Bagian 2

1740 Words
Indira tersenyum saat menerima notifikasi melalui email, sekarang udah tanggal tujuh belas dan hasil penjualan ebook telah cair. Uang ini akan digunakan untuk membayar kosan, kebutuhan Emah dan juga makan hari- hari. Sejak ada Mahita Tuhan memberikan Dira rejeki yang berlimpah, uang ebook mencapai tiga jutaan bahkan lebih. Indira ingin menabung untuk membeli rumah subsidi pemerintah. Selain jualan novel ebook di google play, ia juga menulis berbayar di Innovel hasilnya lumayan. Hari ini Dira ingin membeli laptop baru, untuk dirinya menulis. Sebenarnya Dira bisa saja berhenti kerja Cuma sayang nanti gak bisa lihat jalanan rame dan lalu Lalang hehe. Untuk membeli laptop Indira menyimpan uang gaji dari konter, setelah cukup ia akan membelikannya. Indira terus tersenyum sambil berkhayal membeli laptop baru nanti. ‘’Hai Dira, beli paket kuota dong, kartu Tri.’’ Kata pelanggan setianya bernama Juno. Konternya dekat dengan SMK dan apotik di sepinggan. ‘’Berapa GB Jun.’’ tanya Dira. Juno mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan uang lima puluh ribu. ‘’Tiga aja deh, Ih Emah sini sama Abang.’’ Kata Juno memanggil Emah. Emah bangun dan mendekat ia tertawa lucu tak lama tangan Juno meraihnya dan menggendongnya. ‘’Pinjam Emah Dir, Aku mau bawa dia ke minimarket.’’ Kata Juno. ‘’Jajan…Jajan…beli pudding.’’ Seru Emah. Dira mengangguk sambil memberikan voucher paket dan mengambil uangnya. ‘’Bawalah tapi jangan lupa kasih kembali.’’ Kata Dira. ‘’Jalan kaki aja kan deket.’’ Juno memberikan tas sekolahnya ke Dira dan menggendong Emah. ‘’Dadah Buna, Emah pergi sama Abang dulu ya.’’ Kata Juno sambil melambaikan tangan yang diikuti Emah. ‘’Dadah sayang, beli yang banyak habisin duitnya ya.’’ Kata Dira sambil melihat pria berseragam cokelat pramuka. ‘’Hahaha bisa aja.’’ Dira tertawa pelan ia menarik nafasnya dan bermain Hp lebih tepatnya membuka google untuk mencari- cari laptop kesukaannya. *** Juno membuka pintu kaca minimarket dan mengambil keranjang, dengan sigap ia menuju rak bagian jajanan. Emah dengan kalem melihat- lihat chiki- chiki yang ia mau. ‘’Mau turun? Pilih sendiri.’’ Tanya Juno. Emah mengangguk dan memilih turun. Setelah turun ia mengambil biscuit cokelat, chiki kentang dan juga nyam- nyam stik. Tak sampai disitu ia ke rak sebelah sambil menarik tangan Juno dan menunjuk kulkas minuman. ‘’s**u itu Abang.’’ Tunjuk Emah. Juno membuka pintu kulkas dan Emah mengambil s**u ultra rasa strawberry. ‘’Sudah ini aja.’’ Kata Emah. ‘’Kalau gitu kita tinggal beli cemilan Buna, Buna suka apa ya…’’ kata Juno. ‘’Itu, Tueh kokotip.’’ Serunya sambil berlari menuju rak jajan dan menunjuk goodtime cokelat, Emah meraihnya tapi tidak sampai karena raknya tinggi. Juno mengambilnya dan memberikannya ke Emah. Tueh artinya Kue sama seperti Cue hehe Bahasa anak-anak. *** ‘’Makasih Kak.’’ Jawab Dira sembari menganguk ke pembeli yang sudah pergi. Tak lamamereka berdua datang dengan dua tas biru minimarket. ‘’Ya Ampun banyaknya Jun.’’ kata Dira setelah mereka sampai. Juno membantu Emah masuk ke dalam konter sedangkan dirinya duduk di depan sambil menyerahkan dua kantong jajanan. ‘’Katanya suruh ngabisin duit jadi kuhabisin lah.’’ Kata Juno enteng. Dira menggelengkan kepalanya tak menyangka. ‘’Bercandaan aja loh.’’ ‘’Awas itu cair ada Es creamnya.’’ Kata Juno sambil menggesek kartu dengan koin di atas etalase. Dira segera mengeluarkan Es cream dan memberikannya ke Juno. ‘’Makan sudah, itu buat kamu.’’ Kata Juno sambil mengisi paket yang dibeli tadi. ‘’Makasih banyak loh Jun, btw habis ini mau kemana?’’ ‘’Pulang kerumah lah, kenapa?’’ ‘’Anterin ke Gunung Sari Jun, aku mau beli laptop baru.’’ ‘’Ayo, tapi mendung ini. aku ambil mobil dulu baru jemput kamu disini. Pulang jam  berapa sih?’’ tanyanya. ‘’Jam lima, malam ini aku gak lembur.’’ ‘’Jam berapa sih ini.’’ gumam Juno sambil melirik jam di hpnya.  ‘’Jam dua, iyasudah. Aku balik dulu kalau gitu. Emah Abang pulang dulu ya dadah…’’juno berdiri kemudian Dira mengambil tas Juno dan memberikannya. ‘’Hati-hati Jun.’’ ‘’Yoi.’’ Juno menaiki motor sport dan memakai helmnya. Breeemmm…. Juno sudah pergi dan meninggalkan mereka berdua. Dira dan Juno sama-sama anak panti tapi dia sudah keluar duluan dan tinggal bersama kakaknya, tidak sepenuhnya panti itu tempat tinggal anak yatim piatu ada juga yang masih memiliki orang tua.  Walaupun umurnya sama tapi sifatnya dewasa dan bersahabat baik dengannya dan Emah. *** Juno pulang kerumahnya ia turun dari motor dan masuk ke dalam. ‘’Darimana?’’ tanya sang kakak laki- laki. Tepatnya kakak tirinya. ‘’Kapan datang? Tumben kesini. Ada apa? Perlu apa?’’ tanya juno sambil melempar kunci motornya di atas meja dengan pelan. ‘’Hanya menengok dirimu, mengecek keamanan rumah dan memastikan kebutuhan makananmu terpenuhi.’’ Jawab kakaknya santai ia menarik kursi makan dan duduk disana, Juno ikut melakukan hal yang sama. ‘’Bu Nani, aku minta es marjan ya.’’ Kata Juno yang merasa haus. ‘’Iya Mas.’’ Jawab Bu Nanri, pembantu dirumah. ‘’Abang boleh tinggal disini ya, untuk sementara.’’ Kata kakaknya pelan. Juno mengangguk santai. ‘’Bolehlah Bang, daripada aku tinggal sendiri. Lagian Mommy dan Daddy diluar negeri.’’ Kata Juno. Walaupun saudara tiri mereka sangat akrab, kakaknya seorang bos diperusahaan dan umur mereka berbeda sepuluh tahun. Juno masih 17 tahun dan William 27 Tahun. ‘’Makasih ya No, Huemm.’’ Ia menyandarkan badannya dan menarik nafasnya Lelah. Kakaknya ini sedang patah hati dan putus cinta, pasalnya seseorang yang dicintainya telah meninggal karena bunuh diri dan konon katanya sudah memiliki anak. Anak itu yang dipikirin William dimana dia, bagaimana keadaannya dan bagaimana rupanya. Sebelum Karina meninggal ia bilang kalau dia sudah membuang anaknya di tepian tiga tahun yang lalu, habis itu Karina pergi untuk melompat di jembatan Mahakam sampai sekarang jasadnya tidak di temukan yang ada hanya potongan tangannya yang terpasang cincin dari William. ‘’Masih mikirin pacarmu Bang? Ayolah dia sudah tenang.’’ Kata Juno tak lama Bu Ani mengantarkan Es marjan di teko kaca, betapa memikatnya es bewarna merah itu ditambah tetesan embun duluarnya. ‘’Makasih Bu.’’ Juno menuangkan es marjan ke gelas dan memberikan ke William. ‘’Thank’s, bukan Karin tapi anak kami. Anak yang dia kandung katanya dia buang di tepian, sedangkan kamu tau Mahakam itu penuh buaya.’’ ‘’Mau gimana lagi Bang, ikhlaskan saja dan mulai hidup yang baru. Percuma aja kita pindah ke Balikpapan kalau hati Abang masih di Samarinda.’’ Juno menuangkan es lagi kali ini ke dalam gelasnya hingga penuh dan meletakan teko di meja. Juno kemudian meminumnya dengan nikmat tiada tara hingga tandas tak tersisa. Rumah Juno ini di daerah perumahaan, berpagar tinggi bewarna hitam dan memiliki garasi yang cukup luas. Berlantai dua yang dimana lantai atas tempat dirinya beristirahat dan tempat bermain video game, billiar sama malkon untuk nongkrong, sedangkan di lantai bawah ada kamar kedua orang tuanya, ruang makan, dapur, ruang tamu, santai dan lainnya. Dari luar rumah ini bewarna abu- abu berdominan hitam dan jika masuk ke dalam kalian akan di sambut dengan ruang tamu yang indah bewarna putih, cermin, sofa putih gading dan lampu kristal yang menjuntai mahal. Di bawah cermin ada meja yang bertahtakan vas bunga berisi bunga lily dan hiasan kristal lainnya. Kristal adalah benda kesukaan Mommynya. Setelah dari ruang tamu kita bisa lihat ruang tengah yang sangat rapih dan cantik dalam rumah ini di d******i bewarna putih dan hijau muda sangat- sangat muda di setiap sudut rumah, seperti warna pada bunga Lily. Dari ruang tengah ada ruang makan dan di atas meja terdapat bunga Lilly lagi dengan vas kristal seperti yang mereka duduki sekarang. Rumah ini punya Mommy sedangkan dari Daddy tirinya ada lagi namun Juno memilih tinggal disini karena sudah nyaman. ‘’Namanya anak Jun, aku merasa bersalah. Menyesal sekali.’’ raut wajah William berubah ia seperti ingin menangis karena hatinya benar- benar hancur. Tampangnya bahkan tidak tampan, rambutnya berantakan, brewokannya lebat dan pakaiannya kusut. ‘’Sampai kapan Abang mau begini, come on.’’ Juno mengangkat tangannya dan menepuk pahanya bertanda semangatlah. ‘’Hah, Oke aku akan move on dan melupakannya pelan- pelan. Mereka berdua sudah tiada dan aku harus melangkah maju.’’ Kata Will sambil menghapus air matanya yang tertahan di pelupuk mata. ‘’Gitu dong.’’ Juno memberikan dua jempol ke kakaknya. Drrttt Drtttt Ringtone khas Iphone terdengar di balik kantong Juno, lelaki itu meraih hpnya dan mengusap symbol hijau. ‘’Babang Juno gak jemput Emah? Emah sama Buna mau jalan-jalan.’’ Sua khas suara Emah yang lucu dan manis. Anak itu tipe jarang bicara bahkan sama Bunanya saja jarang kalau dia ngobrol Panjang berarti suatu mukzizat hehe. Juno menepuk jidatnya dan tertawa. ‘’Babang jemput sekarang ya, tunggu. Dadah Emah…’’ Juno mematikan telfonnya dan mengantongi hpnya kembali. ‘’Pinjam mobil Bang, boleh?’’ tanya Juno. Will menunjuk tempat kunci mobil yang berada di laci ruang tengah. ‘’Pakailah, aku meletakannya disitu.’’ Jawabnya seraya berdiri. ‘’Mau kemana?’’ ‘’Temenin teman aku beli laptop, dia kan penulis lokal Balikpapan.’’ Jawab Juno. ‘’Penulis Novel? Hebat ya.’’ Puji William. ‘’Kalau gak nulis biaya hidupnya mau cari dimana? Sedangkan kerja di konter aja gajinya pas- pasan apalagi sudah punya anak.’’ ‘’Anak? Umur berapa?’’ ‘’Siapa? Dira apa anaknya?’’ ‘’Dua- duanya.’’ Juno bergumam hm sambil menggaruk rambutnya. ‘’Kalau gak salah Dira seumuran sama aku dan anaknya berumur tiga tahun, cantic banget blasteran bule. Aku aja senang main sama Emah, Namanya Mahita.’’ Jawab Juno sambil menenteng tasnya untuk naik ke kamarnya untuk taro disana dan ganti baju. ‘’Muda juga ya, ada suaminya kah?’’ ‘’Kagak, janda dia.’’ Jawab Juno sambil naik ke atas menggunakan lift. William menggaruk pelipisnya dan berfikir sejenak kenapa dirinya jadi penasaran ya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD