3. Interview

2060 Words
5 tahun kemudian.. Tap.. tap.. tap.. langkah kaki kecil kian melangkan menuju ambang pintu keluar kamar nya itu, seorang gadis kecil membuka pintu kamar nya dengan hati-hati. Suara gaduh kian semakin terdengar nyaring, gadis kecil itu pun memberanikan dirinya untuk kembali melangkah maju ke arah asal suara gaduh itu. Prank.. terdengar suara pecahan benda dari dalam ruangan, gadis kecil itu terkaget dan sontak saja terjatuh terduduk di lantai yang dingin ini. "Tanda tangani surat perceraian ini, Windy!" Triak seseorang dari dalam ruangan itu dengan sangat kasar. "Kita bisa membicarakan ini baik-baik, perceraian tidak akan menyelesaikan semua nya.. Ric." Ucap seseorang lain nya dengab suara lembut berusaha untuk membujuk pria yang ada di hadapan nya itu. Gadis kecil itu pun segera bangkit dan kembali berjalan mendekati ruangan yang saat ini pintu ruangan itu terbuka sedikit, gadis kecil itu dengan segenap ketakukan dan rasa penasaran nya mengintip dari luar ruangan kamar itu. Gadis kecil itu membulatkan kedua mata nya tak kala melihat seluruh isi kamar telah hancur dan berantakan di hadapan nya itu, ada kedua sosok yang sangat ia kenal di dalam sana. "Ayah.. Ibu.." Panggil gadis kecil itu lirih dan menatap lekat kearah kedua sosok yang ada dihadapan nya kini. "Ranti.. tidak sayang jangan masuk, kembali lah kekamar mu." Ucap seseorang wanita yang ia panggil dengan sebutan ibu itu berbicara lembut kepada Ranti. "Hah! kau.. kau berani memanggil ku dengan sebutan itu! dasar kemari kau gadis nakal." Ucap seorang pria dengan suara berat nya segera berjalan kearah gadis kecil itu dengan pandangan amarah yang terlihat jelas di kedua bola mata nya itu. "Tidak.. Tidak Ricky! aku yang bersalah.. bukan dia!" Ucap wanita itu dengan cepat dan memohon ampunan memegangi lutut pria kasar itu. "Lihat! ini semua gara-gara kau.. kau harus diberikan pelajaran!" Ucap pria itu dengan ketus dan semakin berjalan mendekati kearah gadis kecil yang kini sudah terduduk di lantai itu dengan ketakutan yang amat besar. Jakarta, 2021 pukul 11:10 WIB "Hosh.. hosh.. hosh.." Terdengar suara napas yang tersegal-senggal di dalam kamar berukuran sedang itu. "Mimpi itu lagi! kapan aku akan terbebas dari nya?" Gumam wanita itu lirih dan segera mengelap keringat nya yang bercucuran deras di dahi nya. Wanita itu pun melirik kearah jam dinding dan menunjukan waktu pukul 11:12 itu, ia pun segera berucap "Gawat! aku akan terlambat." Ucap wanita itu cepat dan segera beranjak dari tempat tidur nya lalu pergih kekamar mandi yang berada di lantai dua rumah nya itu. Seorang wanita kini tengah bersiap-siap untuk pergih kesuatu tempat, dengan bersenandung lagu kesukaan nya, wanita itu kini telah selesai merias wajah nya dan telah siap untuk segera melangkah keluar dari rumah sederhana nya itu. "Ranti, makan siang dulu." Ucap seorang ibu-ibu rumah tangga yang kini berteriak dari ruang makan itu terdengar. "Iya, Bu.. Ranti, akan turun kebawah." Ucap Ranti cepat dan segera menuruni satu persatu anak tangga untuk sampai kelantai bawah. Rumah Ranti bisa di bilang sederhana, rumah dengan 2 lantai, 5 kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga, 2 kamar mandi di lantai bawah dan di lantai atas, dan ruangan dapur dengan ruangan makan yang di jadikan satu. "Pagi, Buu.." Ucap Ranti cepat dan segera memberikan kecupan sayang pada Ibu rumah tangga itu yang ia panggil dengan sebutan Ibu itu. "Pagi? huh.. ada-ada aja kamu! ini sudah hampir jam 12 loh." Ucap ibu rumah tangga itu mendengus kesal menatap satu-satu nya anak perempuan nya itu. Ranti hanya bisa tertawa kecil dan menggaruk-garuk kepala nya yang tak gatal, lalu ia pun segera berucap "Maafkan aku, wahai Ratu Windy ku yang terhormat." Ucap Ranti cepat dan tertawa geli sendiri akan ucapan nya sendiri itu. Sementara itu Windy hanya mampu menggelengkan kepala nya heran melihat dan mendengar lelucon kelakuan anak perempuan nya yang satu ini, Windy dulu nya adalah wanita karir dan sekarang sudah naik pangkat menjadi Ibu rumah tangga ia terpaksa harus membesarkan kedua anak nya sendirian tampa sosok suami! Bu Windy di ceraikan saat anak perempuan nya yang bernama Ranti berumur 6 th, Windy di tuduh selingkuh dan suaminya lebih tepat nya ayah kandung Ranti tak mau menerima Ranti sebagai anak kandung nya! ayah kandung Ranti tak percaya jika Ranti adalah anak kandung nya sendiri. "Cepatlah, segera makan.. nanti kau akan terlambat interview." Ucap Bu Windy cepat dan segera menuangkan beberapa lauk dan nasi di piring untuk Ranti makan. Ranti sontak menganggukan kepala nya tanda setuju dan segera melahab nikmat masakan mama nya itu, bagi ranti masakan Windy adalah makanan yang terlezat di seluruh penjuru dunia ini. "Ibu.. aku berangkat dulu yaa." Triak Ranti sedikit kencang sambil menalikan sneakers putih nya itu. Tap.. tap.. tap.. langkah kaki kian mendekat kearah Ranti, Windy menatap bahagia melihat putri nya kini yang sudah besar dan ingin melamar perkerjaan itu. "Apa kau yakin sudah membawa semua nya? perlu mama membantu mu memeriksa kembali?" Tanya Bu Windy cepat dan menatap kearah Ranti dengan pandangan cemas nya itu ada sedikit kekhwatiran di hati nya saat melihat Ranti akan melangkah terjun di dunia kerja yang sulit di masa sekarang ini. Ranti sontak tersenyum lebar, ibu nya itu memanglah tak akan pernah berubah ia selalu saja cemas dan berlebihan akan semua hal yang menyangkut dengan Ranti, tapi Ranti sangat bersyukur ia tak pernah sekali pun kekurangan perhatian dari ibu kandung nya itu. "Ibu.. Ranti, sudah dewasa.. ayolah, Ranti tau harus bawa dan mempersiapkan hal apa saja untuk interview, jadi mama tenang saja duduk dengan manis di sofa.. sore nanti doakan Ranti membawakan kabar baik.. oke." Ucap Ranti cepat dan segera mengecup tangan Windy dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang itu. "Pasti, pasti.. akan mama doakan, hati-hati di jalan." Ucap Bu Windy cepat dan segera mengapus air mata nya sendu melihat kepergihan anak perempuan nya itu yang kini sedang menjajakan kaki nya untuk melamar perkerjaan di berbagai rumah sakit kota yang besar ini. "Assalamualaikum." Ucap Ranti cepat dan segera mengeluarkan motor matic kesayangan nya itu dari garasi kecil di samping rumah nya itu. "Waalaikumsalam, hati-hati Ranti.. di depan biasanya suka ada anak-anak kecil yang lagi bermain ditaman." Ucap Bu Windy cepat dan segera melambai-lambaikan tangan nya sambil mengantarkan Ranti keluar dari pagar rumah nya itu. Ranti mengaggukan kepala nya mengerti tak lupa ia memakai helm keselamatan berkendara sebelum menyalakan motor matic nya itu, tak berselang lama ranti segera menancap gas dan berjalan mengitari komplek rumah nya itu menuju ke gerbang pintu keluar masuk komplek. Sudah 1 set Jam ranti menunggu di lobi Rumah sakit Cahya Delapan ini, jantung nya selalu saja berdetak dengan kencang ia saat ini sangatlah gugup, apakah lamaran nya akan diterima? apakah cita-cita nya akan terwujud di sini? ranti menggit bibir bawah nya dengan harap-harap cemas, berbagai macam pertanyaan-pertanyaan kian bermunculan di benak nya. "Permisi, apakah ada yang melamar perkerjaan menjadi Suster gelombang pertama yang bernama Ranti disini?" Ucap salah seorang wanita berseragam suster khas Cahya Delapan dengan tersenyum lebar kearah semua para pelamar. "Ahh.. sa.. saya, Suster." Ucap Ranti gugup dan terbata-bata dalam menjawab pertanyaan yang baru saja ia dengar itu. "Ohh, baiklah.. silahkan ikuti saya." Ucap Suster wanita itu cepat dan tersenyum ramah kearah Ranti. Ranti dengan patuh melangkah perlahan-lahan di belakang sang suster wanita itu dengan gugup, ohh tidak! jantung nya kini kian berdetak dengan kencang, langkah kaki Ranti kian berhenti tak kala sosok wanita yang sedang berjalan di hadapan nya itu menghentikan langkah nya. "Silahkan masuk, semoga berhasil.. Ranti." Ucap suster wanita itu cepat dan segera meninggalkan Ranti sendirian di depan pintu berwarna coklat yang besar ini. Ranti menyentuh d**a nya dan merasakan detakan Jantung nya yang berdetak dengan cepat, ia menguatkan tekat nya terlebih dahulu sebelum membuka pintu besar yang kini ada dihadapan nya itu, ia menarik dan membuang napas nya beraturan berusaha menenangkan diri nya. Cklek.. suara pintu terbuka, Ranti dengan penuh percaya diri segera melangkah dengan yakin memasuki ruangan dingin itu. Dan benar dugaan Ranti! ada 3 dokter yang sudah menunggu dirinya di kursi depan sana, Ranti berusaha bersikap natural dan tersenyum ramah kearah mereka semua. "Selamat siang, nama saya adalah Ranti." Ucap Ranti perlahan-lahan memperkenalkan diri nya di hadapan ketiga dokter yang kini sedang menatap dirinya dengan intens itu. "Siang juga." Balas sang dokter wanita yang ada di hadapan nya itu dengan ramah. "Kami sudah tau nama mu, cepat katakan apa kau tau misi visi di rumah sakit ini?" Tanya seorang dokter pria paruh baya itu dengan nada ketus nya kearah Ranti. "Hey, Bapak-bapak tua ini.. apa salah nya jika ia memperkenalkan diri terlebih dahulu pada orang yang baru saja ia temui." Gerutu dokter pria lain nya yang kisaran umur nya jauh dibawah dokter pria paruh baya itu. "Kau ini, lihat yang bening saja mulai belok.. ingat tanggal pernikahan mu seminggu lagi!" Balas dokter paruh baya itu ketus dengan nada sedikit mengejek. "Astaga! apa kalian tidak tau malu? lihatlah Ranti.. ia canggung akan sikap kalian yang menyebalkan itu." Ucap sang dokter wanita itu ketus dan menatap tajam kearah dokter pria disisi kiri dan kanan nya itu. "Ahh.. baiklah aku mengalah, mari lanjutkan interview nya." Ucap dokter pria lainya dengan nada malas nya itu. Interview berjalan dengan sangat cepat, Ranti bahkan dibuat bimbang akan jawaban yang telah ia ucapkan tadi, apakah ia lolos? atau kah tidak, Ranti hanya bisa berdoa agar dirinya bisa lolos. "Ranti? kau Ranti yg ikut interview tadi kan?" Ucap seseorang dengan cepat dan segera berjalan di samping Ranti tepat. Ranti tersenyum kecil kearah nya dan mengaggukan kepala nya mengiyakan, sosok yang kini di samping nya itu pun tersenyum lebar nan manis kearah Ranti. "Perkenalkan, nama ku Zura." Ucap sosok itu cepat dan tersenyum penuh keanehan kearah Ranti. Ranti hanya bisa tersenyum kaku kearah nya, ingin sekali ranti pergih menjauh dari sosok pria yang sedang tersenyum kearah nya itu, Ranti sangat tak suka akan sikap Zura yang aneh terhadap nya seolah-olah ada niat terselubung kepada nya. "Hey, apa aku semenakutkan itu? mengapa kau menjaga jarak mu dariku?" Ucap Zura cepat dan segera melangkah lebar-lebar kembali menyamai langkah kaki Ranti yang terburu-buru itu. "Maafkan aku Dokter Zura, tapi aku sedang terburu-buru saat ini." Ucap ranti cepat dan tersenyum terpaksa kearah seorang pria yang ada disamping nya itu. "Ohh benarkah? sayang sekali.. padahal aku ingin mengajak mu makan siang." Ucap dokter pria bernama Zura itu terdengar lesu dan tak bersemangat. Ranti sontak tersenyum kaku kearah sang dokter yang kini sedang berjalan bersama di samping nya itu, ia pun segera berucap "Lain kali, saat aku diterima bagaimana?" Tawar Ranti cepat masih dengan senyuman kaku yang ia tampilkan di wajah nya yang cantik itu. Zura sontak mengaggukan kepala nya tanda setuju ia pun segera berucap "Kau pegang janji mu ini, Ranti.. aku yakin kau pasti akan diterima disini." Ucap Zura cepat dan tersenyum lebar kearah Ranti. "Benarkah? bagaimana kau tau?" Tanya Ranti cepat dengan rasa penasaran nya itu. "Jika kau menjadi pacar ku! tentu saja aku akan langsung mengajukan mu untuk diterima disini." Ucap Zura cepat dan tertawa terbahak-bahak. Sontak saja Ranti menghembuskan napas nya dengan kasar! semua pria sama saja, hanya memikirkan tentang kesenangan tampa memikirkan hal yang akan terjadi akibat ulah nya sendiri itu. "Tidak! dan terimakasih Dokter Zura.. aku yakin aku akan diterima disini karna kualifikasi ku sendiri." Ucap Ranti cepat dan tersenyum penuh keyakinan yang saat ini tertera sangat jelas di wajah nya itu. "Hebat! kau ternyata wanita yg penuh percaya diri ya?" Ucap Zura cepat dan terkekeh kecil dibuat nya. "Benar, dan sampai jumpa Dokter Zura." Ucap Ranti cepat dan tersenyum kaku kearah Zura sebelum meninggalkan dokter pria itu di pintu keluar rumah sakit dengan penuh keyakinan di setiap langkah nya. Zura tersenyum miring menatap punggung Ranti yang kian menjauh dari pengheliatan nya itu, ia pun segera berucap "Wanita malang, kau telah salah memilih tempat! aku akan lihat sampai kapan kau bisa mempertahankan rasa percaya diri mu itu.. ohh tidak! lebih tepat nya rasa sombong mu itu! hah.. menyenangkan sekali hari ini, akhirnya aku mendapatkan mainan baru." Ucap Zura pelan dan tersenyum penuh arti. "Hah! menjadi pacar nya? yang benar saja.. dilihat dari sisi mana pun ia adalah pria yang picik! aku harus menjauhkan diriku darinya.. semoga saja ia tak menjadi penghalang ku berkerja di sini." Ucap Ranti pelan dan menatap penuh harapan bangunan rumah sakit besar yang kini sedang ada di hadapan nya itu. "Aku pasti akan berkerja disini, cita-cita ku pasti terwujud.. dan aku pasti akan membuktikan kalau aku pasti akan berhasil di rumah sakit paling terkenal di kota! kau lihat saja ayah." Ucap Ranti kembali dan tersenyum kecut mengingat kenangan-kenangan pahit yang sudah ia alami sedari kecil itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD