Iya Bu yang biasa" "Loh kok sendirian mbak Ki, mbak Al gak ikut?" "Enggak Bu lagi keluar Ama pacarnya" Ibu warung hanya bisa ber oh ria. Kirana memandang Arka yang masih berdiri tak jauh dari tempatnya duduk "Bapak mau berdiri aja gitu?" sindir Kirana, Arka mendekat dan duduk di depan Kirana. "Bapak mau pesan apa?" Tanya kirana "Samain aja Ama kamu" jawab Arka cuek sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru warung makan tersebut. "Tambah 1 lagi Bu pecelnya" "Iya mbak Ki, wah ini pacarnya ya mbak, ganteng banget" ibu warung memandang kagum pada arka Arka yang dipuji langsung berdehem "Ehemmm..." "Eh bukan Bu, ini....mmmm temen saya, bukan pacar kok" Kirana menjawab dengan tergagap "Pacar juga gak pa pa kok mbak Ki, lagipula saya liat cocok banget kok. Nech mbak pesanannya" "Makasih Bu. Dimakan pak Arka nasi pecelnya" Kirana mempersilahkan Arka makan "Hemmm" Kirana dan Arka segera menikmati nasi pecel di hadapan mereka. Baru beberapa suap mulut Arka seperti terbakar "Hu...ha..hu...ha...Pedes... Pedes..." Air...air" muka Arka memerah menahan rasa pedas Kirana segera menuangkan air di teko yang ada di meja ke gelas dan menyodorkan ke Arka, sekali teguk segelas air dah dihabiskan tapi Arka masih kepedesan sehingga Kirana menuangkan segelas air lagi. "Bapak ini gak tahan pedes kenapa pesen sama kayak yang saya pesen Sech" gerutu Kirana "Ya mana saya tahu kamu pesan pedesnya maksimal gini" jawab Arka masih sambil kepedesan "Ya udah bapak saya antar pulang yuk" Ujar Kirana sambil berdiri Kirana mengambil uang 20 ribu dari dompetnya dan diberikan pada ibu warung. "Bapak tinggal dimana?" tanya Kirana "Di apartemen itu" tunjuk Arka sambil memegang perutnya "Bapak mules perutnya?" "He eh melilit banget" "Ya udah buruan" Akhirnya mereka sampai di apartemen Arka, Arka segera ke kamar mandi dalam kamarnya sedangkan Kirana masih termangu di ruang tamu apartemen Arka yang luas. Setelah menunggu setengah jam Arka pun keluar kamar sambil masih memegangi perutnya yang mules. "Perut bapak masih sakit?" Tanya Kirana dengan wajah kuatir. "Udah nggak apa apa kok, kamu pulang aja ya" "Beneran bapak udah nggak pa pa?" "Iya" ucap Arka sambil tersenyum padahal perutnya masih bergejolak. Akhirnya Kirana pulang tapi dengan perasaan tak menentu karena dia jadi penyebab bosnya diare karena makan pedas Arka Terbaring lemah di tempat tidurnya karena kekurangan cairan, karena terlalu sering ke kamar mandi buang air besar. Akhirnya dia memilih menelepon mamanya, orang tua Arka pak Bondan dan Bu Lia tinggal di Jakarta juga cuma mereka tinggal di Jakarta Selatan, Arka memilih tinggal di apartemen agar lebih dekat dengan kantor "Tut....Tut...Tut...." "Halo...." Suara Bu Lia menjawab "Halo ma..." Jawab Arka lemah "Ya ampun Arka sayang kamu kenapa nak, kamu sakit" Bu Lia bicara dengan kuatir "Iya ma, mama bisa kesini? aku diare ma buang air terus, lemes nech" "Ya ampun kamu habis makan apa Sech, ya udah mama segera datang" Bu Lia langsung menyambar tas tangannya dan berlari turun dari lantai 2 rumah mewahnya. Pak Bondan yang lagi santai di ruang keluarga langsung ikut pergi ke apartemen Arka. Akhirnya Arka harus opname karena kehabisan cairan disebabkan buang air besar yang tiada henti.  Keesokan harinya seluruh kantor membicarakan sakitnya Arka. Kirana yang baru datang langsung di ajak Mieke bergosip. "Eh Ki tau nggak pak Arka masuk rumah sakit" ucapnya santai "Apa!!!!!"teriak Kirana "Eh biasa aja kali, sakit nech kupingku" Mieke menutup telinganya "Eh sorry sorry...emang kenapa pak Arka?" "Entah" jawab Mieke sambil mengendikkan bahunya dan kembali ke meja kerjanya. Kirana POV Aku jadi merasa bersalah atas keadaan pak Arka yang harus masuk rumah sakit karena makan yang terlalu pedas di warung langgananku kemarin. Aku harus apa Ya? Masak aku harus jenguk... siapa lah aku ini, aku bukan siapa siapa bisa bisa di usir aku dari rumah sakit. Aku jadi tidak konsentrasi mengerjakan tugasku sampai Mieke yang meja kerjanya tepat di depan meja kerjaku melemparku dengan kertas yang dibulatkan seperti bola. "Ih apaan Sech Ke?" "Elo ngapain ngelamun dari tadi? Kerja kerja Ki" sungut Mieke "Iya iya" Mungkin memang aku harus menjenguknya karena pasti itu karena pak Arka makan pecel sama aku kemarin, mana bisa bos besar macam dia makan makanan warung, pecel, pedas pula, aku berdoa agar ia baik baik saja, aku merasa bersalah karena aku dia sakit, semoga tidak ada yang serius pada keadaannya. Aku putuskan untuk menjenguknya setelah pulang bekerja, semoga keputusanku ini tidak salah. Waktu serasa lambat berjalan, aku coba fokus pada pekerjaanku namun kekhawatiranku padanya mengganggu perasaanku. Kenapa aku sangat khawatir padanya?, perasaan aneh macam apa yang kurasakan ini. Aku tak mengerti dengan diriku sendiri. Setelah jam kerja selesai, aku bergegas membereskan mejaku. "Ki, kita ke mall yuk?" ajak Mieke. "Mau apa? Ini tanggal tua Ke" "Ya window shopping lah" "Enggak ah, malah pengen beli jadinya, elo maksudku" gelakku. "Hihihi iya sih, mau gak?" "Enggak ah, gue ada urusan" "Urusan apa?" "Ada deh, want to know aja" "Ih...Kirana....!! Rese lo" Lynagabrielangga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD