Bab 3

2847 Words
    "Rapat koordinasi kali ini dilakukan bersama satuan elit dari tiga Matra Tentara Nasional Indonesia, mengingat yang kita hadapi bukanlah teroris biasa. Disinyalir teroris ini adalah salah satu anak buah dari kelompok Abdul Aziz. Pada pukul dua dini hari nanti kita akan terbang ke Filipina. Membebaskan beberapa sandera yang ditawan oleh teroris bersenjata tersebut. Ada empat orang sandera selaku penumpang kapal dan tiga orang awak kapal yang berada diatas kapal wisata yang sedang berlayar di utara Filipina, menurut informasi  intelejen, keempat orang sandera tersebut berkewarganegaraan Indonesia. Dan menurut laporan intelejen juga jumlah teroris yang ada di kapal tersebut ada sekitar lima puluh orang. Pemerintah Republik kita sudah mendapatkan ijin dan lampu hijau dari Pemerintah Filipina untuk misi penyelamatan sandera ini, namun pemerintah Filipina tidak memberikan waktu lebih dari satu jam untuk melaksanakan penumpasan dan pembebasan, waktu kita tidak banyak."     "Kita harus melakukan misi ini dengan cepat, tepat, dan tanpa cacat. Ini termasuk misi rahasia. Saya yakin kalian sudah sangat paham dengan makna rahasia, itu artinya kalian akan berangkat secara rahasia, bahkan keluarga kalian tidak boleh ada yang mengetahui tentang misi penyelamatan ini. Saya yakin lima orang terbaik dari tim ini akan mampu melaksanakan tugas dengan baik. Kalian dibawa dengan helikopter dan diturunkan di tengah lautan, kalian harus berenang dan dengan senyap mencapai kapal wisata tersebut. Setelah misi usai saya akan mengirimkan helikopter untuk menjemput kalian semua. Saya harap tidak ada korban jiwa dalam misi pembebasan sandera kali ini, tidak dari sandera dan juga dari pihak aparat. Jaga nyawa kalian, prajurit! Selamat bertugas!" ucap Bapak Kepala Staff Angkata Darat (KSAD) Jenderal Andika Pratama saat memimpin rapat koordinasi di ruang rapat terbatas  Markas Besar Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia.     Rapat koordinasi akhirnya telah usai. Sagara berjalan keluar ruangan dan segera kembali mengaktifkan ponsel yang sedari tadi ia matikan dan ia simpan didalam kantong celana lorengnya. Jantungnya kembali berdegup tidak karuan dengan netranya yang menajam menatap layar gawainya yang barusaja menyala.  Tidak ada kabar. Sagara menatap nanar gawai ditangannya. Bukankah dalam situasi seperti ini tidak ada kabar adalah baik? Sagara nampak kembali memejamkan manik matanya sejenak dengan menghembuskan nafas panjang. Ia merasa sedikit lega. Jantungnya kembali dapat berdegup dengan normal namun entah mengapa masih ada desiran desiran aneh yang merambat dari pertengahan perut hingga ke dadanya. Sagara menyentuh d**a bidangnya dengan tangan kanannya, ia seolah merasa tidak tenang. Pikiran dan hatinya begitu resah. Entah karena alasan apa pikirannya terus saja tertuju pada Rebecca, sang mama.       "Kapten, apa ada masalah?" tanya anggota tim-nya yang bernama Serda Simon. Sagara sedikit terperanjat, tanpa sadar suara khas dari anggotanya yang berasal dari timur Indonesia itu cukup mengangetkannya. Pemuda gagah itu lalu menggelengkan kepalanya dengan senyum samar diwajahnya. Netranya masih terus mengamati gawai dihadapannya. Keempat anggota Tim Delta yang sudah bersiap dibelakang Sagara hanya terdiam dan saling melemparkan pandangan satu dengan yang lain, tidak pernah rasanya melihat Komandan timnya nampak begitu resah dan gelisah seperti saat ini. Sagara menatap kosong kedepan, sebelum akhirnya salah satu anggotanya yang berasal dari Den Bravo 90 Paskhas Angkatan Udara menyapanya. "Kapten, senang bisa menjadi anak buah kapten dalam misi ini," ucap Letda Dhani seraya memberikan hormat dan menyampaikan salam pada Sagara. Sagara membalas salam hangat dari anggotanya tersebut dengan senyum samar.     "Ijin, Kapten, ada apa gerangan? Kenapa sepertinya Kapten tampak resah dan gelisah, apa ada masalah, Kapten?" tanya Serma Marusaha, salah satu anggotanya yang berasal dari Denjaka, Angkatan Laut. Sagara kembali tersenyum tipis dan kembali mengamati keempat anggota dihadapannya. "Ibu saya kritis di rumah sakit dan perasaan saya tidak enak," ucap Sagara lirih, netranya kembali menatap ke arah gawai pintarnya. Ia mendapatkan support dari kelima anggotanya yang segera mendoakan kesembuhan Rebbeca.      "Saya doakan ibu Komandan dapat segera pulih kembali,"ucap Simon.     "Saya doakan ibu Komandan segera sehat kembali," ucap Dhani.     "Saya doakan ibu Komandan dapat segera sadar dan segera diangkat penyakitnya, segera pulih dan berkumpul dengan keluarga tercinta," ucap Marusaha.     "Saya doakan yang terbaik untuk Ibu Komandan. Semoga segera sehat kembali," ucap Sertu Aryo.      Sagara mendongak dan menatap satu per satu anggotanya dan mengangguk. Ia benar-benar merasa haru saat merasakan kedekatan dan kekeluargaan yang terjalin secara baik dalam tim yang dipimpinnya.      "Sebelum berangkat ke lokasi, saya ingin mengadakan rapat koordasi p*********n di lapangan, Mari," ucap Sagara. Pemuda itu berjalan gagah menuju sebuah ruangan kecil di belakang Markas, ruangan dengan kapasitas terbatas yang memang sengaja digunakan untuk rapat koordinasi terbatas seperti yang sedang Sagara lakukan sekarang.     "Jadi, seperti yang sudah disampaikan langsung oleh Bapak KSAD tadi jika kita akan menghadapi teroris bersenjata yang berasal dari kelompok Abdul Aziz, teroris ini memang bersarang di Pulau Moro, Filipina, sehingga tidak heran jika mereka menyandera kapal wisata yang lewat dengan tuntutan uang tebusan. Ada empat orang sandera berkewarganegaraan Indonesia, dan tiga orang awak kapal yang dua diantaranya berkewarganegaraan Filipan dan satu orang awak kapal lainnya berkewarganegaraan Thailand. Kita akan menyelamatkan seluruh sandera, dalam kurun waktu satu jam, Itu waktu yang diberikan oleh pemerintah Filipina."     "Kita akan berenang sejauh lima ratus meter hingga mencapai titik target, intai dengan seksama, cari keberadaan korban meliputi posisi dan kondisi korban, lalu perhitungkan jumlah musuh. Menurut informasi ada sekitar lima puluh orang teroris yang berhasil menguasai kapal wisata tersebut. Untuk Serda Simon, bertindak sebagai penembak runduk dan akan tetap berada pada jarak dua kilometer diatas permukaan laut. Serda Simon akan tetap berada di atas helikopter. Jika pihak musuh melakukan perlawaan, segera eksekusi tanpa menunggu perintah p*********n dari saya, paham?" ucap Sagara tegas.     "Siap, paham, Kapten!" ucap Simon lantang. Sagara nampak menganggukkan kepalanya, ia pun segera menyampaikan strategi p*********n pada keempat anggotanya dengan cepat, lugas, dan jelas. Setelah dirasa cukup, Sagara pun mengakhiri rapat koordinasi terbatas tersebut.      "Siapkan diri kalian. Jika ingin memberi kabar pada keluarga, saya persilahkan, tetapi ingat jika operasi yang akan kita lakukan ini adalah Operasi rahasia. Seperti yang disampaikan Bapak Ksad dalam arahannya tadi, tidak ada satu orangpun selain kita dan termasuk juga keluarga kalian yang tahu tentang misi ini, paham?" ucap Sagara tegas.    “Siap, paham!” sahut keempat anggota tim Delta. Rapat koordinasi akhirnya selesai, masing-masing dari anggota timnya kini telah meninggalkan ruangan guna mempersiapkan diri, tidak terkecuali Sagara. Ia berjalan gagah dan segera mengaktifkan kembali ponselnya. Dia berhenti dan membeku ditempat saat melihat nama dari panggilan telepon yang masuk ke dalam gawainya. Darahnya seolah berhenti seketika dengan jantungnya yang berpacu cepat. Sebuah nama yang tidak diharapkan Sagara untuk menelpon dirinya disaat seperti ini.     Sea is calling ...     Sagara menghela nafas panjang dan menahannya sejenak sebelum akhirnya ibujarinya memencet tombol hijau guna mengangkat panggilan tersebut. Barusaja Sagara hendak membuka suara, telinganya sudah mendengar sebuah isakan diseberang sana.     "Bang... Mama..hiks.."     Sagara terdiam. Matanya membulat dengan sempurna dan detak jantungnya mendadak berdetak dua kali lebih cepat. Nafasnya mulai memburu tapi lelaki itu berusaha untuk tetap tenang.     "Gimana mama dek?"  Sagara bertanya dengan nada tegar. Dahinya tak henti berkerut. Pikirannya terus tertuju pada Rebecca sang mama. Entah kenapa hati dan batinnya justru merasa tidak enak. Gundah dan gusar. Sagara hanya mendengar isakan tangis dari ujung teleponmnya.     "Mama... Mama... Hiks.." telepon terputus. Sagara mengusap kasar wajahnya dan berjalan cepat coba menghubungi  Sea kembali namun tidak kunjung diangkat, ia juga mencoba menghubungi Senja yang dapat dipastikan saat ini masih berada di rumah sakit menemani Sea pun tidak diangkat. Pikiran terakhirnya ia mencoba menghubungi Langit, namun tidak diangkat. Pemuda itu kembali menghubungi Sea sang adik tapi lagi lagi tidak diangkat. Sagara mengacak kepalanya frustasi seraya menggeram kesal. Saat Sagara hendak menghubungi anggota keluarganya yang lain ia terdiam, membeku ditempatnya lalu ia memandang gawainya nanar.     Bening is calling...     Mata Sagara terpejam sejenak sebelum akhirnya ia menghela nafas panjang dan mengangkat panggilan dari Bening.      "Ha-halo.. Ning.. ada apa? Abang coba telpon yang lain nggak diangkat. Gimana mama Ning?" tanya Sagara.     Bening terdiam. Sagara hanya mendengar sebuah isakan yang keluar dari bibir Bening.     "Ning.. ada apa?" Tanya Sagara mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya bergemuruh.     "Bang ..Mama... Sudah meninggal barusan. Bening turut berduka bang.. Abang yang sabar."     Bagai petir yang menyambar, Sagara segera luruh ditempatnya. Darahnya seolah berhenti mengalir saat itu juga, nafasnya tercekat, d**a sagara seolah dijatuhi benda berat yang membuat Sagara kesulitan bernafas. Dia mematikan panggilan telepon Bening. Dia menutupi wajahnya dengan lengannya. Sagara bersimpuh di koridor belakang markas. Mengeratkan kepalan tangannya. Lagi-lagi dia tidak bisa mengantarkan mama tercintanya ke peristirahatan terakhir. Sagara menghela nafas panjang mencoba meraup oksigen sebanyak-banyaknya namun hasilnya nihil, dadanya terasa sangat sesak.     "Mama," gumamnya dalam isakan tertahan.     Sagara kembali menatap gawainya. Bening kembali menghubunginya namun kali ini gadis itu menggunakan panggilan Vidio. Sagara membuka sambungan Vidio itu dengan cepat.     "Bang.."     Sagara membalik ponselnya hingga hanya ada gambar hitam pekat dilayar ponsel Bening. Terdengar suara isakan tertahan dari Sagara yang dapat didengar oleh Bening. Pemuda gagah yang Bening kenal sangat tegar dan kuat itu kini nampak rapuh dan hancur dalam satu waktu. Ia paham benar bagaimana kedekatan Sagara dengan Rebecca, bagaimana Sagara memperlakukan Rebecca dengan penuh hormat dan cinta yang besar. Kini Rebecca yang selalu mendukung dan memberikan semangat secara pribadi pada Sagara sudah tiada.     "Bang .."     "Maaf Ning.. Abang nggak bisa Vidio call, " ucap Sagara dengan suara parau.     "Ijinkan Bening nemenin Abang.." ucap Bening.     Sagara diam. Sekuat tenaga ia menggigit bibir bawahnya. Dan kemudian setelah merasa lebih tenang, Sagara membalikkan ponselnya hingga menampilkan wajah nya dengan mata memerah dan basah.     "Makasih Abang tutup dulu. "     Sagara menutup panggilan teleponnya. Ia kembali berjalan tegak. Sagara menghembuskan nafasnya berat. Tuhan memberikan ujian begitu besar pada lelaki ini. Di tahun yang sama ia harus kehilangan kedua orangtuanya. Dalam situasi yang sama. Sedang mendapatkan tugas negara. Sagara berjalan gagah berusaha nampak tegar meski hatinya hancur. Ingin sekali ia pulang memeluk sang mama tercinta untuk terakhir kali. Tetapi apa boleh buat. Tubuhnya kini bukan hanya untuk melindungi keluarganya tapi juga untuk melindungi negaranya. Sagara berulang kali menggelengkan kepalanya guna menemukan kembali kewarasannya.     Saat ini Sagara tidak boleh bersedih. Ia harus kuat dan tegar. Ia memimpin pasukan berani mati membebaskan sandera yang surat tugasnya ditandatangani langsung oleh presiden. Kini Sagara dan tim Delta sudah berada di dalam helikopter yang membawa tim ke target penyelamatan sandera. Dalam perjalanan Sagara hanya diam. Dia dengan susah payah mengumpulkan konsentrasinya yang berceceran sejak tadi. Berulangkali pula ia menghirup  nafas panjang dan mencoba menahannya sejenak agar mengembalikan konsentrasi yang harus selalu ia jaga.      Fokus Sagara! Jika tidak fokus kamu akan benar benar mengantarkan diri dan keempat rekanmu ke liang lahat!! Sagara sebisa mungkin menyemangati dirinya sendiri.     Helikopter itu menurunkan prajurit jauh dari titik lokasi. Keempat prajurit itu harus berenang dalam keadaan tubuh membawa peralatan perang dan bersenjata lengkap.Sementara Simon tetap berada diatas Helikopter memantau kedaan dengan menggunakan tele yang menempel pada senjata laras panjangnya.     “Ada tiga orang musuh yang berjaga dianjungan kapal dan ada empat musuh yang berjaga di buritan kapal.  Di dalam kapal masih ada banyak orang bersenjata lengkap tersebar di lantai satu dan dua kapal. Dianjungan kapal ada pula musuh yang sedang menyandera kapten kapal dan beberapa awak kapal,” ucap Simon memberikan laporan melalui transmisi komunikasi yang menghubungkan dirinya dengan anggota tim Delta yang lain dan Markas Besar. Dari tele tersebut Simon dapat melihat tim Delta telah mendekati target, sagara dan timnya memilih naik ke atas kapal melalui bagian buritan kapal, memanfaatkan tali jangkar. Sagara dan ketiga anak buahnya dengan cepat melumpuhkan musuh yang berjaga di buritan kapal itu dengan cepat dan tanpa suara.     “Tiger dan tim Delta sudah berada di lokasi target, Siap menyerang. Tim Delta tetap waspada,” ucap Sagara melalui sambungan trasmisi komunikasi.      “Tetapkan posisi kalian, kita akan mulai pertempuran,” ucap Sagara lagi yang segera disahut kata ‘siap’ dari seluruh anggota tim Delta. Masing masing tim Delta di dalam kapal bersembunyi di tempat masing masing, musuh masih belum menyadari kehadiran tim Delta, hal yang sangat menguntungkan bagi tim Delta karena mereka dapat mengejutkan musuh dan melakukan penyelamatan dengan cepat.      “Serang!” perintah Sagara.     Dor!     Serangan mengejutkan itu cukup membuat musuh terkejut, mereka tidak siap menerima serangan serangan yang dilancarkan oleh anggota TNI tanpa ampun. Pertempuran benar benar berlangsung sengit. Pasukan Delta menyerang langsung ke jantung pertahanan lawan. p*********n dan penyergapan tiba-tiba itu rupanya mampu membuat lawan kalang kabut.     "Wolf, priksa dak kapal."     "Siap!"     Dor!     Dor!     Baku tembak tak dapat dielakkan lagi. Baik tim Delta maupun para teroris melakukan perlawanan yang sama sengitnya. Targetnya adalah setiap anggota tim Delta diharuskan dapat menumbangkan delapan orang sekaligus. Sisanya hanya keberuntungan.     "Paket ada di anjungan kapal, “ ucap Simon selaku penembak runduk yang sejak tadi memeriksa kondisi kapal wisata  tersebut dari kejauhan.                                                                                                                                       "Siap!"      Dor!     Dor!     "Tiger, siap ambil paket! Wolf, back up saya!" ucap Sagara tegas seraya berlari. Sagara menodongkan senjatanya kedepan, mengintai dari balik pintu kapal. Baku tembak masih terus terjadi. Desing peluru mulai riuh dan suasana mulai chaos saat kepala pasukan teroris itu tertembak mati.     Dor!     Dor!     Kini Sagara dan Dhani telah sampai di anjungan kapal. mereka bersembunyi dan mengintai situasi di anjungan kapal, menunggu waktu yang tepat bagi mereka untuk menyelamatkan sandera.     "Goku, laporkan pengintaian!" ucap Sagara pada Simon.      "Siap!" ujar Simon. Pemuda timor itu lalu mengintai ke dalam tele senjata laras panjangnya untuk melihat situasi dan kondisi sandera serta musuh yang ada di anjungan kapal tersebut.     "Siap, Ijin melapor, Tiger, sandera ada di anjungan kapal, enam sandera dalam keadaan baik sementara satu orang sandera terluka. Musuh di dalam anjungan lebih banyak, mereka bersiaga dengan senjata lengkap, Ndan," ucap Simon. Sagara nampak mengangguk ditempatnya, ia lalu melirikkan manik mata tajamnya pada Dhani yang berada di seberang tempatnya mengintai. Sagara memberikan tanda pada Dhani agar tetap bersiaga dan berkonsentrasi memantai kondisi sandera.     "Kita akan menyerang mereka dan menyelamatkan sandera. Wolf, siap kontak men to men, Hipo dan Snake, back up kami!" ucap Sagara melalui transmisi komunikasinya yang segera disahuti siap oleh ketiga anak buahnya.     "Siap, Snake back up dari sisi utara."     "Siap, Hipo back up dari sisi selatan."     Sagara mengangguk tegas. "Pada hitungan ketiga, siap kontak!"     Satu     Dua     Tiga     Dor!     Serangan kejutan tersebut berasal dari senjata Sagara yang memulai perlawanan. Tembakan yang ditembakkan dari senjata Sagara tersebut berhasil mengenai dua orang musuh sekaligus dan tewas di tempat. Desing peluru masih berlangsung sengit, sementara Sagara dan Dhani terus merangsek masuk ke jantung pertahanan musuh dan tanpa ampun terus menembakkan amunisi mereka.     "All clear! Wolf, bersiap selamatkan paket! Ambil paket! Cepat! Cepat!" teriak Sagara pada Dhani. Pria jangkung itu segera berlari menghampiri para sandera dan melepaskan ikatan pada tangan mereka, sementara Sagara terus mengamankan posisi anak buah beserta para sandera.     "Saya akan mengamankan keenam orang ini, kalian menunduk dan tetap berada di belakang saya sampai ke posisi aman. sementara sandera yang terluka, jangan bergerak dan tetap berada di tempat," ucap Sagara. Sagara dan Dhani mengamankan para sandera keluar dari anjungan kapal fdan memberikannya pada Marusaha dan juga Aryo yang berjaga disana.      "Saya akan menjemput sandera yang terluka." ucap Sagara. Kini para sandera sudah berada diatas helikopter yang sudah bersiap menjemput mereka. Sagara dengan cekatan kembali ke dalam anjungan kapal menuju sandera yang mengalami luka tembak di perutnya.      "Kita akan keluar dari sini!" ucap Sagara seraya menggendong sandera tersebut. Sagara kemudian mengganti senjata serangnya dengan pistol agar memudahkan dia dalam melakukan p*********n. Sagra berjalan cepat keluar dari anjungan tersebut, namun tanpa ia duga salah seorang teroris yang sidah tertembak bagian perutnya menodongkan pistol ke arah Sagara.     Dor!     Sagara memekik tertahan saat merasakan sebuah timah panas bersarang di lengan kirinya. Sagara menoleh cepat mencari sumber tembakan dan segera melesatkan pelurunya yang langsung mengenai kepala teroris tersebut dan membuat teroris itu tewas seketika. Sagara segera berlari dan meletakkan sandera yang terkena luka tembak itu di dalam helikopter agar segera mendapatkan perawatan. Helikopter pun segera melaju meninggalkan lokasi. Sagara kembali meraih alat komunikasinya, seraya menatap keempat anak buahnya dan para sandera yang berhasil dia selamatkan, Sagara berkata, "Mission Complete. Seluruh sandera berhasil kami selamatkan. All Clear!" ucap Sagara. Tak lama setelah memberikan laporannya, Sagara tersenyum tipis. Ia dapat bernafas lega karena misi yang ia jalankan lagi-lagi dapat berjalan dengan lancar dan sukses.     "Ndan, lengannya tertembak," ucap Simon. Sagara mendongak menatap Simon dan tersenyum tipis.     "Kurang fokus, Mon," jawabnya santai. Sagara dibantu oleh seorang tim medis melepaskan senjata yang masih melingkar di dadanya. Ia sedikit meringis seraya menatap luka tembak yang bersarang di lengan kirinya itu.     "Ndan.. Saya baru saja mendapatkan kabar dari pusat kalau Ibu Komandan telah berpulang, saya dan tim Delta mengucapkan turut berduka cita atas meninggalkan Ibu Komandan, kami berdoa semoga Ibu komandan mendapatkan tempat terbaik di sisiNya." ucap Dhani mewakili ketiga rekan yang lain. Sagara menatap anak buahnya dan juga para sandera yang segera memberikan ucapan bela sungkawa padanya. Sagara mengangguk dengan air mata yang susah payah ia tahan di pelupuk matanya.     "Terimakasih. Mohon doanya untuk Mama saya," ucap Sagara.     Pukul 04.00     Sagara kini tengah berada di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat untuk mendapatkan perawatan. Ia sedang menunggu giliran untuk tindakan operaso mengangkatan peluru yang bersarang di lengan kirinya. Sagara berbaring diatas brangkar dengan netra yang menatap nanar ke langit-langit rumah sakit. Sagara lalu menutup kedua matanya dengan lengan kanannya dan menangis sejadi jadinya, menumpahkan segala sesak dan rasa sedih di dalam hatinya.     "Mama," lirihnya berulang kali. Patah hati terbesar dari seorang anak laki-laki adalah kehilangan seorang ibu untuuk selama-lamanya, dan itulah kini yang dialami oleh Sagara.     "Mama.. misi Sagara sukses. Terimakasih sudah menjadi mama hebat untuk Saga dan Sea. Selamat berjumpa dengan papa dalam keabadian.."(*) _______________________________________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD