6. Tanda Tangan Kontrak

2049 Words
Pagi hari yang cerah di kediaman keluarga kecil milik Ranti, namun Ranti belum mau membuka kedua mata nya yang masih kantuk itu akibat semalam. Dret.. drett.. dret.. Getaran Handphone milik Ranti terdengar cukup lah keras, Ranti dengan malas pun segera mengambil benda pipih itu dan membuka mata nya dengan perlahan-lahan membaca notif pesan yang sedari tadi mengganggu jam tidur nya itu. "Berhasil! aku berhasil.." Pekik Ranti girang dan tertawa lebar seketika yang mana membuat Bu Windy segera masuk ke dalam kamar Ranti dengan pandangan panik itu. "Ranti, ada apa Nak? mengapa kau berteriak?" Tanya Bu Windy cepat dengan wajah bingung nya itu. Ranti sontak mengedarkan pandangan nya menatap ke arah Bu Windy ibu kandung nya itu dengan tatapan kedua mata nya yang berbinar-binar itu, ia pun segera berucap "Ibu, aku di terima.. Ranti, di terima di Rumah Sakit Cahya Delapan! Ranti, akan segera berkerja disana." Ucap Ranti cepat dan tersenyum lebar kearah Bu Windy Ibu kandung nya itu. "Benarkah? Allhamdulilah.. selamat, Nak." Ucap Bu Windy cepat dan segera mengecup kening Ranti dengan lembut. "Iya Bu, akhir nya cita-cita yang selama ini Ranti impikan bisa Ranti raih! Ranti, janji akan menjalankan perkerjaan ini dengan seluruh dan segenap hati Ranti." Ucap Ranti cepat dan segera berhamburan ke dalam pelukan Bu Windy. "Selamat ya, Nak.. Ibu, doakan agar kamu betah dan perkerjaan kamu lancar disana." Ucap Bu Windy cepat sambil mengusap-usap punggung ramping milik Ranti anak nya itu. "Terimakasih Bu, Ranti akan segera siap-siap dulu.. Ranti harus ke RS dan Toko Roti." Ucap Ranti cepat dan tersenyum kecil sebelum melepaskan pelukan hangat nya itu kepada ibu kandung nya yaitu Bu Windy. "Bersiap-siap lah, Ranti.. Ibu akan menyiapkan sarapan untuk mu.. Nak." Ucap Bu Windy cepat dan tersenyum kecil. Ranti tersenyum kecil dan mengaggukan kepala nya tanda setuju, ia pun segera bergegas pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap. 20 Menit kemudian.. Bu Windy Tengah membawa satu buah paper bag yang berisi tempat makanan berukuran sedang di tangan nya itu, Bu Windy pun segera menyerahkan paper bag itu kepada Ranti. "Bawalah ini, Filda pasti tak sempat sarapan karena harus membuka toko pagi-pagi hari." Ucap Bu Windy cepat dan tersenyum kecil. "Benar juga ya.. baiklah, aku yang baik hati ini akan membawakan nya makanan terlezat di dunia ini." Ucap Ranti cepat dan tertawa kecil seketika. "Hati-hati di jalan, jangan terlalu cepat mengemudikan motor nya.. Ranti." Ucap Bu Windy cepat dan segera mengantar Ranti menuju ke luar pagar rumah nya itu. "Baik, Bu Bos.. Ranti akan segera kembali setelah menandatangani kontrak kerja nya." Ucap Ranti cepat dan tertawa bahagia. "Baiklah-baiklah cepat pulang ya.. Ibu, akan menunggu mu di rumah." Ucap Bu Windy cepat dan segera melambaikan tangan nya kearah Ranti. Ranti bersenandung ria di sepanjang perjalanan menuju ke Rumah Sakit yang akan menjadi tempat adu nasib nya itu. Ranti selalu saja tersenyum lebar di sepanjang perjalanan dan tak jarang orang-orang pengguna jalan yang lain pun melihat ke arah Ranti dengan pandangan aneh yang mereka perlihatkan di wajahnya. Ctek.. Kini Ranti telah sampai di tempat yang ia tuju, ia pun sudah mengunci motor matic kesayangan nya itu dengan benar di tempat parkir khusus motor yang sudah ada itu. Ranti membuang napas nya dengan berat, rasa senang nya kali ini benar-benar membuat nya seperti melayang tinggi ke awan. Ranti dengan percaya diri pun kembali melangkah memasuki gedung besar yang ada di hadapan nya kini. "Permisi, saya Ranti yang melamar menjadi suster di gelombang ke dua.. saya harus ke ruangan mana ya untuk menandatangani kontrak?" Tanya Ranti cepat ke resepsionis Rumah Sakit Cahya Delapan yang kini memandangi nya dengan pandangan ramah itu. "Oh.. Iya, silahkan ke ruangan Dokter Sisil, hanya tinggal kurus ke depan sana dan ruangan ke tiga yang ada di bagian barat Rumah Sakit ini." Ucap salah satu resepsionis itu dengan ramah kepada Ranti. "Terimakasih." Ucap Ranti cepat dan tersenyum kecil kearah para resepsionis itu, dan segera melangkah kembali mengikuti arahan yang telah di beritahukan oleh resepsionis itu. Dengan langkah yakin Ranti kembali melangkah kearah yang sudah di beritahukan oleh resepsionis itu, kini ia telah sampai di depan pintu yang menjuang tinggi di hadapan nya itu. Tok.. tok.. tok.. terdengar suara ketukan pintu ruangan perlahan-lahan namun pasti itu, yang mana membuat si punya empu ruangan itu langsung melirik kearah pintu ruangan nya. "Masuk, tidak di kunci." Ucap seseorang wanita yang berkisar umur nya 36 tahun itu dengan cepat. Ranti yang mendengar peryataan itu pun langsung membuka pintu dengan pelan, dan kini ia dapat melihat seorang Dokter wanita yang sedang asik dengan game yang sedang ia maninkan di ponsel nya itu. "Taruh saja kopi nya di meja ku.. pastikan rasa nya tak terlalu manis." Ucap sang Dokter wanita itu cepat, yanga mana membuat Ranti kebingungan seketika. "Kopi?" Lirih Ranti pelan dan menatap bingung kearah sang Doker wanita yang ada di hadapan nya itu. Sontak saja sang Dokter langsung mengalihkan pandangan nya menatap wajah Ranti ia pun terkejut seketika dan langsung melempar benda pipih yang sedari dari ada di genggaman nya itu hingga jatuh ke lantai. Prak.. terdengar suara benda terjatuh cukup keras di telinga Ranti, Ranti pun sontak melihat kearah bawah dan segera menutup mulut nya dengan kedua tangan kecil nya itu. "TIDAK!" Triak sang dokter Sisil kencang dan memekikan telinga nya tak rela menerima kenyataan yang sudah terjadi pada ponsel pipih nya itu yang terjatuh ke lantai. "Game ku yang berharga." Ucap Dokter Sisil pelan dan terisak tangis menangisi game yang ada di ponsel pipih nya itu kini telah tandas mati karna telempar cukup kencang hingga membentur lantai itu. "Ahh.. maaf! biar Ranti yang ambilkan." Ucap Ranti cepat merasa tak enak dan segera mengambil benda pipih itu dan meletakan nya kembali ke atas meja. "Maafkan, Ranti Dokter." Ucap Ranti gelagapan dan menundukan pandangan nya merasa bersalah. Sang Dokter wanita itu sontak tertawa geli mendengar penuturan dari Ranti itu, Ranti bahkan tak salah apa pun tapi mengapa ia dengan berani melontarkan kata permintaan maaf? Sisil tersenyum kecil melihat kearah Ranti yang sedang menundukan pandangan nya itu, seperti bercemin pada diri nya yang dulu! Ranti benar-benar mirip diri nya yang dulu sebelum berkerja di Rumah Sakit ini. "Tidak apa itu kesalahan ku, duduk lah di kursi mu," Ucap Dokter Sisil cepat dan tersenyum kecil kearah Ranti. Ranti hanya menganggukan kepala nya mengerti dan segera mengikuti apa yang telah di perintahkan oleh Dokter wanita yang kini sedang menatap nya dengan tersenyum ramah itu. "Nama mu pasti, Ranti?" Ucap Dokter Sisil kembali dan tersenyum kecil kearah Ranti. "Iya, Dokter." Ucap Ranti pelan dan tersenyum kecil membalas senyuman ramah sang dokter itu. "Itu tadi hanya lah sebuah kecelakaan yang tak di sengaja, harap maklumi saya ya.. saya, memang suka main game tampa batas waktu jika sedang tak ada pasien." Ucap Dokter wanita itu cepat dan tertawa terbahak-bahak seketika. Sementara itu Ranti hanya bisa tersenyum kecil menanggapi ucapan sang dokter yang ada dihadapan nya itu. "Ini adalah surat kontrak kerja mu di Rumah Sakit ini, Ranti.. sebelum menandatangani nya kamu boleh baca terlebih dahulu, semua keputusan ada di tangan mu." Ucap Dokter Sisil cepat dan segera mengeluarkan kertas yang berisi semua perjanjian kontrak yang sudah tercantum jelas di setiap bagian kepada Ranti. "Terimakasih, Dokter Sisil.." Ucap Ranti cepat dan tersenyum bahagia melihat kearah sejumlah kertas yang ada di hadapan nya kini. "Sama-sama, pastikan kau menandatangani nya dengan keyakinan besar mu Ranti.. karna kontrak kerja ini akan berlaku selama 3 tahun." Ucap Dokter Sisil cepat dan tersenyum ramah kearah Ranti. "Baik, Dokter." Ucap Ranti cepat dan mengaggukan kepala nya seketika menyetujui ucapan yang baru saja ia dengar itu. "Silahkan baca terlebih dahulu, aku akan memberikan mu waktu selama setengah Jam." Ucap Dokter Sisil tegas menatap kearah Ranti dengan pandangan nya yang intens. "Terimakasih, Dokter." Ucap Ranti cepat dan segera membaca semua perjanjian kontrak di setiap halaman kertas yang ada di hadapan nya kini. Tak terasa waktu setengah jam telah berlalu, Ranti pun akhir nya menandatangani surat perjanjian kontrak itu, ia pun segera menyerahkan surat kontrak itu kepada Dokter Sisil yang sedari tadi sudah menunggu keputusan nya itu. "Kau memilih Rumah Sakit yang tepat, Ranti.. selamat karna kau akan berkerja di Rumah Sakit ini mulai besok." Ucap Dokter Sisil cepat dan segera mengulurkan tangan nya untuk memberikan selamat kepada Ranti. Ranti pun segera menyambut uluran tangan sang Dokter di hadapan nya itu, ia pun berucap "Terimakasih, Dokter.. Ranti akan berkerja dengan setulus hati dan dengan penuh tanggung jawab." Ucap Ranti tegas dan penuh dengan keseriusan dalam setiap kata yang telah ia ucapkan itu. "Baiklah, kau akan di tugaskan di bagian barat rumah sakit ini.. kau bisa temui aku jika kau membutuhkan sesuatu." Ucap Doker Sisil cepat dan tersenyum kecil seketika kearah Ranti yang kini ia pun sedang tersenyum bahagia itu. "Terimaksih banyak, Dokter." Ucap Ranti cepat dan menatap Dokter wanita itu dengan pandangan yang sulit di artikan. "Sama-sama, cepatlah kembali lagi besok.. dan temui aku kembali di ruangan ini." Ucap Dokter Sisil cepat dan segera ikut mengantarkan Ranti pergih keluar dari ruangan nya dengan membawa foto kopi surat mengenai kerja sama kontrak nya itu. Ranti pun tertawa kecil di buat nya atas ucapan yang baru saja ia dengar itu, dengan langkah yang pelan ia keluar dari ruangan Dokter ahli bedah itu. "Hati-Hati di jalan, sampai jumpa besok.. Ranti." Ucap Dokter Sisil cepat dan tersenyum kecil. "Sampai, jumpa besok.. Dokter." Ucap Ranti cepat dan tersenyum kecil sebelum kembali melangkah menuju ke luar gedung Rumah Sakit Cahya Delapan ini. Ranti melangkah dengan penuh rasa bersyukur kepada sang pencipta, ia bersenandung riang di sepanjang langkah nya menuju ke arah pakiran sepedah motor nya itu. Bruk.. totebag Ranti sontak terbang dan jatuh kebawah begutu saja setelah tertabak oleh orang yang tak ia kenal! Ranti pun langsung menoleh ke arah belakang dan menatap tubuh tegap yang sudah berjalan begitu saja seolah-olah tak terjadi apa pun! Ranti sontak bergumam memaki-maki sosok tegap itu dengan segala perkataan nya kasar nya, ia bersumpah jika bertemu dengan pria tegap itu maka ia akan mencakar wajah nya yang tebal muka itu sampai puas. "Ahh? kenapa aku harus bertemu dengan orang yang menyebalkan di hari yang membahagiakan ini? Uhg.. membuat ku kesal saja." Ucap Ranti cepat dan segera bengkit kembali dan melanjutkan langkah nya menuju ke tempat parkir motor kesayangan nya itu. Sementara itu di sisi lain, seorang pria berjas mewah tengah berjalan cepat dan menghentakan kaki nya yang mana membuat kharisma nya semakin mencuat! semua orang di Rumah Sakit pun melirik kearah nya dan juga ada yang tak jarang memuji ciptaan allah yang satu ini. "Permisi, Pak." Ucap salah seorang Suster pelan dan kikuk saat berhadapan dengan sosok pria tegap yang sangan mempesona itu. "Aku tak punya banyak waktu, cepat katakan!" Ucap sosok itu tegas dan dengan pandangan tajam nya menatap seorang Suster wanita itu dengan pandangan amarah nya. "Ma.. maa.. maaf, Pak! saya telah lalai menjaga Nona Tasya." Ucap seorang Suster itu pelan dan menundukan pandangan nya merasa takut. "Kau.. kau masih berani mengucapkan kalimat itu kepada ku? Hah! Cepat pergih dari hadapan ku, kalau kau masih mau tetap berkerja di Rumah Sakit ini." Ucap sosok tegap itu tegas dan dengan nada sedikit mengancam kearah seorang Suster yang sudah terbanjiri peluh keringat di dahi nya itu. "Ck! Kenapa para perkerja di Rumah Sakit ini sangatlah tidak becus! membuat ku tak tenang saja setiap hari nya, apakah kita perlu memindahkan Tasya dari Rumah Sakit ini." Ucap sosok tegap itu cepat dan menatap seseorang wanita yang tengah tertidur lama itu. "Maafkan saya, Tuan Erik.. tapi ini adalah Rumah Sakit yang terbaik di sekitar Ibu Kota, dan kita pun punya orang terpercaya untuk selalu menjaga Nona Tasya disini.. lebih baik kita bicarakan saja terlebih dahulu sehingga mereka bisa mengirimkan perawat terbaik untuk Nona Tasya." Ucap seseorang pria lain nya yang kini sedang berdiri di belakang sosok tegap itu. Sosok tegap itu pun sontak menghela napas nya dengan berat dan berkata "Ini sudah yang ke dua kali nya, Yoga.. aku tak bisa mempertaruhkan keselamatan Tasya seperti ini." Ucap Erik tegas dan meremas kedua tangan nya dengan erat. "Saya mengerti, Tuan.. tapi perpindahan Nona Tasya kelain Rumah Sakit sangatlah beresiko karna keadaan nya belum lah stabil seperti biasanya." Ucap seseorang pria yang bernama Yogi itu kembali berucap dengan nada khwatir nya itu. "Baiklah, hanya sampai keadaan Tasya kembali seperti biasa nya.. setelah itu aku akan membawa nya pindah ke Rumah Sakit yang lebih bertanggung jawab dari pada Rumah Sakit ini." Ucap Erik tegas dan menatap tajam ke arah depan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD