5. Bioskop

2041 Words
Pukul 20:15 WIB, Jakarta.. Ranti segera memasukan motor metic nya ke dalam garasi rumah nya, namun ia terdiam seketika saat melihat sebuah mobil telah memenuhi garasi kecil milik rumah nya itu, ia pun dengan sangat jeli berusaha mengingat plat mobil siapakah yang ada di garasi rumah nya saat ini. "Assalamualaikum, Bu." Ucap Ranti cepat dan segera membuka alas kaki nya sebelum masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam," Ucap Bu Windy cepat dan segera mengedarkan pandangan nya kearah Ranti. "Maa, apakah ada tamu yang datang? aku lihat di pakiran ada mobil." Ucap Ranti cepat dan segera mengecup punggung tangan Windy memberi salam kepada Ibu yang telah mengandung dan melahirkan nya itu. Windy sontak tersenyum lebar dan mengaggukan kepala nya tanda mengiyakan, ia pun segera berucap "Ada, kakak mu baru saja pulang.. Ranti." Ucap Bu windy cepat dan tersenyum lebar seketika ke arah Ranti putri nya itu. "Benarkah? dimana dia, Ibu?" Pekik Ranti girang seketika ia menyunggingkan sebuah senyuman ke bahagian di bibir nya itu. "Di kamar nya, saat ini kakak mu sedang membersihkan diri nya." Ucap Bu Windy pelan dengan sebuah senyuman terbit dengan manis di bibir nya itu. "Wah, Kakak pasti sudah berhasil Bu.. Kakak, menepati janji nya." Ucap Ranti cepat dan segera berjalan menaiki satu persatu anak tangga untuk sampai di depan pintu kamar nya itu. Tok.. tok.. tok.. terdengar suara ketukan di pintu terdengar pelan berbarengan dengan itu, seorang pria baru saja masuk kedalam ruangan itu setelah membersihkan dirinya. Cklek.. suara pintu terbuka dari luar, pria itu pun sontak menoleh kearah seseorang yang baru saja membuka pintu kamar nya itu tampa izin. "Kakak," Triak Ranti cepat dan segera berhamburan memeluk tubuh pria tegap itu dengan cepat. "Astaga, Ranti! kau sudah besar tapi kelakuan mu masih seperti dulu." Ucap seorang pria itu cepat dan terkekeh kecil sambil memeluk tubuh kecil Ranti dengan penuh kasih sayang. "Memang nya kenapa? apa yang salah dengan ku.. kakak, sendiri yang tidak pulang-pulang kerumah! aku kan jadi kesepian." Ucap Ranti pelan sambil memoyongkan kedua bibir nya itu cemberut tak suka atas perkataan dari kakak pertama nya itu. Pria itu sontak terkekeh geli dan mencubit hidung mancung kecil milik Ranti adik perempuan satu-satu nya itu ia pun segera berucap "Baiklah-baiklah, aku minta maaf adik ku yang manis.. cepat katakan apa yang kau inginkan sebagai hadiah dari ku? atas kepulangan ku ini." Ucap sosok pria itu cepat dan tersenyum kecil kearah adik perempuaan nya itu. Ranti sontak menggelengkan kepala nya dengan cepat dan berucap "Tidak Kak Rendi, aku tak akan meminta apa pun pada mu.. aku sudah sangat bahagia kau telah kembali pulang ke rumah dan kita bertiga dapat berkumpul kembali seperti sebuah keluarga kecil." Ucap Ranti cepat dan tersenyum bahagia ke arah Rendi kakak laki-laki nya itu. "Kau benar-benar tak akan meminta apa pun pada ku? hah.. padahal aku sudah menyisihkan sebagian gaji ku untuk membelikan mu hadiah, tapi tak apa lah jika kau tak meminta hadiah apa pun dari ku maka aku yang akan memberikan hadiah kepada mu." Ucap Rendi cepat dan tersenyum kecil seraya mengacak-acak rambut hitam pekat milik Ranti adik perempuan nya itu. "Benarkah? apa yg akan Kak Rendi berikan untuk ku?" Tanya Ranti cepat dengan segudang rasa penasaran nya itu. Rendi sontak tertawa lebar dibuat nya, Ranti adik perempuan nya satu-satu nya itu tidak lah pernah berubah! ia selalu saja bersikap so bijak namun sikap kekanak-kanaknya tak pernah hilang dari dirinya. "Mungkin tiket menonton untuk kita bertiga, bagaimana? Hm.. kita sudah lama tidak menonton bukan?" Ucap Rendi cepat dan tersenyum kecil kearah adik nya itu. Ranti sontak mengaggukan kepala nya dengan cepat dan tersenyum kecil seketika ia pun berucap "Baiklah, aku akan bilang pada Ibu.. Kak Rendi cepat lah turun ke bawah, oke." Ucap Ranti cepat dan tersenyum lebar seketika kearah Rendi sebelum ia pergih keluar dari kamar Rendi itu. Tab.. suara pintu ruangan tertutup kembali, Rendi sontak menghela napas nya panjang sebelum menatap kearah cermin besar yang ada di dalam kamar nya itu. "Lupakan semua masa lalu mu, Rendi.. jaga dan lindungilah keluarga kecil mu ini." Ucap Rendi tegas dan segera melangkah kearah pintu kamar nya lalu ia berjalan keluar menuruni satu persatu anak tangga. "Ibu, Kak Rendi mau mengajak kita menonton bertiga." Ucap Ranti cepat dan tersenyum lebar seketika kearah Bu Windy yang sedang menyusun piring makan di meja. "Benarkah? Kita sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama.. kamu sama Rendi sangat menyukai Bioskop kan." Ucap Bu Windy cepat dan tersenyum bahagia seketika akan hal yang baru saja ia dengar dari bibir putri nya itu. Ranti sontak mengaggukan kepala nya tanda setuju dan ia pun segera berucap "Iya, ada Film keluarga bagus.. yang bulan ini sedang di putar di Bioskop." Ucap Ranti cepat dan tersenyum kecil. "Wah.. wah.. wah.. seperti nya ada yang sudah tak sabar ingin menonton ya?" Terdengar nada suara berat yang kian lama kian mendekat kearah Ranti dan Bu Windy "Kak Rendi! Ups." Pekik Ranti pelan dan menundukan pandangan nya malu. "Rendi, jangan menggoda adik mu terus.. cepat kesini, kita makan malam bersama." Ucap Bu Windy cepat dan tersenyum kecil melihat tingkah kedua anak nya itu yang masih saling mengejek seperti anak kecil saja. "Baik, Bu." Ucap Rendi cepat dan segera menarik tempat duduk kursi meja maka dekat degan Bu Windy. Makan malam terasa menyenangkan bagi keluarga kecil itu, Windy tak dapat membayangkan kedua anak nya akan dewasa begitu dengan cepat. Windy pun memandang satu persatu kearah Ranti dan Rendi yang sedang saling melempar gurauan itu atas meja makan malam ini. "Ibu, dimana kaus kaki ku yang berwarna putih ke abu-abuan itu?" Triak Ranti kencang dari lantai atas rumah nya itu Bu Windy menggelengkan kepala tak kala mendengarkan triakan menggelegar dari anak kedua nya itu, ini adalah kebiasan Ranti ia selalu saja ribet akan semua hal jika ingin berpegihan seperti malam ini. "Ibu, akan kesana." Ucap Bu Windy cepat dan segera naik kembali ke lantai atas rumah nya itu, Ranti tidak akan bisa di beritahukan letak tempat dimana ia menyimpan semua kaus kaki milik Ranti, percuma saja ia tidak akan dapat menemukan apa pun! karna Ranti adalah orang yang sangat manja jika ia dekat dengan ibu nya itu. "Ibu, jangan.. biarkan Ranti mencari nya sendiri, Bu." Ucap Rendi cepat dan segera menahan langkah kaki Bu Windy itu. "Ayolah Rendi, Ranti masih kecil biarkan Ibu membantu nya.. Ranti pasti akan memakan waktu yang lama jika ia mencari nya sendiri disana." Ucap Bu Windy cepat dan tersenyum kecil kearah putra pertama nya itu. "Masih kecil? umur nya sekarang bahkan sudah bisa membuat anak kecil Bu.. berhenti memanjakan nya, karna Ibu terus memanjakan nya sikap kekanak-kanakan nya tak pernah hilang dari Ranti." UcapRendi cepat dan terkekeh kecil mendengar penutura dari ibu kandung nya itu. "Dapat! aku mendapatkan nya Bu.. aku akan segera turun." Pekik Ranti girang yang terdengar sampai ke lantai bawah itu. "Dengar? itu Bu.. Ranti sudah menemukan nya, percayalah padanya Bu.. Rantu, bukan lah anak kecil." Ucap Rendi cepat dan tersenyum kecil kearah Bu Windy. Bu Windy sontak menghela napas nya berat dan tersenyum kecil, bagaimana bisa ia setakut dan sekhwatir itu pada putri nya yang sudah besar ini. Bu Windy pun kembali berucap "Kau benar Nak, Ranti sudah besar.. Ibu, terlalu khwatir akan segala hal tentang adik mu itu." Ucap Bu Windy cepat dan tak terasa buliran air mata keluar dari sudut mata Bu Windy. Rendi dengan cepat menghapus buliran air mata milik Ibu kandung nya itu, ia pun berucap "Ibu, tidak perlu risau.. Ibu, sudah berhasil mendidik kami berdua dengan baik.. Izinkan kami berdua untuk merawat Ibu mulai sekarang." Ucap Rendi cepat dan tersenyum kecil kearah Windy ibu kandung nya itu. Bu Windy hanya bisa mengaggukan kepala nya dengan pelan dan segera memeluk Rendi putra pertama nya itu. Bu Windy menangis terharu di pelukan Rendi karna setiap kata yang telah ia dengar dari mulut putra nya itu. Bagaimana bisa putra nya bisa mengucapkan kata-kata yang begitu menyentuh ini? Bu Windy pun tersenyum sendu, kedua anak nya kini sudah tumbuh dengan baik tampa mengeluh akan ketidak hadiran sosok ayah di dalam hidup mereka berdua. "Kenapa? kalian menangis berdua saja? kenapa tidak mengajak ku." Ucap Ranti pelan dan segera berlarian kearah Bu Windy dan Rendi, ia pun dengan cepat memeluk tubuh mereka berdua dengan erat. "Hahaha.." Suara tawa terdengar nyaring di dalam kediaman salah satu rumah sederhana itu. Tingkah manja Ranti selalu saja ia perlihatkan di depan anggota keluarga nya, namun berbeda jika di hadapan orang lain ia akan terlihat sangat lah bijak dan serius mengenai hal apa pun. Pukul 22:15 WIB, Film Bioskop telah di mulai. Ranti dan keluarga kecil nya itu menonton dengan diam di dalam ruangan yang gelap itu, sesekali mereka mengoper popcron dan minuman dingin satu sama lain. Mereka bahkan tak terlihat seperti seorang anak dan ibu, mereka berdua malah terlihat seperti seorang teman yang sedang menonton bersama-sama di ruangan yang gelap itu. Blur.. suara air tertumpah dari tempat nya, Ranti sontak langsung berdiri karna merasakan sesuatu yang dingin di bagian kaki nya itu. "Air nya tumpah?" Pekik Bu Windy terkaget melihat bagian baju Ranti yang bawah sudah terkena basahan air soda berwarna merah itu. "Tidak apa-apa, Ranti akan membersihkan nya sendiri.. Ibu, menonton saja lagi." Ucap Ranti cepat dan segera berlarian menuju pintu keluar dari ruanagn gelap itu. Ranti dengan tergesa-gesa membersihkan pakaian nya yang tertumpah minuman dingin itu, bercak merah disana masih menempel di gaun berwana biru nya itu. Ranti menghempaskan napas nya dengan kasar, noda nya masih belum saja menghilang. "Bagaimana ini, ini adalah baju yang di belikan Ibu disaat ulang tahun ku ke 20 tahun." Ucap Ranti pelan dan menundukan pandangan nya sendu. Ting.. satu pesan masuk ke dalam handphone Ranti, ia pun segera membuka dan membaca pesan yang telah di kirimkan oleh kakak nya Rendi itu. "Lama sekali, perlu aku kesana?" Pesan dari Kak Rendi. Ranti menghela napas nya pelan ia pun dengan cepat mengetik balasan untuk sebuah pesan itu "Tidak usah Kak, aku akan segera kembali." Tertera isi pesan yang telah Ranti kirim itu. "Baiklah, aku harus segera kembali." Gumam Ranti cepat dan segera melangkah keluar dari kamar mandi khusus wanita itu. Bruk.. Ranti hampir saja terjatuh kebelakang! untung saja tubuh nya segera di tahan oleh lengan kekar yang sedang melilit di lingkaran pinggang nya itu. "Hati-Hati saat melangkah!" Ucap seorang pria bertubuh kekar yang dengan sigap menangkap tubuh Ranti itu. Ranti segera membenarkan posisi nya, ia pun berdecih kecil kearah pria yang sedang berdiri menjulang di hadapan nya kini, ia pun berucap "Kau yang menabrak ku duluan, Pak! jika kau mau menyalahkan sesuatu maka salahkan dirimu sendiri." Ucap Ranti cepat dan menatap tajam kearah sosok pria yang kini memakai kaca mata hitam yang pasti nya sangatlah malah di lihat dari sisi mana pun. Pria itu pun sontak memiringkan kepala nya sedikit dan menatap tajam kearah Ranti, ia pun kembali berucap "Warga Indonesia tidak tau sopan santun." Ucap sosok pria itu dengan cepat dan segera melangkah kembali meninggalkan Ranti yang sedang terkejut itu. Ranti terus saja mencoba mencerna upacan yang baru saja ia dengar itu. Tidak tau sopan santun? hey! pribumi indonesia lah yang paling ramah di dunia ini! siapa dia bisa berucap seperti itu? apakah ia turis baru dan tak tau menau tentang tata krama yang amatlah bagus di negri tercinta ku ini? Ranti berdecih meremehkan, entah mimpi apa ia semalam bagaimana bisa ia bertemu turis yang menyebalkan itu. Ranti pun kembali melangkah menuju ruang tunggu di depan pintu masuk menuju ke tempat ia menonton tadi. Tak begitu lama Bu Windy dan Rendi segera keluar dari sana, mereka berdua pun melangkah dengan cepat kearah Ranti. "Apakah sudah bersih?" Tanya Bu Windy cepat melihat ke bagian bawah gaun milik putri nya itu. "Seperti kelihatan nya Bu, masih terlihat bercak nya." Ucap Ranti pelan dan tersenyum kecil kearah Ibu kandung nya itu. "Tidak apa, Ibu akan membantu mu membersihkan nya dirumah." Ucap Bu Windy cepat dan tersenyum hangat kearah Ranti. "Baiklah, ayo kita pulang.. ini sudah sangat larut." Ucap Rendi cepat dan segera berjalan di depan Ranti dan Bu Windy menuntun mereka berdua menuju kerah pakiran mobil. Malam terlihat sangat lah indah, Ranti menatap kearah Rendi yang sedang mengemudikan mobil itu andai keluarga nya bisa lengkap mungkin saat ini Ayah mereka lah yang mengemudi dan Rendi dapat duduk di samping nya kini. Namun semua itu hanyalah bayangan yang tak akan pernah terjadi, Ranti hanya bisa tersenyum kecil berusaha menghibur dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD