D U A

1391 Words
Pria bermata tajam itu keluar dari dalam lift dengan langkah tegap sambil menatap beberapa karyawannya yang berlalu lalang di lobi kantor. Semua yang merasa jabatannya lebih rendah dari Adam Chaiden langsung membungkuk hormat padanya, namun Adam justru tidak peduli dan terus melangkah dengan angkuh, masuk ke dalam mobil BMW i8 miliknya yang sudah terparkir di depan kantor. Ia pun menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang karena harus menjawab panggilan masuk diponselnya. Suara yang menggoda itu langsung menyambut Adam begitu ia menjawab panggilan, membuat Adam memutar bola matanya malas. "Ada apa, Calla?" "Kau di mana? Kau tidak lupa untuk menemaniku ke pesta malam ini ‘kan?” "Tentu saja tidak. Saat kau menelpon, aku sudah berada diperjalanan untuk menjemputmu." "Oh benarkah? Baiklah kalau begitu aku akan menunggumu. Hati-hati, sayang.” "Hm." Lalu panggilan pun berakhir, Adam melempar ponselnya ke jok dan mempercepat laju mobilnya agar Calla tidak mengoceh jika ia datang terlambat. *** Calla tersenyum lebar ketika melihat Adam tiba di depan rumahnya. Pria itu membukakan pintu mobil untuknya sambil mengulurkan tangan pada Calla—yang langsung saja ia terima. Adam menggenggam hangat tangannya, mendekatkannya ke depan bibir sebelum mendaratkan ciuman menggoda di sana. "Adam..." Panggil Calla pelan, mulai merasa terpancing karena tingkah Adam itu. Bahkan tatapan pria itu membuat tubuhnya merinding. Sudut bibir Adam tersenyum miring. Ia menarik Calla mendekat, memeluk pinggang rampingnya dan mendaratkan ciuman panas di leher Calla. "Malam ini kau tampak seksi dan panas, Calla." Deru nafas Adam sedikit memburu, ia menunduk untuk mengecup bahu terbukanya. Calla tersenyum malu. Kedua pipinya tampak memerah karena pujian dari Adam itu. Malam ini ia memang memakai sebuah gaun silver yang memperlihatkan sebagian punggungnya, bahkan ia tidak mengenakan bra dibaliknya. Jadi tidak heran jika Adam akan langsung tergoda. "Jangan memancingku, Adam. Aku tidak mau kembali masuk ke rumah, ada pesta penting yang harus aku hadiri malam ini." ucap Calla sambil berusaha keras menahan diri. "Baiklah," Adam melepas pelukan, mempersilakan Calla untuk masuk ke dalam mobil. Dan tak lama setelah itu ia menyusul. *** Beberapa pasang mata wanita langsung menoleh untuk memandang Adam ketika ia baru saja turun dari mobil, tapi lagi-lagi ia abaikan itu karena tidak ingin membuat Calla marah. Dan untuk menunjukan jika ia sudah punya pasangan, Adam menarik Calla mendekat dan merangkul pinggangnya. Bahkan Adam tak segan untuk mengecup singkat bibir Calla di depan umum. "Adam..." Protes Calla. "Kumohon berhenti." "Tidak bisa, Calla." Adam meremas sisi tubuh Calla. "Kau tahu, jika aku selalu tergoda ketika melihatmu." Calla memutar matanya malas, ia lantas menyingkirkan tangan Adam ketika pria itu sudah mulai nakal karena hendak menyentuh payudaranya. "C'mon! Selesai pesta aku janji akan menuruti keinginanmu. Kita bisa menyewa salah satu kamar hotel di sini." Adam menghela nafas panjang. Akhirnya ia menyetujui saran Calla itu, meski ia harus menahan diri hingga pesta selesai. Adam kemudian mengecup pipi Calla sekilas. "Kau duluan saja. Aku ke toilet dulu." Calla terkekeh geli, mengerti kenapa Adam ingin ke toilet. Dengan sengaja ia mencium sekilas bibir Adam sembari melewatkan tangannya diantara s**********n Adam. Saat mendengar pria itu menggeram, Calla langsung cepat-cepat masuk menuju tempat pesta. Sementara Adam hanya bisa mengumpat. Sambil mendesis kesal, Adam melangkah memasuki toilet. Ia memeriksa tiap bilik toilet, merasa beruntung karena tidak ada satu orang pun di sana. Adam lantas mengunci pintu toilet, lalu masuk ke salah satu bilik, ia menurunkan tutup closet dan duduk disana. Pria itu membuka celana, mengeluarkan bukti gairahnya yang mulai berdenyut sejak menjemput Calla tadi. Perlahan ia mulai memainkan miliknya itu sembari memejamkan mata. Adam membayangkan saat-saat ia dan Calla berhubungan intim, di mana ia juga membayangkan wajah b*******h Calla yang tak berdaya dibawah kuasanya. Adam mendesah pelan, ia mempercepat laju tangannya sambil terus membayangkan jika Calla tengah memainkan miliknya. Hingga tak lama kemudian ia sampai pada puncaknya. Adam melenguh pelan. Ia membuka mata, berdecak kesal karena cairan miliknya sedikit mengotori paha. Adam menarik tisu toilet, membersihkan sisa-sisa cairan miliknya dan membuang bekasnya ke kotak sampah. Setelah bersih, ia kembali memakai celananya lalu keluar dari bilik toilet. Ketika melihat pantulan dirinya dicermin, Adam terkekeh pelan. Sialan! Gara-gara Calla ia harus melakukan hal bodoh seperti ini. Di toilet hotel pula. Double sialan! Awas saja! Setelah pesta selesai, Adam tidak akan memberi Calla ampun meski wanita itu meminta untuk berhenti. Sh*t! Kenapa ia jadi terlihat seperti maniak seks?! Adam pun keluar dari kamar mandi setelah membasuh tangan. Ia berjalan angkuh sambil merapikan jasnya. Ketika ia hendak berbelok ke kiri, tiba-tiba saja ia menabrak seorang perempuan muda. Dan perempuan itu langsung jatuh tak sadarkan diri. "Hei, kau tidak apa-apa?" Adam sedikit panik. Ia menepuk-nepuk pelan pipi perempuan itu, tapi perempuan itu tidak juga bangun. Kening perempuan itu berkeringat, jadi Adam pikir pasti dia sedang sakit. Untuk itulah Adam langsung menggendong perempuan itu, meminta salah satu pegawai hotel untuk membuka salah satu kamar agar ia bisa meninggalkan perempuan tadi di sana. Masuk ke kamar hotel, Adam menyuruh pegawai hotel untuk meninggalkan ia dan perempuan tadi. Adam duduk dipinggir ranjang, menatap sekilas wanita itu sambil mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Richard—salah satu temannya yang berprofesi sebagai dokter. Tapi Adam urung menelpon Richard ketika perempuan tadi menggeliat. "Kau tidak apa-apa?" Tanya Adam. Ia mengernyit ketika perempuan itu membuka jaket jeans yang dipakainya. "Panas..." Keluh perempuan itu, lalu membuka baju dan menyisakan bra hitam yang kontras dengan kulit putihnya. Adam membelalak. "Kau gila?! Apa yang mau kau lakukan?" Sialan! Ia baru saja selesai beberapa menit yang lalu! "Panas...tolong aku..." Perempuan itu mengipas-ngipasi wajahnya sendiri. Padahal Adam yakin jika suhu ruangan sudah paling dingin. Ketika Adam hendak memanggil pegawai hotel agar membawakan minuman, perempuan tadi tiba-tiba saja berdiri di kasur dan memeluk Adam. "b******k!" Umpat Adam. Merasakan buah d**a perempuan itu yang dekat dengan wajahnya bahkan nafas hangat yang mengenai lehernya, membuat Adam kembali b*******h. Sialan! "Tolong bantu aku...rasanya panas sekali." Perempuan itu mendesah ketika Adam menyentuh perut ratanya. "Nghh..." Adam mengatup rapat rahangnya sembari menahan diri agar tidak mencumbu cepat perempuan itu. "Siapa namamu?" Tanya Adam, karena bagaimana pun Adam harus tahu siapa orang yang akan ia tiduri. "Br-Brianna." Brianna merapatkan dirinya. Adam memejamkan mata, perlahan ia melepas bra hitam Brianna , membuat buah d**a yang sejak tadi menggodanya akhirnya terlihat. Adam menjalankan telapak tangannya dari punggung perempuan itu hingga ke dadanya. Rasanya sangat pas sekali ditangannya. Adam meremasnya pelan, membuat Brianna semakin mendesah. "Jangan...disana." Meski bibir Brianna mengatakan jangan, tapi tubuh perempuan itu meminta lebih. Adam semakin tertarik, ia membaringkan Brianna diranjang, sementara ia melepas jas dan kemejanya cepat. Setelah itu Adam menyusul, menindih Brianna dan memangut putingnya. Adam memainkannya dengan lidah, memutar-mutarnya dan menggigitnya pelan. "Aaahh..." Brianna melengkungkan punggungnya, menarik kepala Adam agar semakin tenggelam didadanya. Adam menuruti kemauan Brianna. Secara bergantian ia mengecupi puncak p******a Brianna, menghisapnya kuat hingga mengencang. "Aku tahu jika kau pasti terpengaruh obat perangsang," ucap Adam disela kecupannya di d**a Brianna. "Tapi melihat kelakuanmu, sepertinya kau sudah terbiasa." Brianna tidak menjawab. Hanya menggerak-gerakan tubuhnya dengan gelisah. Adam melanjutkan aksinya. Ia melepas jeans dan celana dalam Brianna cepat, menggoda pusat diri wanita itu yang terasa sedikit sempit. "Apa kau suka?" Tanya Adam, ia mempercepat gerakan jarinya ketika Brianna menangguk. Brianna terus mendesah ketika Adam mempercepat jarinya. Lalu setelah itu cairan Brianna pun keluar, menandakan jika ia sudah mencapai klimaksnya. Adam tersenyum miring. Melihat Brianna tak berdaya membuat Adam segera melepas celananya, mengarahkannya pada kewanitaan Brianna yang basah. Diawal ia agak kesusahan karena kewanitaan Brianna yang sempit. Lalu dengan satu dorongan kuat, ia akhirnya berhasil masuk sepenuhnya. "Sakit!" Brianna tiba-tiba terteriak sambil mencakar lengan Adam, membuat pria itu pun terkejut. "Kau masih perawan?" Tanya Adam. Brianna tak menjawab, bergerak gelisah dibawah Adam dengan air mata yang mengalir. "s**t!" Umpat Adam. Ia tidak tahu jika Brianna masih perawan. Ia pikir Brianna adalah wanita bayaran yang sering melayani p****************g. Tapi ternyata perkiraannya itu salah. Tapi Adam tidak bisa berhenti, karena itu akan menyakitkan bagi Brianna dan dirinya. Untuk itulah Adam mulai menggerakan dirinya secara perlahan. Kernyitan sakit didahi Brianna berangsur menghilang dan digantikan dengan raut wajah bergairahnya. Adam lantas mempercepat lajunya, memaju-mundurkan tubuhnya sambil mengecup bibir Brinna secara panas, ia juga meninggalkan jejak disekitar leher dan d**a Brianna. Hingga akhirnya Adam sampai pada puncaknya. Ia ambruk diatas tubuh Brianna sambil mengatur nafasnya. Begitu pun dengan Brianna, wanita itu juga tengah mengatur nafas dengan mata terpejam setelah mendapat klimaksnya yang ketiga. Adam tersenyum miring, merasa puas melihat Brianna tak berdaya. Ia kemudian menarik dirinya, mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya dan tubuh Brianna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD