'Perang yang mengerikan, pertikaian antara dunia atas dan dunia bawah, perang antara dewa yang merupakan titik kekuasaan tertinggi dunia, melawan kaum immortal yang dianggap hanya sampah dan terhina.'
[Istana Dramiki]
"Sebaiknya Anda mengambil tindakan yang lebih baik, Lord Hakken. Ratu harus segera disingkirkan, kami tidak ingin berperang melawan para Dewa," kalimat itu meluncur dengan bebas dari bibir seorang raja dari klan Neptunus, Raja Yuran.
"Benar, jangan korbankan kami hanya untuk menyelamatkan kutukan bagi dunia," timpal raja dari klan Vampire, Raja Alvian.
Hakken diam, memandang ke-arah para pemimpin klan yang tak bersuara, itu sudah dianggapnya sebagai pemberontakan. Mereka mengabaikan ucapannya dan malah berpihak pada yang lain.
Hakken memandang ratunya, mata sendu, dengan iris ruby berkabut menahan amarah dan rasa sesak.
"Berhentilah berbuat sesuka Anda Lord," teriak raja dan ratu dari semua klan serentak.
Hakken awalnya sangat berharap jika raja dan ratu dari klan yang dipimpin olehnya bisa mendukung, mengerahkan semua kekuatan mereka untuk melawan dewa.
Dewa yang dianggap dunia tengah sebagai penguasa yang agung, berbeda dengan kalangan dunia bawah seperti mereka.
"Jika kalian ingin menjadi pemberontak, maka aku akan melawan kalian, kalian akan dianggap sebagai pengkhianat," ucap Hakken dingin, dipandanginya para pemimpin klan, mereka mulai saling berbisik dan menatap sang ratu.
Pertemuan para pemimpin klan dengan Hakken untuk membahas perang yang sudah dimulai tiga hari lalu oleh para dewa.
Di-mana ratu mereka mendapat hukuman seribu tahun penjara di dasar neraka. Tuduhan kejahatan menghina Dewa Langit.
Dewa Langit yang sombong, tidak terima jika dirinya dihina. Semua terjadi karena Dewa Matahari mengadu pada Dewa Langit, pria berjanggut putih itu mengatakan semua kebohongan pada sang pemimpin dewa.
Hakken tak menerima semua tuduhan itu, dia dan Kagume tak pernah melakukan kejahatan yang dituduhkan.
Semua semakin panas, saat pertemuan hari ini. Para pemimpin klan menolak untuk berperang melawan langit, mereka masih saja mengingat masa lalu saat Hakken memilih queen dunia immortal.
Perasaan benci mereka hadir, bagi dunia rubah berekor sembilan adalah kutukan, sosok yang terlahir dari elemen iblis dan banyak sihir lainnya.
Kagume, dia rubah berekor sembilan, terlahir dari elemen iblis dan sihir. Lahir tanpa seorang ayah atau seorang ibu, hanya utusan iblis untuk menggoncang-kan tiga dunia.
Kenapa? Karena sejatinya dia memang utusan Lucifer. Pemilik keserakahan, dan pemilik keegoisan, pemilik kesombongan dan keangkuhan.
Kagume bukanlah ciptaan lemah. Dia berhasil melawan Lucifer, penguasa neraka. Tuannya yang adalah malaikat buangan.
"Hentikan, aku tak pernah melakukan kejahatan yang dituduhkan Dewa Langit," ucap Kagume, matanya memandang marah.
Kagume tak terima dengan semua tuduhan yang dijatuhkan pada dirinya. Apa yang mempelopori kejadian ini, tak lain dan tak bukan karena ulah dari putra Dewa Matahari.
Iris mata Kagume berubah menjadi manik keemasan, kesembilan ekornya muncul dan rambutnya berubah menjadi putih, tanda jika dia sangat marah.
Kagume memandang semua pemimpin klan. Mereka memandang takut, kemarahan rubah adalah sebuah bencana.
"Kau tak akan pernah pantas menjadi Ratu kami," sindir Laura.
Laura adalah calon Ratu Kerajaan Dramiki sebelumnya. Sangat mencintai Hakken dan sangat membenci Kagume.
Kagume memandang Laura lalu tersenyum sinis. Kekehan lucu yang keluar dari bibirnya berubah menjadi tawa menyeramkan.
Kagume mengayunkan tangannya, Laura terlempar sampai menghantam dinding.
Kekuatan Kagume dulu sangatlah kuat. Namun semua bertambah ketika dia melakukan perjanjian darah dengan Hakken.
"Kau! uhuk." Laura baru saja ingin memaki, tapi darah keluar dari mulutnya, jantungnya terasa diremas.
SPLASH!
BRAK!
Raja dan Ratu klan Sihir melepaskan kekuatan mereka bersamaan. Kagume terhempas dan menghantam pilar besar.
Kagume masih menyeringai, memandang tajam pada semua orang.
Hakken hanya menatap kebengisan istrinya. Dia mengangkat tangan kanannya, lalu Hugo maju dan menghalangi perang yang akan terjadi di pertemuan kecil mereka.
"Berhenti!" Perintah Hakken. Matanya memandang tajam para pemimpin klan.
Kakinya melangkah, tangannya memegang tangan Kagume, dipeluknya Kagume, hingga emosi sang ratu menjadi stabil seperti semula.
"Kalian bisa pergi, kalian bisa mengabaikan kami, tapi aku tetap berperang, ada atau tidaknya kalian bukan masalah," ucal Hakken dingin.
"Bagus. Setidaknya Anda tidak membuat kami ada dalam bahaya," ucap Raja Aetris, seorang raja klan Peri.
"Ya, kami tak akan membantu Anda, apapun yang terjadi. Cepatlah Anda mati Lord, kami bisa bebas menyerang Ratu. Anda tahu jika setetes darahnya bisa membuat kami bertambah menjadi kuat. Anda pikir, kami masih tak menginginkan darahnya? Hahaha ... tidak, Ini adalah waktu yang tepat. Anda mati, maka kami tak perlu mengabdi lagi," ucap Raja klan Werewolf, Raja Alpha.
"Pergi!" Titah Hakken.
Saat ini Hakken menyesali keputusannya menciptakan klan, tak semudah itu memusnahkan para pemimpin. Dia harus punya alasan yang kuat, apalagi mengingat kesepakatan dirinya bersama Dewa Kematian yang berkhianat dari dunia atas.
Para pemimpin klan pergi, kembali ke daerah mereka masing-masing. Meninggalkan Hakken dan semua penghuni Istana Dramiki.
"Queen ..." Hakken memandang wajah Kagume.
"Biarkan aku pergi, aku tak ingin kau menghancurkan semua pemimpin klan, aku tak ingin semua perpecahan di bawah kepemimpinan menjadi semakin berantakan."
"Tidak!" Hakken menatap Kagume, dia tak ingin kehilangan istrinya dan belahan jiwanya, "Kau tak bersalah." Lanjut Hakken sambil memeluk Kagume.
"Aku bersalah karena ada di antara kalian. Seharusnya perang ini tak pernah terjadi suamiku," Jawab Kagume. Dia memang tak seharusnya ada, dia hanya peliharaan raja neraka yang lebih memilih diam dan tak memihak siapapun.
"Tinggalkan kami," ucap Hakken.
"Kami menerima perintah Anda, Lord," jawab keempat panglima perang, mereka mundur tiga langkah kebelakang lalu menunduk hormat, berbalik dan pergi bagai angin.
Hakken menatap mata Kagume, istrinya, ratunya dan hidupnya.
"Jangan pernah katakan hal yang tak diinginkan Queen, aku sangat mencintaimu," ucap Hakken.
"Tap--" Baru saja Kagume ingin menjawab tapi Hakken menghentikannya dengan sebuah ciuman di kening, berlanjut sampai ke bibir Kagume.
Hakken menjauhkan wajahnya, lalu menatap manik mata Kagume yang kini telah berubah menjadi hitam kelam.
"Aku tak akan melepaskanmu, aku akan maju ke medan pertempuran bersama dirimu. Ada atau tidak adanya dukungan dan bantuan dari semua klan," itu ucapan final yang Hakken berikan.
"Kau dibingkai oleh pria sialan itu Queen. Aku tahu dirimu melebihi siapapun. Bahkan saat Raja Lucifer mempertemukan kita delapan ratus dua puluh tahun lalu, aku sudah jatuh hati dan langsung mencintaimu. Aku tak ingin membuatmu terluka, aku tak ingin jika dianggap tak becus menjaga istriku oleh ayahmu, Lucifer," ucap Hakken.
"Apa kau mencintaiku Lord?" tanya Kagume.
"Aku sangat mencintaimu, Queen. apa kau meragukan aku? Jangan, jangan ragukan aku dan cintaku."
Kagume terdiam, menatap iris ruby Hakken, suaminya. Pria yang diberi kepercayaan oleh ayahnya, Raja Lucifer.
Ayah? Kagume menganggap Lucifer adalah ayahnya, karena dialah yang menciptakan Kagume.
[Kerajaan Austom]
Raja Alvian tersenyum senang, dia tak perlu mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk melawan Hakken.
Dia tak bisa memiliki Kagume maka orang lain juga tak bisa.
Raja Alvian sedang duduk sambil menikmati darah segar para bangsawan di dunia tengah, Darah bangsawan lebih manis.
"My King ... apa yang akan kita lakukan saat ini? Semua pemimpin klan berhasil kita hasut, mereka tak berada di pihak Lord," ucap Lamora, pelayan kepercayaan Raja Alvian.
"Lamora ... Lamora ... Lamora ..." Raja Alvian memandang orang kepercayaannya lalu tersenyum sinis, "Kita akan menikmati permainan mereka, dan membuat suasana semakin keruh. Kau tahu bukan maksudku?" Raja Alvian meneguk sisa terakhir dari darah di gelasnya.
Raja Alvian tertawa saat melihat senyum dari pelayannya. Dia tak akan berhenti sampai Hakken benar-benar lemah, dan Kagume menghilang.
Dia benci saat direndahkan dan tertolak, dia benci saat Hakken memiliki segalanya.
Meskipun Hakken Lord, Raja Alvian akan berusaha mengalahkan Hakken dan menguasai dunia bawah.
Dia tak peduli sekalipun bagi semua klan Hakken adalah ayah, orang yang membuat mereka ada di dunia immortal.
Semua telah berubah, mereka telah berkembang pesat, dan dia sudah menjadi raja dari lima generasi.
Hakken seharusnya juga bisa musnah, sama seperti leluhur kaum dari para klan, pria itu seharusnya bisa mati menjadi debu.
Dan sekarang, semua keinginan dari Raja Alvian akan tercapai. Tak ada yang bisa melawan kehendak dunia langit.
Raja Alvian menghentikan tawanya, menarik Lamora kedalam pangkuannya, mencumbu pelayan pribadinya itu dengan kasar.
"Ahh ..." satu desahan keluar dari bibir Lamora, sedangkan Raja Alvian terus mencumbu Lamora.
Ya, bagi Raja Alvian semua hal akan terlihat menyenangkan dengan bermain kasar. Raja dari klan Vampire yang patah hati dan menjadi seorang raja pemberontak.
Raja Alvian bahkan tahu, anak dari Dewa Matahari juga menginginkan Kagume. Dasar dewa serakah, bahkan apa yang menjadi milik dunia immortal ingin mereka miliki.
[Istana Dewa Langit]
Dewa memiliki semua kuasa atas apa yang terjadi di langit dan di bawah langit, mereka akan memulai perang yang sesungguhnya.
"Yang Mulia, apakah Anda sudah siap?" tanya Dewa Matahari pada junjungannya.
"Jelas, aku sudah siap. Bukankah ini yang kita nantikan? Memusnahkan rubah itu beserta kerajaan immortal?" Dewa Langit tersenyum, dia menantikan perang ini sejak lama, sejak dunia ini belum terisi dengan ras manusia.
"Anda benar yang mulia, Dewa Perang sudah menyiapkan semua pasukan untuk menyerang dunia immortal. Dunia tengah akan dilindungi oleh Dewa Alam dan Dewa Tanah." Dewa Matahari memberi laporan.
"Kerja bagus, ini akan menjadi perang panjang. Kau tahu bukan, rubah itu adalah kutukan. Beruntung putramu tidak terpilih. Jika iya, maka sekarang kita akan saling memerangi," ujar Dewa Langit.
Dewa Matahari tersenyum, ingin sekali rasanya dia membunuh Dewa Langit, merebut tahtanya.
Jika itu terjadi, maka langit akan runtuh. Tak ada celah baginya untuk menjadi penguasa, bahkan tiga dunia juga akan hancur.
Dewa Matahari cukup tahu batasan ketika membunuh dewa penguasa di dunia atas. Jika Dewa Langit mati, maka habis-lah dia beserta isi bumi.
Tak bisa dipungkiri. Kagume, adalah sosok yang sempurna. Putri kesayangan Raja Lucifer.
Ahhh mengenai Lucifer, iblis itu tak akan bisa musnah. Lucifer lebih abadi daripada mereka para dewa, karena sejatinya Lucifer tak pernah hidup menggunakan raga, tapi jiwa. Lucifer tercipta atas kehendak Yang Kuasa, bukan mereka atau Dewa Langit.
Ada satu yang paling berkuasa, yang tinggal bahkan tak tahu dimana. Dia adalah Tuhan, yang menciptakan mereka.
Sementara Lucifer adalah malaikat buangan, Lucifer menjelma menjadi iblis, saingan dari Tuhan itu sendiri.
Kedua belah pihak itu tak pernah ingin ikut campur dalam urusan kuasa tiga dunia. Yang mereka lakukan hanya menikmati, lalu membagi jiwa yang akan masuk ke dalam koloni mereka, neraka atau surga.
Neraka yang entah dimana letaknya, sumber siksaan terkuat dan tak bisa dibayangkan oleh semua ciptaan.
Surga, menjadi sumber kebahagiaan bagi semua jiwa yang tak pernah melakukan kesalahan terlalu banyak.
Tapi kalian tahu bukan?
Jika syarat untuk masuk ke-dalam surga adalah mutlak sangat susah, dan menjadi rakyat kerajaan neraka adalah mutlak sangat mudah.
[Dunia bawah]
Langit dunia bawah semakin kelam, petir menggelegar dan suara guntur terdengar nyaring. Saat ini, Hakken sedang bersama lima ribu pasukannya. Menunggu perang yang akan dilaksanakan.
Keempat panglima perang saat ini sedang berjaga, mengatur barisan prajurit mereka masing-masing.
"Mereka datang," desis Hakken
Semua pasukan Hakken menatap keatas langit.
Dewa Langit terlihat menggunakan kereta emas. Dewa Perang Asmos yang memimpin mereka mengangkat pedang, sedangkan Dewa Zeus melempar petir ke segala arah, tanda perang akan dimulai.
Gemuruh semakin menjadi, terdengar di seluruh pelosok dunia bawah. Pasukan dewa dan dewi memenuhi langit dunia immortal. Pasukan yang lebih banyak dibanding pasukan Hakken.
"Ck ... hanya ini pasukan Anda Lord Hakken? Dimana klan yang Anda ciptakan dan Anda beri kekuatan? Mereka memberontak? Rasanya percuma. Dunia bawah akan dihancurkan." Dewa Langit terkekeh saat melihat wajah Hakken.
"Jangan sombong Dewa Langit. Apa yang Anda impikan dari perang ini?" Tanya Hakken dari bawah.
Hakken mengepakan sayap hitamnya, berdiri di depan pasukan Dewa Langit. Pengikut Hakken menunggangi naga terbang bahkan gagak raksasa.
Hakken memiliki sayap, begitu pula dengan empat orang kepercayaannya, perjanjian darah membuat mereka memiliki kelebihan.
"Sudah cukup basa-basinya!" tariak Dewa Perang Asmos.
Hakken mengangkat pedang Ragnarok, lalu mengacungkannya ke depan, memberi aba-aba segera menyerang.
"SERANG !!!" Teriak keempat panglima perang. Mereka segera menyerang dengan brutal pasukan Dewa Langit, begitu juga sebaliknya.
Sementara mereka sibuk berperang, Kagume berlari saat melihat Hakken sedang melawan dewa dan dewi.
Kagume terbang melayang di udara, dia masuk ke arena tempur dan mendekati Hakken.
"Queen !!!" Hakken segera menghampiri Kagume, lalu menarik tangan ratunya. Tatapannya mengatakan beribu kata kesal pada tindakan Kagume.
"Biarkan aku ikut berperang!" putus Kagume, dia menatap para dewa yang melihat dia dengan penuh tatap benci.
TRANG !!!
Suara pedang beradu di atas sana, Hakken dan Kagume saling melindungi satu sama lain.
Hakken kini melawan Dewa Langit dan Kagume yang melawan Dewa Matahari, keduanya bertarung.
Kagume mengeluarkan sembilan ekornya, matanya berubah menjadi kuning keemasan, taring panjang dan rambut yang berubah menjadi putih bersih.
Kagume menyerang Dewa Matahari, mencakar d**a dewa itu dengan brutal.
"Menyerahlah kau binatang!" Dewa Matahari menghadapi Kagume dengan penuh kata-k********r.
"Arggh!" Teriakan Hakken membuat Kagume tersenyum sinis. Suaminya berubah menjadi wujud menyeramkan, dengan tanduk dan pedang Ragnarok di tangannya, pria itu menyerang brutal Dewa Langit yang sedari tadi hanya memainkan tangannya untuk melawan Hakken.
♠♠♠
Perbukitan yang luas, Hugo dan pasukan yang dipimpin olehnya melawan Dewa dan Dewi Angin, mereka menggunakan angin untuk memukul telak Hugo.
"Sial!" Ucap Hugo saat salah satu panah tak kasat mata hampir saja melukai wajahnya, namun rambut Hugo terpotong dan berjatuhan di atas tanah.
Dewi Angin menyeringai, dia merasa terhina saat hanya melawan panglima perang.
Merasa belum puas, Dewi Angin menyerang Hugo lebih brutal. Sedangkan Dewa Angin menyerang Hugo dari jarak dekat.
Di sisi timur, di dekat hutan larangan. Hagai sedang melawan Zeus, Dewa Petir.
Beberapa kali Hagai melemparkan kekuatannya, api dari neraka. Dia terus menyerang namun Dewa Zeus dengan cepat menghindar lalu melempar petir ke arah Hagai.
Hagai menghindar lalu menyerang Dewa Zeus dalam jarak dekat. Dia juga tak peduli jika taruhan untuk melawan Dewa Zeus adalah nyawa.
Hagai menendang d**a Dewa Zeus. Namun secepat kilat Dewa Zeus menghindar, membuat Hagai menendang udara kosong.
"Kau cukup mengagumkan, panglima perang Hagai," ucap Dewa Zeus penuh kesombongan.
"Simpan kata-katamu Dewa Sialan!" Emosi Hagai sudah berada di ubun-ubun.
Beraninya dewa sombong itu membuat langit dunia immortal penuh petir-petir berisik.
Dewa Zeus sama sekali tak terpengaruh. Dilemparnya petir dan mengenai d**a Hagai.
Hagai terkenal sebagai tameng terkuat dunia immortal tak terluka, hanya terhempas dan terbentur di tembok kerajaan Dramiki.
"Hagai !!! gunakan perjanjian darah dariku!" Teriak Hakken, dia tak pernah ingin semuanya hancur. Kerajaannya adalah istana kesayangan sang ratu.
Hagai yang mengerti mengubah bentuknya menjadi singa putih, sayap putih besar mengepak di udara.
Dipandanginya Dewa Zeus yang juga menatapnya remeh. Dengan cepat Hagai menyerang Dewa Zeus.
Tapi sekali lagi, Dewa Zeus adalah dewa, memiliki kekuatan yang tak mudah dikalahkan.
Dewa Zeus menendang Hagai, dan melukai sayap milik Hagai. Hagai marah saat sayap indahnya terluka, Hagai menyerang dengan brutal Dewa Zeus yang kini terlentang diatas tanah. Dengan cepat Hagai menyerang, Dewa Zeus menghindar dengan cara berguling.
"k*****t!" Teriak Dewa Zeus saat Hagai berada di atas tubuhnya, mata Hagai menatap tajam pada mata Dewa Zeus.
BRAK !!!
Dentuman keras menggema dengan keras
Di sisi selatan Hugo masih melawan Dewa dan Dewi Angin, menghempaskan tongkat panjangnya sampai api menghantam kedua pasangan itu.
SYATZZ ...
Dewa Angin terhempas menghantam batang pohon besar dan membuat pohon tumbang. Dewi Angin melesat cepat ke arah Hugo, mencoba untuk melukai pria tersebut.
SRETZZ !!!
Goresan angin membuat tubuh Hugo terluka dan tercabik, itu tak membuat Hugo mundur.
Hugo kembali menghempaskan tongkat panjangnya, Dewi Angin melayang, rambutnya terbakar api dari hempasan tongkat milik Hugo.
"Lancang kau!" Teriak Dewa Angin murka.
Dewi Angin memekik sakit. Itu bukan api biasa tapi api dari dasar neraka.
Hugo mengikat perjanjian darah dengan Kagume, sama seperti Hagai yang mengikat janji darah dengan Hakken. Inilah alasan Hugo memiliki api neraka.
Belum sempat Hugo menghindar, Dewa Angin mengerahkan angin topan besar dan membuat semua pasukan yang dipimpin Hugo masuk kedalam pusaran.
Hugo terbang dengan kedua sayap yang seperti api, lalu menghempaskan tongkatnya dengan kekuatan penuh, Hugo menghela napasnya lalu berputar dan menghindari serangan Dewa Angin.
Di sisi utara Zamoro melawan Dewa Perang Asmos.
Zamoro memiliki kekuatan es, dia membekukan semua pasukan milik Dewa Perang. Dia sengaja bertarung di bagian utara, bagian dimana salju abadi berada dan memudahkan dia menggunakan pengendali es yang dia miliki. Bukan berarti dirinya tak bisa menciptakan es dan salju, ini hanya cara menghemat mana dalam tubuhnya.
Zamoro melawan Dewa Perang dengan lemparan es. mereka berada cukup jauh dari yang lain, saling menyerang dan melempar kekuatan mereka.
Dewa Perang agaknya sedikit kewalahan, pasalnya Zamoro adalah ciptaan yang tercipta dari darah yang dimiliki Hakken dan Kagume.
Zamoro adalah panglima perang yang diberkahi kekuatan naga es yang lama punah. dan itu yang membuat Zamoro sangat disayangi oleh Kagume.
Dewa Perang menghindar dengan cepat, tak lama Dewi Air datang dan membantu Dewa Perang.
Dilemparnya air bah pada Zamoro, namun air itu berubah menjadi es lalu hancur dan pecah, membuat ledakan besar. Zamoro menatap Dewi Air beringas lalu menggunakan kekuatan es-nya untuk membekukan Dewi Air. Sang dewi menjadi patung es lalu Zamoro menggenggam erat tangannya, es itu hancur begitu juga dengan tubuh Dewi Air.
Dewa Perang tak terima langsung menyerang Zamoro dengan beringas, membuat Zamoro mundur beberapa langkah dan menyeringai senang.
Zamoro berputar dan menciptakan badai salju, membuat Dewa Asmos melompat dengan cepat.
Dewa Asmos menebaskan pedangnya membentuk X dan membuat badai salju itu hancur berantakan.
Zamoro, berada di bawah kaki Dewa Asmos. Menarik kaki Dewa Asmos dan menghempaskan Dewa Perang tersebut kedalam air.
Dengan cepat Zamoro mengubah air itu menjadi es, tapi siapa sangka, Dewa Perang menggunakan kekuatannya untuk membuat barrier pelindung.
KREK ...
Barrier itu retak, dan cepat Dewa Asmos melesat ke udara, menebaskan pedangnya sampai sayap darah yang dimiliki Zamoro rusak.
Hanya tinggal satu sayap darah, Zamoro berteriak kesal dan sayap darah yang telah terpotong berganti menjadi sayap darah yang utuh kembali.
"Kau memancing kemarahanku Dewa Perang!" Ucap Zamoro dingin.
Dewa Asmos bergidik ngeri saat dilihatnya salju dan petir yang memenuhi langit dunia bawah.
Zamoro melesat cepat, menyerang Dewa Asmos dengan bongkahan es, Dewa Asmos terlempar dan menghantam tanah dengan keras.
BRAK !
SREEETTTT !
Dewi Perang, Freya. memotong kedua sayap Zamoro, membuat panglima perang itu terjatuh dan menghantam es keras yang diciptakannya sendiri.
Belum sempat Zamoro bangkit, dan melawan. Dewi Freya melompat dan membuat Zamoro kembali merasakan sakit atas kekuatan Dewi Freya.
Zamoro memandang Dewi Freya tajam. Secepat kilat, ditendangnya bagian perut Freya, membuat Dewi Perang terlempar dan menghantam es yang sangat keras.
Dewa Asmos yang melihat anaknya terluka secepat kilat langsung menyerang Zamoro. Mereka tak akan pernah kalah, itulah yang ada di otak Dewa Asmos.
Jika kalah maka mereka akan mendapat hinaan dari para penghuni langit.
Zamoro kembali melawan Dewa Asmos, Dewa Asmos dibantu oleh Dewi Freya.
Di sisi barat Ludino sedang berhadapan dengan anak Dewa Matahari. Mereka bertarung di dekat laut mati, laut beracun yang menjadi tempat buangan bagi para penjahat.
Ludino memiliki kekuatan sihir hitam terlarang yang berasal dari buku hitam. Ludino adalah panglima perang paling kelam, bisa membuat semua lawannya menjerit takut.
Ludino melempar sihir hitam pada anak Dewa Matahari, membuat pria yang terkenal tukang mabuk di dunia langit itu terhempas menuju karang di daerah laut barat dunia bawah.
Diatas laut mati keduanya saling melempar kekuatan, menyerang dengan brutal, bahkan mereka tak mempedulikan pasukan yang semakin berkurang. Mereka sama-sama mempunyai nafsu membunuh.
Ludino melempar seribu sihir jarum beracun yang berhasil dihindari oleh Raiyu, anak Dewa Matahari.
Kekuataan matahari yang panas membuat sihir Ludino musnah, Ludino menghempaskan tongkat sihir dengan lambang kepala burung phoenix, dihempaskannya kekuataan hitam yang menghantam d**a anak Dewa Matahari.
Raiyu, melempar bola api kepada Ludino. Namun dengan cepat panglima perang itu menggunakan barrier sihir hitam, api menyerang balik pemiliknya bagai bumerang.
Raiyu, yang kaget menghindar dan bola api membakar hutan di sekitar mereka.
Seringaian terpatri di bibir Ludino, secepat kilat Ludino melesat dan muncul dibelakang Raiyu, membuat Raiyu kaget dan reflek mengeluarkan aura panas sampai Ludino mundur.
Ludino melempar mantra sihirnya, dan membuat api itu padam, ditendangnya belakang Raiyu dan membuat Raiyu terlempar sampai ke dalam laut.
Namun detik berikutnya, air laut berubah menjadi panas. Raiyu menggunakan kekuatannya membuat air laut menjadi mendidih dan mengeluarkan uap panas.
Ludino melempar kembali sihirnya lalu berputar dan membuat hujan badai di laut, dengan kekuatan es yang juga dimilikinya, Ludino membekukan laut, dan itu jelas membuat Raiyu murka.
Dengan cepat Raiyu terbang dan melesat ke arah Ludino, menyerang Ludino dengan pukulan tangannya, bentuknya sudah berubah menjadi bara api panas dan menyerupai matahari berjalan.
Sungguh mengerikan, jika saja Ludino terkena serangan itu. Dia bisa menjadi daging panggang dalam waktu sedetik.
Ludino sadar Raiyu bukanlah lawan yang imbang dengan dirinya, tapi dia tak akan pernah mundur. Sumpahnya akan tetap sama, melindungi Kerajaan Dramiki, Hakken dan juga Kagume.
Ludino terbang dengan cepat ke arah atas, namun petir yang Dewa Zeus lemparkan saat bertarung dengan Hugo cukup membuat siapa saja menggeram kesal karena terkejut. Ludino berputar dan menghujani Raiyu dengan seribu pedang racun, Raiyu dengan gesit menghindar.
Namun tidak saat tombak beracun menggores sedikit kulitnya dan membuat kulitnya melepuh.
Ludino membaca mantra sihir dan membuat Raiyu berteriak kesakitan, udara di dunia bawah menjadi panas karena emosi Raiyu.
♠♠♠
Dewa Matahari yang menyadari jika putranya sedang lepas kendali mengabaikan Kagume. Mereka masih berada di lapangan luas yang gersang, tempat yang sering dijadikan sebagai lokasi hukuman bagi para tahanan penjara. Tempat yang juga dijadikan arena perang serta latihan pedang.
"Jangan mengabaikan lawan mu saat kau bertarung!" Bentak Kagume dan di balas tatapan benci Dewa Matahari.
Dewa Matahari berputar, menarik salah satu ekor Kagume dan melemparkan Kagume ke bawah.
Kagume yang memiliki pertahanan kuat segera terbang dan melesat, matanya berubah menjadi hitam kelam dan dalam hitungan detik Kagume menggenggam tangannya, membuat angin kencang dan matanya berubah menjadi semerah darah.
Kagume melempar api hitam dan batu neraka pada Dewa Matahari, yang tentu saja sulit untuk di hindari. Ekor Kagume menyerang Dewa Matahari, ekor itu berubah menjadi sangat panjang dan memasung tubuh Dewa Matahari. Namun Kagume melepaskannya, saat terasa panas di tubuh Dewa Matahari.
Kagume kembali menyerang, kali ini dia menggunakan sayap berwarna putih bersih, mengepakan sayapnya lalu mengangkat tangannya sampai semua jiwa yang mati di tiga dunia bangkit, menuruti keinginannya.
Dewa Matahari jelas saja kaget dan menghindar dengan cepat. Dewa Langit yang merasakan kekuatan sang rubah, segera mengalihkan tatapannya dari Hakken.
Hakken cepat menyerang Dewa Langit menggunakan kekuatannya. Darah berputar dengan cepat, membuat topan yang membuat semua pasukan mereka berteriak sakit.
Darah itu menyedot semua jiwa dan darah mereka, baik dari kalangan dewa maupun kalangan immortal yang ada di dekat Hakken perlahan mengembuskan napas terakhir, dan hancur bagai debu. Darah mereka menyatu dan membuat Hakken semakin senang.
Dewa Langit akhirnya berdiri dan melawan Hakken dengan serius, bukan dengan duduk dan menghempaskan semua kekuataan Hakken dengan tangannya.
Dewa Langit menganggap remeh Hakken, dia tak pernah menyangka jika Hakken semenakutkan ini. dia akui jika sulit melawan Hakken, karena pria itu adalah Lord pemilik darah semua golongan.
bahkan Dewa Langit cukup tahu jika Hakken diberkati oleh Dewa Kematian.
Keduanya bertarung, membuat ruang cukup luas untuk mereka, sayap Hakken mengepak dengan kencang, sampai membuat robohnya pohon dengan lahan hutan besar, kereta emas milik Dewa Langit terlempar.
Keduanya bertarung, saling menyerang tanpa perduli lagi dengan keadaan sekitar. Sudah cukup untuk bermain dan membuat tenaga habis, itu yang mereka pikirkan.
Tanpa mereka sadari dua malaikat turun, memegang sebuah tongkat dan buku tebal.
Keduanya menatap marah pada kelakuan para penguasa. pakaian putih mereka bersinar menyilaukan, salah satu malaikat menghempaskan tongkatnya, membuat dua kubu terpisah, terhempas kebagian pasukan mereka masing-masing.
Kekuataan mereka seakan tak berguna saat malaikat perang menggenggam erat tangannya, menggenggam semua kekuatan para dewa dan jelas juga para kaum immortal.
Mereka yang bertikai menatap keduanya, para malaikat kini melayang dengan sayap indah berwarna putih bersih, cahaya mahkota di atas kepala keduanya adalah sinar abadi, mereka menatap pada kilau mengagumkan dari kedua malaikat.
Malaikat Gabriel membuka buku yang ada di tangannya, suara sangkakala berbunyi menghentikan semua orang yang saling menatap penuh amarah. Dipandanginya, mereka dan hanya terdiam.
"Kalian terlalu berisik, sampai kami diutus dari surga untuk menghentikan kalian," suara itu menggema dengan keras, menggema di seluruh pelosok dunia bawah, bahkan sampai ke lubang semut sekalipun.
Malaikat Gabriel, menatap Dewa Langit. dia cukup tahu betapa angkuhnya Dewa Langit.
Sementara malaikat Michael menatap Hakken yang masih terengah, seorang wanita berekor sembilan ada di dekatnya.
Malaikat Michael, melihat kepingan es. Didalamnya masih ada beberapa potongan tubuh Dewi Air yang menjadi es yang dihancurkan Zamoro.
"Dengarkan ini! Kalian tak akan bisa melawan sekalipun kalian mengerahkan semua kekuatan kalian," ucap malaikat Gabriel, baru saja ia ingin melanjutkan perkataannya, benang merah dari Raja Alvian membuat malaikat Michael menghempaskan Raja Alvian yang mencoba menyerang malaikat Gabriel.
"Alvian, sang Raja Vampire! Atas kuasa dari Sang Pencipta, aku menidurkan-mu dan semua kaum-mu untuk selamanya." Detik itu pula, Raja Alvian beserta Semua klan Vampire bernyawa, mereka musnah tanpa sisa. Semua klan yang datang untuk melihat terdiam penuh ketakutan.
Dengan sebaris kalimat, malaikat itu menghancurkan kaum mereka dengan mudah. Kekuataan yang benar-benar tanpa batas.
Semua orang disana menatap takut saat malaikat Gabriel kembali mengangkat tangannya. Bunyi sangkakala terhenti dan digantikan dengan gemuruh angin yang kencang, menerbangkan helaian rambut, dan membuat Kagume tersungkur patuh.
"Kagume sang rubah, kau adalah satu nyawa yang dihidupkan oleh Raja Lucifer, menjadi anak dari Raja Lucifer dan kutukan bagi dunia. Tapi sekali lagi aku sebagai utusan Yang Kuasa akan menyampai-kan titah-Nya kepadamu" ucapan malaikat Gabriel membuat Hakken ingin menyerang, kali ini apa lagi pikirnya, apa yang di inginkan Sang Penguasa.
Mendengar semua perkataan malaikat pembawa pesan. Dewa Langit menyeringai, memandang benci pada kaum immortal.
"Ragamu akan hancur, dan jiwamu akan terkurung di tempat yang tak satu orangpun tahu, saat seribu tahun berlalu, akan hadir reinkarnasi dari dirimu. dan kau akan kembali hidup bersama ragamu. Yang Kuasa memberi kesempatan terakhir padamu untuk memperbaiki semua kekacauan yang terjadi sekarang. kau harus memperbaiki semua dengan benar, menempatkan dirimu dengan duniamu dan kau harus mendamaikan dunia immortal bersama suamimu, Sang Lord Hakken."
Setelah perkataan itu selesai, Kagume menjerit kesakitan, bahkan saat Hakken mencoba menolongnya, dia tak bisa mendekati Kagume, malaikat Michael memblokir semua kekuatannya.
Kagume menjerit sakit, raganya hancur dan jiwanya dilemparkan oleh malaikat Gabriel ke tempat yang sangat jauh.
Semua orang semakin ngeri melihat semua hukuman bagi sang ratu dunia immortal.
"Dan kau, Lord Hakken. Kau tertidur dan akan terbangun saat Kagume menemukan raganya kembali. Kau akan tertidur begitu juga semua klan dunia immortal. Untuk keempat panglima perang, mereka akan menjadi patung yang menjaga peti matimu. Setelah kau terbangun kembali, tugasmu sama seperti Kagume. Kau akan membuat semua klan yang kau ciptakan dalam perdamaian dan mengendalikan kekuatan mereka, kau harus menjaga keseimbangan dunia bawah!"
Setelah itu, malaikat Michael menghempaskan tongkatnya, Hakken menghilang dan keempat panglimanya juga demikian, Hakken langsung tertidur di ruang tahta, di dalam peti mati yang mewah.
Keempat panglima perang berubah menjadi patung yang menjaga setiap sisi peti mati Hakken. Tak berapa lama penghuni dunia immortal terjatuh dan tertidur, kemudian raga mereka menghilang.
Dewa Langit semakin senang, namun senyumnya punah saat malaikat Gabriel dan malaikat Michael memandang mereka penuh murka.
"Dewa Langit, dewa penguasa dari kalangan atas. Sang Penguasa mencabut semua kekuataan dewa kau dan semua dewa serta dewi dunia atas. Kalian hanya bisa menjalankan tugas kalian dengan layak tanpa kekuataan. Kalian akan menjadi ciptaan lemah! Kalian akan mendapatkan kekuatan kalian jika kalian menyadari kesalahan kalian, tidak egois dan tidak saling mengadu kekuatan serta menebar kebencian. Kalian dihukum sampai kalian bisa bersikap bijak, tidak semena-mena!"
Detik itu malaikat Michael mengangkat tangannya, lalu menggenggamnya. Menghempaskan tongkatnya dan membuat semua dewa dan dewi kembali ke langit.
Para dewa tak akan bisa turun ke bumi, semua portal ditutup, termasuk portal dunia bawah.
Malaikat melaksanakan tugas dengan baik. Saat semuanya selesai, keduanya terbang dan menghilang bagai cahaya.