bc

My Secret Affairs ( season 2)

book_age18+
2.2K
FOLLOW
19.6K
READ
revenge
possessive
journalists
drama
bxg
loser
female lead
city
cheating
lies
like
intro-logo
Blurb

SEQUEL dari My Secret Affairs season 1

Setelah kepergian Aldi dan kehilangan janinnya, Riska merasa hidupnya sendiri dan hampa. Tetapi dua pria tampan Ryan dan Nick, kini berusaha merebut hatinya untuk menjadikannya kekasih.

Siapakah yang akan mendapatkan cinta Riska ? Akankah Ryan berhasil menjalin hubungan dengannya lagi ? Atau ia naik ranjang dan menjadikan Nick suami keduanya ?

Ikuti lagi kisah romantis Riska di 'My secret affairs- season 2'

"Kau bukan adik ipar-ku lagi, Ris. Status mu sekarang single, dan aku berhak untuk menjadi kekasihmu." (Nicholas Jose Leandro)

"Aku masih mencintaimu, Ris. Dari dulu hingga kini, cintaku tak berubah." (Adryan Li Saputra )

chap-preview
Free preview
Merindukanmu lagi...
Setahun kemudian, Maret 2018 Bogor-Resort milik Aldi “Apa kabarmu hari ini, Ris? Kudengar kau sekarang sibuk ya setelah menjadi Manajer?” Riska tertawa mendengar ucapan Fany Orazio, mantan Bos nya saat bekerja sebagai jurnalis setahun yang lalu. “Kabar baik, Bu. Untungnya aku tak sesibuk Ibu. Lagi pula sudah dua bulan ini Jeff membantuku mengurus Resort, jadi..aku merasa tertolong menjalani bisnis penginapan ini dengan ilmuku yang minim.” sahutnya menjawab panggilan Fany yang apa adanya.  Waktu memang cepat bergulir, sudah lama sekali Riska tidak berkomunikasi bersama Fany, bahkan mantan atasannya itu sempat terkejut dan bersedih setelah mengetahui dirinya keguguran. Saat kejadian itu terjadi, Fany berada di Italia. Wanita cantik blasteran Italia Manado itu disibukkan dengan berbagai pekerjaan yang membuat dirinya tidak sempat mengunjungi Riska. Tak hanya Fany, kesibukan pun menjadi makanan sehari-hari Riska. Setelah kehilangan anak hasil pernikahannya bersama Aldi, ia bertekad untuk tidak berlarut-larut menangisi apa yang sudah terjadi walau tak dipungkiri hampir setiap malam memimpikan Aldi bersama ibu dan seorang anak kecil. Namun, kehilangan orang-orang yang ia cintai menjadikan dirinya kuat dan yakin Tuhan akan memberikannya kebahagiaan kelak. Ia yakin rencana Tuhan lebih indah daripada rencananya. Terutama pria yang kelak menjadi pasangan hidupnya.  Riska kembali melanjutkan pembicaraannya bersama Fany. "Selain Ayah mertuaku dan Nick. Aku sangat terbantu dengan kehadiran Jeff di Resort ini lagi. Mereka tidak segan mengajarkanku banyak hal. Dan dari mereka lah aku belajar tentang bisnis penginapan. Dan seperti yang ibu tahu, bidang ini sangat berbeda jauh dengan pekerjaanku dulu. Tapi lama-lama aku menyukainya, Bu. Dari bisnis ini aku belajar banyak hal, baik itu mempelajari   karakter pengunjung yang bermalam, mengetahui hal yang mereka sukai dan tidak dari Resort ini, lalu semua itu aku jadikan sebagai bahan evaluasi untuk menjadi lebih baik. Tidak hanya untuk diriku pribadi, melainkan kinerjaku sebagai Manajer Resort." Jelas Riska, mencurahkan sedikit dari banyaknya pengalaman yang  setahun ini ia dapatkan selama menjadi Manajer Resort. Riska tak menyangka penilaian Aldi mengenai dirinya hingga mendapat wasiat untuk menjalankan bisnis penginapan  karena Aldi sudah mengetahui kemampuan dirinya yang mampu meneruskan bisnis penginapan yang sudah berdiri selama dua puluh tahun itu. Sewaktu Aldi hidup, sudah yakin dengan kemampuan dirinya karena ia seorang wanita yang mau belajar, berusaha keras dan pantang menyerah. Karena kegigihannya juga, Riska merelakan rumah pemberian Aldi ia jadikan menjadi sebuah Museum. Beberapa novel, penghargaan dan foto Aldi memenuhi isi museum itu. Bukan tanpa tujuan Riska menjadikan rumah itu menjadi Museum. Ia menginginkan Aldi selalu hidup di hati Aldinov Lovers dan pengunjung Resort. Karena Museum itu, Resortnya selalu ramai dengan pengunjung. Selain mereka bermalam dan menikmati keindahan pemandangan Gunung Geulis, mereka juga ingin bernostlagia atau mengenang kembali sosok Aldi yang sudah tiada tapi tidak dengan karyanya selalu hidup di hati pembaca novel. Itu hanya salah satu cara Aldinov Lovers menghapus kerinduan mereka pada Aldi, penulis yang takkan pernah hilang di lekang waktu, walaupun sudah setahun lamanya Aldi meninggalkan dunia ini.  Mengunjungi makam dan menaruh sebatang mawar jingga di atas pusara Aldi, adalah salah satu cara Riska menghapus kerinduannya pada Aldi.  Bagi Riska mawar jingga adalah saksi bisu perjalanan cinta mereka yang berawal Aldi sebagai secret admirer dan berakhir menjadi suami walau harus berhasil merebutnya dari pelukan Ryan, sepupunya. Fany menghela nafas lega mendengar penuturan Riska dan ia sangat mempercayai Riska dan sependapat dengan Aldi karena Riska bisa di percaya menjadi Owner sekaligus Manajer Resort yang hebat. “Syukurlah, Ris. Aku yakin kau bisa menjalankan kerajaan penginapanmu itu, karena Aldi adalah orang yang pandai menilai seseorang, itulah sebabnya ia memilihmu karena kau layak  menggantikan dia, Ris.” katanya serius.  Tidak hanya Aldi, Fany pun bisa menilai Riska sebagai pribadi yang kuat, pekerja keras dan cerdas. Selama menjadi jurnalis dibawah asuhannya, Riska memang selalu profesional menjalankan pekerjaannya. Bahkan ketika ia harus mewawancarai Ryan di Pulau Tidung, yang notabene adalah mantan kekasihnya. Itulah Riska Anggraeni. Wanita cantik, cerdas, mandiri dan tegar walaupun kehidupan asmaranya tak jauh dari lingkaran cucu Mrs. Wang, ibu Jane yang menolak hubungan percintaan antara ayahnya, Ardi dengan Jane, ibu Ryan. Sudah suratan takdir, sikap Mrs.Wang yang telah menolak Ardi untuk menjadikan sebagai menantu menjadi sebuah karma. Karma dimana semua cucunya jatuh cinta dan tergila-gila pada Riska, anak perempuan satu-satunya yang Ardi miliki. Tetapi hanya Aldi yang berhasil menikahi Riska walau tak menutup kemungkinan suami keduanya antara Nick dan Ryan akan menikahinya kelak, karena status Riska sekarang adalah seorang janda atau wanita single. “Singgahlah jika Bu Fany berkunjung ke Bogor. Banyak hal yang ingin aku ceritakan tapi aku belum sempat ke Jakarta minggu ini.” Pinta Riska. Mengingat sudah dua minggu lamanya tak mengunjungi apartemen milik Aldi yang kini ditempati oleh Ryan di Jakarta. Riska memang meminta Ryan menempati apartemen peninggalan Aldi. Seperti yang ia tahu mantan kekasihnya itu sebelumnya tinggal bersama Jane di Jakarta Selatan.  Karena tak ingin menyewakan kepada orang lain, Riska lebih menyukai jika Ryan yang menempatinya secara cuma-cuma, walau Ryan selalu menyodori uang sebagai bayaran sewa apartemen tapi Riska menolak, karena ia berpikir apartemen itu harus di tempati dari pada dibiarkan kosong.  Fany tertawa kecil. “Tentu, Bu Manajer. Aku pasti mengunjungi Resortmu yang paling ternama di Bogor itu. Dan aku akan mewawancaraimu sebagai narasumberku, Ris. Kau siap? Semenjak menjadi Redaktur jarang-jarang aku mewancarai narasumber loh.” sahut Fany menanggapi ajakan Riska, tak kan ada orang yang menolak mengunjungi Resort yang sudah beberapa kali mendapat penghargaan sebagai Resort terbaik se-Bogor, terlebih lagi yang mengelola Resort itu sekarang adalah seorang Manajer cantik. Riska mengangguk setuju dan tertawa kecil ketika Fany memanggilnya 'Bu Manajer’. “Oke. Aku siap, Bu." Menanggapi ucapan Fany. "Aku tunggu kedatangan Ibu. Kabari aku jika main ke Bogor. Aku akan menyiapkan kamar spesial untuk Ibu.” Tawarnya lagi, ia tahu Fany menyukai bermalam di sebuah hotel atau Resort yang ternama walau hanya untuk refreshing menghilangkan kepenatannya sebagai Redaktur. “Oke, Riska Sayang. Akan aku kabari segera. Aku janji." Fany melirik arlojinya sebentar. "Aku tutup dulu, Ris. Aku harus menghubungi Pak Ryan, sepertinya ia harus merapikan ruang kerja bawahanku, agar mereka lebih giat bekerja dan menjadi orang sukses sepertimu.” Goda Fany lagi membuat Riska tertawa mendengar ucapannya yang mengingatkan saat masih bekerja dulu. “Aku anggap itu pujian. Baiklah, semoga berhasil, Bu. Bye.” Riska menutup panggilan Fany. Senyumnya masih mengembang sambil berjalan mendekati sofa lalu merebahkan tubuhnya setelah menaruh handphone di atas meja. Tak lama handphone itu kembali berdering, ia mengambil dan melihat nama seseorang yang sedang menghubunginya kini lalu bergumam. “Ini kedua kalinya kau menghubungiku, Nick.” Gumamnya, melihat nama Nick tertera di layar handphone. Kali ini Nick melakukan video call langsung dari New York, yang ia tahu. Riska menerima panggilan dan berusaha untuk tersenyum menyapa kakak ipar yang paling menjengkelkan itu. “Hai, Kakak ipar.” Sapanya memulai percakapan. Riska bisa melihat jelas Nick tersenyum lebar mendengar sapaannya dan pria itu terlihat sedang berada di dalam sebuah mobil. Seperti di dalam Taksi. “Hai, Ris. Kau dimana sekarang?”  Tanya Nick, walau tahu Riska sedang berada di kamar yang sekaligus menjadi ruang kerjanya di lantai dua Resort. Riska memperlihatkan tiap sudut ruangan pada panggilannya itu sambil menggoyangkan handphonenya kekanan dan kekiri membentuk setengah lingkaran. Tak lama ia kembali menaruh handphone itu tiga jengkal di depan wajahnya lagi lalu tersenyum. “Di ruanganku, Nick. Kau sudah menanyakan itu dua jam yang lalu. Dan aku masih disini, merebahkan  tubuhku di sofa.” Jawabnya, terheran Nick menanyakan hal yang sama seperti dua jam yang lalu, dan lagi-lagi membuatnya jengkel. “Memangnya ada apa? Kau ingin menemuiku? Lewat pintu Doraemon?” Gurau Riska, membuat lelucon tetapi Nick tidak tertawa, wajahnya terlihat serius. “Jika aku kesana hari ini dan menemuimu, apa kau siap membalas ciumanku?”  tanya Nick serius. Ya. Nick memulainya lagi. Membuat lelucon tentang ciuman seperti yang dulu sering ia lakukan. “Apa?!" Riska tertawa. "Ya, aku akan membalas ciumanmu tapi harus hari ini juga kau menemuiku. Bukan minggu depan atau lain waktu. Apa kau sanggup?” tantang Riska menanggapi lelucon Nick dan tahu Nick takkan menyanggupi tantangannya karena ia berada di New York. Sekalipun Nick melakukan penerbangan menuju Indonesia Nick takkan tiba hari ini juga, setidaknya dibutuhkan waktu 24 jam lebih untuk sampai di Bandara Soekarno Hatta, belum lagi melakukan perjalanan menuju Bogor yang memakan waktu sekitar tiga jam karena padatnya lalu lintas yang harus ditempuh. Tentu saja Nick takkan bisa menciumnya hari ini. Nick menyeringai. “Baiklah. Aku akan mencari Doraemon dulu, karena hanya dia yang dapat membantuku sekarang.” Sahutnya santai.  Mendengar ucapan Nick membuat Riska tertawa lagi sambil menggelengkan kepala. "Kau membuat perutku sakit karena tertawa, Nick." Air matanya mengembang karena geli mendengar ucapan konyol Nick yang tidak masuk akal. Sama seperti yang sebelumnya. "Nick?" Tawa Riska terhenti ketika panggilan itu terputus. Nick mematikan panggilannya tanpa pamit mengakhiri percakapan mereka. “Mungkin ia sedang mencari Doraemon di patung Liberty.” duganya lalu kembali tertawa. Riska menghentikan tawanya lalu berjalan menuju balkon, ia bersandar dan pandangannya tertuju ke arah utara Resort, tempat Aldi di makamkan setahun yang lalu. Air matanya mengembang, tak terasa sudah setahun lamanya Aldi pergi meninggalkannya sendiri, begitu juga dengan anak mereka.  Saat ini Riska sangat merindukan pelukan, kecupan, ciuman dan sentuhan Aldi yang kini tak dapat ia rasakan lagi. Ia hanya wanita normal yang sewaktu-waktu ingin merasakan belaian dari pria yang mencintainya, walau kini mustahil ia rasakan lagi dari sosok Aldi, pria yang tulus mencintainya. “Aku sangat merindukanmu, Al..sangat merindukanmu..” Tanpa sadar air mata Riska menetes, ia mengusap perlahan karena sadar ia harus tegar dan tak boleh terlena dengan kesendirian yang ia rasakan selama setahun ini. Ia yakin suatu saat nanti akan bahagia bersama pria yang mencintainya walau nama Aldi selalu hidup di hatinya.  Selamanya. Walau tak tahu pria yang kelak akan menjadi suaminya. Lamunan Riska buyar. Ia tertegun setelah mendengar suara ketukan pintu dan ia menduga itu adalah Jeff yang akan menemuinya untuk membubuhkan beberapa tanda tangannya lagi. Riska beranjak melangkah mendekati pintu sambil merapikan rambutnya yang berantakan.  Ia membuka pintu. “Ada apa lagi, Jeff?” Ucapannya terhenti, matanya membulat dan terkejut melihat seorang pria yang berdiri dibalik pintu itu membuat dirinya melangkah mundur karena tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. "Kau tak menyapaku?" Pria itu menerobos masuk lalu menutup pintu cepat. Ia menyeringai dan menatap tajam Riska yang melangkah mundur dan menyebut sebuah nama. "Nick?"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Rewind Our Time

read
160.8K
bc

SHACKLES OF GERALD 21+

read
1.2M
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
835.7K
bc

Beautiful Madness (Indonesia)

read
221.0K
bc

LAUT DALAM 21+

read
288.5K
bc

Papah Mertua

read
526.1K
bc

Mrs. Fashionable vs Mr. Farmer

read
419.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook