DUA

1419 Words
Hal yang tak disukai banyak orang  adalah saat dirinya bandingkan dengan tetangga, saudara tiri, etc. _____ “Pi, nilai Kai udah tinggi kan?” “Masih belum hebat, kemarin kakak mu masuk UI” “Dia bukan kakak ku Pi. Kakak aku hanya mbak Indri, Mbak Jenar, dan Mas Haris.” “Dia juga kakak mu.” Lamunan Kai buyar saat ponselnya berdenting. Chat dari Nina. Nina Bobo Bang Vian udah ngasih kontak lo sama dia. Tunggu aja dia ajak lo ketemuan. Kai hanya membalas 'Iya' kemudian saat ia hendak menonaktifkan ponselnya, nama Papinya terpampang di layar ponselnya. Kai menghela napas, memilih tak menjawab panggilan dari Papinya. Kai muak dengan Papinya yang selalu menyuruhnya untuk keluar kota mengurus proyek. Lalu manfaat kakak tirinya yang t***l itu apa? Hanya bersolek memamerkan wajah menor dan d**a silikonnya itu? Bahkan Papinya itu tak menegur penampilan terbuka si t***l itu, sedangkan Kai saat lulus SMP Papinya menyuruhnya menutup aurat. “Kai.. Kamu gak angkat panggilan Papi?” Indri, kakak kedua Kai yang sedang mampir di rumah Mami menatap adiknya yang sedang rebahan dengan kedua kaki bertumpu di dinding kamarnya. “Males. Kenapa? Papi marahin mbak lagi? Lagian mbak kenapa malah jawab panggilan Papi?” ucap Kai ketus. Indri menghela napas, dulu adiknya sangat kalem dan lembut, tetapi semua berubah saat Papinya menikah lagi dan selalu meremehkan prestasi Kai. “Dia Papi kita Kai. Gak boleh gitu.” ucap Indri lembut. Indri sangat sabar menghadapi adik bungsunya itu. “Tapi Kai gak anggap dia Papi tuh. Emang ada Papi yang lebih pilih menghabiskan banyak waktu dengan pelakor dan menganggap rumahnya sendiri seperti neraka?” tanya Kai sarkas. “Kai.. Adik mbak gak gini loh. Adik mbak orang baik.” Kai mendengus tetapi ia selalu kalah saat kakaknya yang penyabar itu sudah memujinya. Hanya kakaknya yang tulus menyayanginya. “Iya.. Iya nanti Kai jawab panggilan Papi.” ucap Kai malas. Indri mengacak puncak kepala Kai dengan sayang. “Turun yuk, Rayyan nanyain kamu katanya daritadi gak keluar.” ucap Indri. Kai mengangguk lalu ikut turun bersama kakaknya. ** “Tante Kai” Rayyan berlari memeluk Kai. Kai merentangkan tangannya lalu membawa Rayyan ke dalam pelukannya. “Rayyan, Tante kangeeen banget.” ucap Kai lalu mencium kedua pipi keponakannya yang berusia 6 tahun itu dengan gemas. “Rayyan juga kangen.” jawab Rayyan balas mencium kedua pipi Kai membuat Kai tertawa. “Mami kemana dek?” tanya Indri. “Butik lah. Kemana lagi? Eh iya, aku baru ngeh kok mbak tumben kesini?” Indri tersenyum. “Pengen nginap disini lah, nanti juga mas Erwin nyusul. Mbak juga pengen bilang sesuatu tapi tunggu Mami balik dulu” ucap Indri. Kai menatap kakaknya penasaran tetapi Indri tak mengucapkan apapun lagi. “Ponsel tante bunyi” ucap Rayyan mengalihkan pandangan Kai, ia menghela napas memandang ponselnya yang tadi ia letakkan ke atas meja. “Rayyan ambilin tante minum ya? Haus. Oh iya ada pudding juga di kulkas” ucap Kai memasang cengirannya. Rayyan memberengut sedangkan Indri tertawa. Kai melihat nama Papinya. Dengan malas Kai menjawab panggilan itu. “Hm? Kenapa Pi?” “Begitu cara kamu menjawab telpon Papi, Khaylila?” Kai menghela napas menahan kesal. Dan ia memilih diam. “Kamu tidak ke kantor?” “Malas. Kenapa? Papi mau nyuruh aku apa?” “Satu jam lagi rapat dan perwakilan untuk tim desain interior tidak ada” “Memang si kakak tiri itu dimana? Shoping? Liburan di Raja Ampat?” Baratayudha terdiam mendengar ucapan sinis putri bungsunya. “Aku tidak peduli lagi. Baru kali ini aku bolos kerja dan Papi sudah mencariku. Bagaimana dengan dia? Pekerjaannya tidak pernah becus dan Papi membiarkannya saja.” ucap Kai lalu memutuskan sambungan telponnya. “Mbak, Kai mau ke kantor sebentar. Ada rapat!” ucap Kai sebal dan beranjak pergi menuju kamarnya tak memedulikan panggilan Rayyan yang sudah membawa segelas air putih dan satu cup pudding oreo. Kai benar-benar benci hal ini, dia masih selalu peduli dengan Papinya. “Menyebalkan sekali!” ketus Kai sambil memakai pashmina nya. Ia mengabaikan panggilan telpon dari sekretaris Papinya yang pasti akan menawarkan jemputan supir untuknya. Kekayaan berlimpah ini membuat Kai ingin sukses dengan caranya sendiri tetapi sialnya ia malah menjadi kacung di perusahaan milik Papinya itu. ** Alfath menghela napas menatap layar ponselnya yang menampilkan chat terakhirnya dengan Avian, sahabatnya. Avian Jangan lupa hubungi nomor itu. Dia sahabatnya Nina. Anaknya baik walau kayak petasan banting.  Oh iya namanya Kai, lengkapnya Khaylila Ayesha Baratayudha Melihat nama terakhir itu, Alfath langsung tau gadis itu pasti hidup dengan bergelimang harta. Siapa yang tidak kenal Baratayudha? Pemilik perusahaan kontraktor yang terkenal, bahkan perusahaannya masuk dalam 10 perusahaan terbaik di Indonesia. Alfath mengamati profil gadis itu. Foto keluarganya, tetapi ia tak melihat Baratayudha di foto itu. Alfath segera mencari tau tentang gadis itu, ia tentu saja harus tau orang seperti apa yang akan ia dekati. Makanya ia menolak semua gadis pilihan Ibunya, karena sifat mereka tidak bisa ditolerir Alfath. Selang 1 jam kemudian, anggotanya membawakan map berisi kertas tentang gadis yang bernama Khaylila itu. Alfath membaca profil gadis itu dengan saksama. Alfath takjub melihat prestasi yang diraih gadis itu. Yang ia tau, gadis kaya jarang memiliki otak yang mereka pakai, mereka hanya memikirkan barang-barang mewah dan berfoya-foya. Lalu Alfath mengambil ponselnya, mencari user name ** gadis itu. Alfath mengamati foto-foto uggahan Kai. Tidak terlalu banyak seperti kebanyakan gadis kaya lainnya yang hobi traveling. “Menarik” gumam Alfath lalu kembali meletakkan ponselnya ke atas meja. Alfath semakin penasaran dengan gadis itu tetapi Ia belum bisa bertemu dengan gadis itu karena misi sedang menunggunya. ** Kai menempelkan ponselnya diantara bahu dan telinganya, mendengarkan ocehan Nina sambil mondar mandir untuk pergi ke kantor. Kai tidak pernah bisa bolos, dia terlalu mencintai pekerjaannya walaupun itu dikantor Papinya sendiri. Sejak kecil, Kai ingin menjadi seorang desain interior. “Lo nginap disini ya Kai? Gue sendirian, bang Vian lagi ada misi.” “Emang diizinin ya Nin? Kata orang-orang laporan kalau mau ke tempat tentara gitu harus laporan dulu.” “Ya diizinin lah, lo bilang aja mau ketemu Nina Mahesa, istrinya Kapten Avian Mahesa. Udah deh selesai. Gue beneran kesepian tau Kai. Gue juga ajak Mila sama Shey.” “Oke gue kesana pulang kerja nanti.. Oh iya Nin, itu cowok beneran niatan gak sih kenalan sama gue?” Kai menatap pantulan wajahnya lalu ia mengaktifkan mode loadspeaker dan meletakkan ponselnya itu di atas meja riasnya. “Loh? Emang bang Alfath belum hubungi lo? Padahal minggu yang pas gue chat lo itu, bang Vian udah kirimin kontak lo sama dia” “Dia gak minat sama gue tuh. Yaudah gue mau kerja dulu ya Nin. Bye” Kai memutuskan sambungan lalu beranjak turun ke ruang makan setelah mendengar panggilan dari mbak Jenar. “Mas? Kapan pulang?” Kai langsung menghambur kedalam pelukan kakak sulungnya yang merupakan seorang polisi dan beberapa tahun ini bertugas di luar Jawa Haris Putra Baratayudha langsung memeluk adik bungsunya yang paling cerewet itu dengan sayang. “Tadi subuh.” jawab Haris. “Kai senang mas akhirnya pulang. Mas jadi pindah kesini kan?” Haris menganggukkan kepalanya dan hal itu membuat Kai bersorak girang tetapi ia seketika terdiam saat melihat Papinya keluar dari kamarnya dan Maminya ikut dibelakang. “Kai mau ke kantor dulu” ucap Kai mengecup cepat pipi kakak sulungnya dan bergegas pergi. “Kai, sarapa dulu nak” panggil Mami membuat langkah Kai terhenti. Kai menggelengkan kepalanya tanpa menoleh. “Nanti di kantor” jawab Kai datar dan kembali melangkah. “Khaylila!” seruan menggelegar itu membuat Kai memejamkan matanya lalu menolehkan kepalanya. “Kita sarapan bersama mumpung Papi di rumah dan Haris pulang. Mi, panggil Indri dan keluarga kecilnya” ucap Baratayudha seolah tak bisa di bantah. Kai mengepalkan tangannya dan Jenar menyuruh adiknya mendekat. “Bagaimana pekerjaan kamu di kantor?” tanya Baratayudha. Apa peduli Papi? “Baik” jawab Kai singkat. “Kamu tidak ingin mengambil cuti? Liburan” “Gak perlu Pi. Aku gak butuh liburan.” Baratayudha menatap sang putri bungsu yang kentara sekali tak menyukainya. “Kenapa? Masih berusaha untuk naik jabatan?” tanya Baratayudha sarkas. “Aku gak seambisius anak pelakor itu Pi. Aku sadar diri kok dimata Papi, dialah yang paling berprestasi sehingga cepat mendapat jabatan tinggi bahkan saat masuk pun tak memerlukan interview” jawab Kai dan ia memilih pergi bahkan tak menghiraukan panggilan sang Mami dan gebrakan meja Papinya. Dulu sebelum tau Papinya berselingkuh, Kai sangat mengagumi Papinya. Tetapi semuanya berubah saat ia mendengar Papinya yang berniat menceraikan Maminya tetapi Maminya itu menolak karena memikirkan anak-anaknya. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD