Bab 4 Menangkap Si Menantu

1506 Words
Natalia terkejut. Dia tidak menduga Hendra akan datang begitu cepat dan tidak memberi mereka waktu untuk mempersiapkan diri sama sekali. Kakek Chandra juga panik. Dia memelototi Natalia dengan marah, dan buru-buru keluar dari ruang kerja. Halaman rumah Suryakencana kini dipenuhi orang. Raut wajah Hendra dingin, dan ada jejak kemarahan di kedua matanya yang sipit dan panjang. Satu pandangan darinya bisa membuat Keluarga Suryakencana tidak berani mengeluarkan suara. Di belakangnya ada tujuh atau delapan pria kuat dan kekar. Setiap orang yang akrab dengan Hendra tahu bahwa orang-orang ini adalah pengawal yang dipilih Hendra dari sekian banyak banyak ahli. Akan tetapi, biasanya Hendra jarang membawa pengawalnya keluar. Kali ini, dia datang bersama tujuh atau delapan orang. Bahkan Arjuna jarang melihat pertempuran semacam ini. Dia pikir Hendra datang untuk mencarinya sehingga dia terkejut, dan segera berpikir untuk melarikan diri. "Dalam waktu setengah jam, aku ingin melihat Ardan. Kalau tidak, Keluarga Suryakencana akan menanggung kemarahanku!” Ketika Arjuna mendengar ini, dia menarik napas lega. Ternyata Hendra datang kemari untuk mencari Ardan. "Tuan Muda Kusuma, jangan marah." Kakek Chandra buru-buru berjalan mendekat dan berkata dengan senyum di wajahnya, "Aku sudah mendengar segalanya. Bahkan jika Tuan Muda Kusuma tidak datang hari ini, aku akan mengikat Ardan si b******n itu ke kediaman Kusuma dan menyerahkannya untuk dihukum sesuka hati oleh tuan." Melihat Chandra datang, ekspresi Hendra menjadi jauh lebih hangat. "Kakek Suryakencana, kalau begitu, serahkan Ardan.” "Sejujurnya, Ardan tidak ada di kediaman Suryakencana. Aku akan segera menghubunginya. Tuan Muda Kusuma bisa beristirahat sejenak di ruang tamu.” Chandra melirik Natalia. "Natalia, masih tidak mengundang Tuan Muda Kusuma istirahat ke ruang tamu?" Natalia berkata dengan suara dingin dan samar, "Tuan Muda Kusuma, silakan lewat sini.” Ketika dia tiba di ruang tamu, Natalia meletakkan secangkir teh di depan Hendra. Hendra mencibir, "Natalia, seandainya kau menikahiku sejak awal, apa Kakek Chandra masih berani menyuruh-nyuruhmu? Sayang sekali. Kesempatan hanya datang satu kali dan begitu kau melewatkannya. Tidak akan ada kesempatan lain lagi.” "Jangan mengungkit masa lalu," ujar Natalia dengan dingin. Sikap acuh tak acuh Natalia membuat Hendra sangat tidak senang. Keluarga Suryakencana sudah dalam masalah serius. Atas dasar apa dia bisa bersikap searogan itu? Pada saat ini, Kakek Chandra masuk dan berkata, "Tuan Muda Kusuma, aku sudah mengirim seseorang untuk menemukan Ardan. Dalam waktu setengah jam, aku pasti akan membawanya kembali untuk menemuimu. Namun, Tuan Muda Kusuma, apa yang akan kau lakukan dengan Ardan?” Hendra tidak segera berbicara, tapi pertama-tama melirik Natalia. Melihat bahwa dia juga memandanginya dengan ekspresi cemas, Hendra tersenyum dan berkata, "Kalau aku memotong tangan Ardan, apa Keluarga Suryakencana akan campur tangan?" Natalia menggigil ketakutan mendengar Hendra hendak memotong tangan Ardan. Bagaimanapun, dialah yang memulai kejadian ini. Dari sudut pandang Ardan, dia hanya ingin melindungi istrinya. Tidak ada yang salah dengan tindakannya. Itu sebabnya, Natalia tentu tidak ingin Ardan terluka. "Tentu saja tidak." Chandra berkata dengan tegas, "Aku sudah berniat mengusirnya dari Keluarga Suryakencana sejak lama. Sampah itu sama sekali tidak layak untuk Natalia. Kali ini, dia sudah berani melawan Tuan Muda Kusuma. Keluarga Suryakencana tidak akan pernah berani mempertahankannya. Ke depannya nanti, apakah dia hidup atau mati, itu tidak ada sangkut-pautnya dengan Keluarga Suryakencana.” "Kau sependapat?" Hendra melirik Natalia. Natalia mengerutkan keningnya. Ketika dia hendak berbicara, Kakek Chandra terbatuk dan berkata, "Natalia, pikirkan matang-matang.” Natalia terlalu takut untuk berbicara di bawah tatapan tajam Kakek Chandra. Melihat ini, Kakek Chandra berkata sambil tersenyum, "Karena Natalia tidak berbicara, dia pasti sependapat denganku. Hehe. Tuan Muda Kusuma, mari diminum tehnya.” Natalia diam-diam berdoa di dalam hatinya agar Ardan tidak datang ke rumah Suryakencana dengan bodohnya. Hanya dengan begitu dia akan bisa melarikan diri. Namun, sekitar dua puluh menit kemudian, Arjuna masuk dengan cepat dan berkata, "Kakek, Ardan ada di sini.” Tubuh Natalia sedikit gemetar, dan dia buru-buru melihat ke pintu. Seorang pria ramping berjalan masuk, dan pria itu adalah Ardan. Natalia ingin menghampiri dan berbicara dengannya, tetapi Ardan bahkan tidak menatapnya. Natalia mau tak mau menggigit bibirnya. Perasaan tidak nyaman yang tak terlukiskan timbul di hatinya. Dulu, tidak peduli kapan dan di mana pun, selama Natalia ada di sana, perhatian Ardan akan selalu tertuju padanya. Tapi sekarang, Ardan bahkan tidak ingin melihatnya. Sepertinya tamparan sore hari sudah menghancurkan hatinya, ya? Memikirkan hal ini, Natalia menggigit bibirnya tanpa sadar. Melihat Ardan berjalan masuk, Kakek Chandra berkata dengan lugas, "Ardan, apa kau makan nyali macan sehingga nyalimu membesar? Kau bahkan berani melawan Tuan Muda Kusuma!” Ardan melirik Hendra dengan samar, "Dia mau memukulku. Kenapa aku tidak bisa memukulnya?” Kalau sekarang dia tidak melawan, bukannya tamparan tadi akan sia-sia? Mendengar ini, para pemuda Keluarga Suryakencana menggertakkan gigi dengan marah. Apa orang ini benar-benar bodoh atau pura-pura bodoh? Apa menantu tidak berguna seperti dia bisa dibandingkan dengan tuan muda tertua Keluarga Kusuma? Arjuna tidak sabar untuk menjatuhkan Ardan. Dia pun menunjuk dan memelototi Ardan. "Dia tuan muda tertua Keluarga Kusuma. Kau pikir kau itu siapa! Kau tidak ada apa-apanya kalau bukan karena Keluarga Suryakencana yang melindungimu dalam dua tahun terakhir! Ardan, kalaupun kau mau mati, mati saja sendiri. Jangan bawa-bawa Keluarga Suryakencana!” Tuan muda Keluarga Kusuma? Keturunan Keluarga Kusuma juga dianggap sebagai tuan muda? Ardan jelas tidak menganggap Hendra serius. Dia hanya tidak bisa mengerti kenapa Natalia menamparnya demi Hendra. Selama dua tahun ini, dia meninggalkan jati dirinya dan merendahkan martabatnya, hanya untuk memasuki hati Natalia. Tapi apa yang terjadi? Kenyataan menamparnya dengan keras. "Bagaimana kau ingin menyelesaikan masalah ini?" Ardan menatap Hendra dengan samar. "Ikuti aku. Kau akan tahu nanti." Setelah Hendra selesai berbicara, dia menunjuk pengawal di belakangnya, dan pengawal itu segera berjalan menuju Ardan. "Tunggu." Kakek Chandra tiba-tiba membuka mulutnya. Hendra berkata dengan alis terangkat dan mata menyipit, "Kakek Suryakencana, apa Kakek mau menghentikanku untuk membawanya pergi?" Hendra masih memanggil Chandra sebagai kakeknya karena dia tidak ingin merusak hubungan Keluarga Kusuma dengan Keluarga Suryakencana untuk saat ini. Keluarga Kusuma akan menghancurkan Keluarga Suryakencana cepat atau lambat. Akan tetapi, tampaknya agak tidak masuk akal Keluarga Suryakencana dapat dihancurkan oleh kecelakaan mobil saja. Oleh karena itulah Keluarga Kusuma belum mengambil tindakan. Faktanya, mereka ingin mengeruk semua aspek hubungan yang tersisa. Meskipun Keluarga Suryakencana adalah keluarga kelas tiga, mereka juga memiliki pengaruh tertentu di kota Solo. Jika bukan karena ini, Hendra akan memalingkan wajahnya dari Chandra sejak lama. "Tidak, bukan begitu. Aku hanya ingin memperjelas satu hal.” Saat berbicara, Chandra berdiri dari sofa. Dia menatap semua orang di sekelilingnya sebelum pandangannya akhirnya jatuh ke wajah Ardan. "Sebagai kepala Keluarga Suryakencana, aku mengumumkan bahwa mulai sekarang, Ardan dan Natalia akan bercerai. Di masa depan, keduanya tidak akan lagi dapat menghubungi satu sama lain. Ardan pun tidak akan pernah masuk ke Keluarga Suryakencana lagi barang setengah langkah pun!” Wow! Begitu kata-kata ini keluar, ruang tamu menjadi riuh. Para generasi muda Keluarga Suryakencana mulai berbisik, dan beberapa kata masuk ke telinga Ardan. "Kakek akhirnya menyingkirkan sampah ini. Keluarga Suryakencana sudah menampungnya selama dua tahun, dan dia malah menyebabkan masalah.” "Benar. Dia sudah makan dan minum di Keluarga Suryakencana. Sekarang dia malah menyebabkan masalah pada Keluarga Suryakencana. Dia tidak bisa dibiarkan tinggal lebih lama lagi.” "Tanpa perlindungan Keluarga Suryakencana, dia bahkan lebih rendah dari anjing.” Meskipun kata-kata ini bukanlah kata yang enak didengar, Ardan tidak memedulikannya sama sekali. Saat ini, dia hanya ingin mendengar pikiran Natalia. "Bagaimana menurutmu tentang perceraian kita?" Ada kesedihan di mata Ardan yang dalam. Natalia tiba-tiba mendapati bahwa tatapan matanya membuat Natalia sangat takut, sehingga dia tidak berani melihat langsung ke mata Ardan. Tangannya yang lembut dan ramping kini tergenggam erat, dan telapak tangannya dialiri butiran keringat halus. Awalnya dia mengira bahwa dia tidak peduli dengan Ardan. Bahkan jika dia bercerai, dia tidak akan enggan sedikit pun. Akan tetapi, pada kenyataannya hatinya sakit, dan untuk sekejap, dia takut kehilangan pria ini. Baru saat itulah Natalia tahu bahwa setelah diam bersama selama dua tahun, pria ini sudah memasuki lubuk hatinya. "Natalia, kau bisa saja tidak menceraikannya. Akan tetapi, ini juga berarti bahwa Ardan masih bagian dari Keluarga Suryakencana. Kalau seperti itu keadaannya, maka aku mungkin akan meminta penjelasan dari Keluarga Suryakencana," ucap Hendra sambil menyipitkan matanya. Dua tahun lalu, wanita ini telah mempermalukannya. Dua tahun kemudian, dia bisa melihat pasangan suami-istri ini menjadi musuh dan menjerumuskan diri ke jurang kesengsaraan dengan mata kepalanya sendiri. Pemandangan ini sungguh luar biasa. Chandra buru-buru berkata, "Natalia, apa kau bisu? Bicaralah!” Natalia mencubit pahanya dengan keras dan berusaha sekuat tenaga berkata dengan suara yang terdengar tenang, "Ardan, ayo … cerai.” Chandra akhirnya menghela bernapas lega. Untungnya, Natalia tidak lagi keras kepala. Jika dia bersikeras untuk tidak bercerai, itu sama saja dengan menambahkan minyak ke api. Hal itu hanya akan membuat Hendra semakin kesal, dan hasilnya akan melibatkan Keluarga Suryakencana. "Ardan, kau mendengarnya dengan jelas, ‘kan? Natalia telah memutuskan untuk bercerai denganmu. Kau tidak akan pernah muncul di hadapannya lagi kelak." Chandra menatap Hendra lagi, dan berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kusuma, kau bisa membawanya pergi sekarang. Entah Ardan hidup atau mati, itu tidak ada hubungannya dengan Keluarga Suryakencana." "Kenapa repot-repot menikah dengannya kalau pada akhirnya kalian bercerai?” Hendra melirik Natalia dengan samar. "Tangkap Ardan.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD