2. Tidak Ingin Bertemu Lagi

2153 Words
Erik sontak menatap intens ke arah Ranti dan kembali berucap "Kalau begitu apa artinya semua ini? kau maniak yang suka mengintip atau mengikuti orang, hah?" Ucap Erik tegas dan terdengar mengintimindasi itu. Ranti sontak mendenguskan napas nya kesal akan perkataan yang baru saja ia dengar dari pria yang ada di hadapan nya itu, Ranti pun segera berucap "Hus.. mimpi! siapa yang bilang aku mengikuti mu, hah? ini adalah Toko Kue ku." Ucap Ranti gamblang dan dengan nada sombong nya itu. "Oh.. seperti itu? baiklah kalau begitu! ambil kue mu ini kembali dan kembalikan uang ku!" Ucap Erik cepat dan menatap tajam ke arah Filda seketika. "Ambil! dan kembalikan uang ku, cepat." Ucap Erik dingin dan segera menyerahkan keresek putih yang berisi dua kota kue itu ke arah Filda. Ranti sontak membelalakan ke dua bola mata hitam nya itu dengan sangat syok dan terkejut atas kelakuan yang baru saja Erik lakukan itu. "Hey! Hey.. siapa bilang kau bisa mengabaikan kue pesanan mu, hah? ku beritau kue yang sudah di pesan tak dapat di kembalikan! Filda, segera kasih kue nya kembali dan minta uang nya lagi." Teriak Ranti kencang dan bersikap seolah-olah pereman di hadapan Erik berusaha menakut-nakuti pria yang tinggi nya sekitar 180 cm. Erik sontak tertawa keras dan menyentuh kening Ranti dengan jari telunjuk nya ia pun berucap "Tidak usah di buat masalah! aku tak menginkan kue mu lagi.. taruh saja di rak itu nanti juga ada pelanggan yang akan membeli nya." Ucap Erik ketus dan segera berjalan meninggalkan Ranti dan Filda di depan meja kasir itu. "Tidak! Pak.. tolong beli lah kue kami ini." Teriak Filda kencang yang mena membuat langkah kaki Erik terhenti seketika. "Filda, apa yang kau lakukan?" Pekik Ranti cepat dan segera menghampiri Filda yang tengah berjalan ke arah Erik itu. "Aku meminta maaf atas nama Ranti, sahabat ku ini.. tapi tolong belilah kue kami." Ucap Filda kembali dan menatap ke arah Erik dengan pandangan bersungguh-sungguh nya itu. "Tidak! tidak.. Filda, sudahlah." Ucap Ranti pelan dan berusaha mencegah Filda memberikan kue pesenan nya itu kembali kepada Erik. "Kenapa kalian berdua ribut sekali? seolah-olah hanya aku pelanggan di toko ini, hah." Ucap Erik cepat dan menatap Ranti dan Filda secara bergantian. Ranti dan Filda sontak menundukan pandangan nya ke arah bawah atas penuturan fakta yang baru saja mereka dengar itu, sontak saja Erik menarik sudut bibir nya ke atas merasa senang bahwa ia bisa kembali membalaskan dendam pada wanita yang sudah merusak hari nya itu. "Baiklah, aku akan membeli nya." Ucap Erik cepat dan tersenyum penuh arti seketika. "Benarkah?" Pekik Ranti dan Filda berbarengan dan dengan kedua bola mata berbinar-binar nya itu. "Yaa.. aku juga akan memesan kue Brownis coklat untuk Rapat nanti, bisakah kalian buatkan 100 Brownis untuk ku?" Ucap Erik cepat masih dengan tersenyum lebar itu. "Bisa.. bisa, kapan waktu nya?" Tanya Filda cepat merasa bahagia akhir nya dari sekian lama dapur nya akan beraroma kue kembali. "Pukul tepat jam 1 siang nanti, antarkan ke Perusahan Young Grub." Ucap Erik cepat dan tersenyum penuh misteri. "Baiklah, akan segera kami siapkan." Ucap Filda cepat dan segera menyerahkan pesanan kue itu kepada Erik setelah Erik memberikan nya uang pecahan senilai seratus ribu itu. "Hati-hati di jalan." Teriak Filda semangat dan melambai-lambaikan satu tangan nya menghantarkan kepergihan Erik itu. "Ihs.. sudah-sudah, dia juga udah pergih." Ucap Ranti cepat dengan wajah tak suka nya menatap ke arah Filda. "Ck.. pelanggan adalah Raja kau tau! cepat, cepat.. ayo kita buatkan pesanan pria tampan itu." Ucap Fild girang dan bersenandung bahagia berjalan mengarah ke dapur. "Hm.. sepertinya ada yang aneh? tapi apa ya." Gumam Ranti pelan dan menatap kepergihan mobil sedan berwarna putih yang Erik tumpangi itu. "Ranti! cepatlah kemari." Panggil Filda keras yang mana membuat Ranti melangkah dengan malas ke arah dapur menghampiri sahabat karib nya itu. Kini terdengar suara kekehan geli yang terdengar dari Erik yang mana membuat Yogi yang sedang menyentir itu sering kali melirik ke arah Erik akibat kekehan geli nya itu. "Tuan, apa ada yang lucu?" Tanya Yogi cepat merasa aneh akan sikap Tuan nya yang sedang tertawa geli tak berhenti-henti itu. "Ada! Hahaha.. aku puas sudah mengerjai wanita aneh itu." Ucap Erik cepat dan tertawa lebar seketika. "Wanita aneh? siapa dia." Ucap Yogi cepat dan merasa tambah bingung sendiri. "Wanita yang ku temui di halaman kampus yang memaki ku itu lalu ia langsung kabur!" Ucap Erik cepat dan tersenyum penuh misteri itu. "Benarkah? Tuan, bertemu dengan nya kembali dimana?" Tanya Yogi cepat dengan wajah terkejut nya itu. "Di Toko kue yang tadi, dan aku berhasil membalas nya.. Hahaha." Ucap Erik cepat dan tertawa lebar kembali. "Ohh.. pantas saja Tuan, lama disana." Ucap Yogi cepat dan menganggukan kepala nya mengerti. "Kau mau tau aku membalas nya dengan apa?" Ucap Erik cepat dan tersenyum lebar menatap ke arah Yogi yang kini sedang menyetir mobil nya itu. "Ah.. iya, dengan apa Tuan?" Tanya Yogi cepat dengan pandangan penasaran nya itu. "Aku meminta nya menyiapkan pesanan kue untuk acara rapat di perusahan! Hahaha.. aku berhasil menipu nya, hah.. aku ingin melihat wajah terkejut nya saat mengetahui tidak ada komfirmasi pesanan kue untuk acara rapat! karna memang kita tak mengadakan rapat bukan." Ucap Erik cepat dan tertawa lebar seketika. "Mm.. Tuan, sebenarnya.. akan di adakan rapat dadakan nanti siang." Ucap Yogi pelan dan menatap takut-takut ke arah Erik yang sekarang tengah duduk di samping nya itu. "Apa? mengapa aku tak memberitahu ku?" Tanya Erik cepat dengan pandangan syok nya itu. "Maaf Tuan, Rapat nya di putuskan mendadak hari ini dan aku tak sempat memberitahukan kepada mu.. Tuan." Ucap Yogi cepat dan menundukan pandangan nya takut-takut. "Apa? hah.. seberapa beruntung nya wanita aneh itu hari ini." Ucap Erik cepat dan sedikit berteriak memaki kesal yang ia tujukan pada Ranti itu. Dilain pihak, Ranti dan Filda sedang asik membuat adonan kue tak lupa mereka berdua juga bernyanyi sumbang dan menari-nari kecil sambil membuat kue itu. Pukul, 12:30 WIB.. Ranti dan Filda kini telah sampai di lobi perusahan dengan 5 buah peper bag berukuran besar yang berisi kue Brownis itu. "Permisi, Mba.. ini ada pesanan kue atas nama Pak Erik." Ucap Filda cepat ke pada sang resepsionis wanita yang saat ini sedang ada di hadapan nya itu. Sang Resepsionis pun segera mengetik dan memainkan komputer nya dalam sekegap, ia pun segera berucap "Maaf, tapi kami tak mendapatkan info pesanan." Ucap sang Resepsionis wanita itu secara gamblang yang manamembuat Ranti dan Filda melongo seketika. "Pasti.. pasti.. ada kesalahan, Mba.. coba cek ulang." Ucap Ranti cepat dengan wajah syok nya itu. "Iya, Mba.. nasib kita berdua di pertaruhkan kepada kue ini." Ucap Filda kembali dengan nada memohon nya itu. "Sebentar ya, Kak.. aku akan bertanya langsung kembali untuk memastikan nya." Ucap sang resepsionis itu cepat dan seger mengangkat gagang telpon nya dan berbicara dengan seseorang. Tak begitu lama sang resepsionis segera berucap kepada Ranti dan Filda yang mana membuat Ranti dan Filda menohok syok mendengar nya "Maaf Kak, tapi tak ada pesanan kue untuk hari ini.. ini adalah info dari Asisten nya CEO Erik sendiri." Ucap sang resepsionis itu dengan cepat. Deg.. Ranti seketika hilang kendali atas diri nya dan hampir terjatuh ke lantai namun ia segera di tolong oleh Filda. "Sudah ku bilang, ada yang aneh dengan pria berengsek itu! kita.. kita.. hanya membuang waktu saja membuatkan pesanan nya." Ucap Ranti cepat dan menitihkan air mata nya sedih. "Bagaimana ini, ku gunakan sebagian uang bayaran gedung toko untuk membeli bahan tambahan." Ucap Filda cepat dengan nada panik seketika. "Apa? kenapa?" Tanya Ranti pelan dengan suara terisak tangis. "Bahan nya ada yang kurang, Ranti.. dan aku mengambil uang bayaran sewa untuk membeli nya." Ucap Filda pelan dan sesegukan menahan tangis itu. Ranti sontak menatap ke langit-langit atas yang memperlihatkan lantai kedua dan seterus nya hingga, Ranti segera bengkit dan mengelap air mata nya yang masih berada di kedua sisi pipi nya itu ia pun akhirnya bersuara "Aku akan mengambil hak kita! tunggu disini dan lihatlah." Ucap Ranti cepat dan segera melangkah lebar-lebar menuju ke arah Lift. Tap.. tap.. tap.. langkah kaki Ranti seakan tak mau berbenti dan terus saja melangkah dengan tegas menuju ke ruangan lantai paling atas yang ia yakini itu adalah ruangan Erik sang CEO di perusahan itu. Cklek.. suara pintu ruang terbuka lebar begitu saja, dan tampa permisi Ranti segera memasuki ruangan yang amat terlihat mewah itu. "Kau?" Pekik Erik cepat dan menatap ke arah Ranti dengan pandangan terkejut nya itu. "Ya.. sudah memesan makanan tak mau membayar nya dan mengumpat disini layak nya tikus? apa kau tak mampu membayar makanan yang kau pesan sendiri dengan mulut manis mu itu wahai Pak CEO?" Sindir Ranti ketus dan menatap tajam ke arah Erik. "Siapa dia, Erik?" Tanya seseorang pria paruh baya yang berpakaian rapih sedang terduduk angkuh di hadapan Erik itu. "Hanya wanita aneh! aku akan segera membereskan nya, Ayah." Ucap Erik cepat dan segera menarik lengan Ranti untuk mengikuti langkah nya pergih ke luar dari ruangan itu. "Auch.. Sakit! lepaskan aku." Teriak Ranti cepat dan terus berusaha untuk melepaskan diri nya dari genggaman Erik itu. "Tidak akan! kau salah karna telah membuat keributan disini." Ucap Erik tegas dan menatap tajam ke arah Ranti. Ranti sontak tertawa lebar dan berucap "Aku? bukankah itu kau, hah? jika kau membayar pesanan nya maka aku tidak akan datang menemui mu disini! kau pikir aku sudi menemuimu pecundang!" Teriak Ranti marah dan menatap tak bersahabat ke arah Erik. "Pecundang? kau kira kau siapa!" Ucap Erik lantang dan menatap balik ke arah Ranti dengan pandangan murka nya itu. "Iya, benar! hanya seorang pria pecundang yang membalas dendam dengan cara seperti ini! sekarang bayar tagihan pesanan kue mu itu." Ucap Ranti cepat dan menatap kesal ke arah sosok pria di hadapan nya itu. "Haha.. jadi semua kekacauan ini hanya semata-mata untuk uang, hah? kau meneriaki ku hanya untuk uang recehan itu." Ucap Erik cepat dengan nada sombong nya itu dan tersenyum merendahkan ke arah Ranti. "Yaa.. cepat bayar tagihan nya, maka aku akan segera lenyap dari pandangan mu." Ucap Ranti gamblang. "Kalau aku tidak mau?" Ucap Erik cepat dan menaikan sebelah alis mata nya itu mengejek ke arah Ranti. "Perlukah aku masuk kembali kedalam dan memberitahukan pada Ayah mu itu apa yang sudah kau lakukan?" Ucap Ranti cepat denag sedikit nada mengancam nya itu. "Mampukah kau melakukan itu pada ku? silahkan cobalah dan jangan sampai kecewa akan keputusan mu ini." Ucap Erik cepat dan tersenyum penuh misteri. "Baiklah jika itu mau mu!" Ucap Ranti cepat dan segera melangkah dengan cepat memasuki kembali ruangan mewah itu. "Permisi, Pak.. ada sesuatu yang harus saya sampaikan kepada Bapak, mohon meminta waktu nya sebentar." Ucap Ranti pelan dan membungkukan setengah tubuh nya dengan sopan menghadap sosok pria yang lebih tua dari diri nya itu. Pria tua itu pun segera menatap ke arah Ranti dengan cepat dan berucap "Hm.. katakanlah." Ucap nya singkat dan terdengar tenang itu. "Anak Bapak.. telah memesan kue kepada toko kami dan ia tak mau membayar nya! saya mohon Bapak menasehati anak Bapak yang tidak bertanggung jawab itu." Ucap Ranti cepat dan berbicara dengan nada tersopan yang pernah Ranti ucapkan seperti kepada Ibu nya. "Begitu ya.. berapa biaya tagihan nya?" Tanya pria tua itu cepat dan menatap lekat ke arah Ranti. "800 Ribu, Pak." Ucap Ranti kembali. Pria tua itu sontak terkekeh lebar lalu ia berucap "Hanya segitu? dan kau berani mengguruiku tentang cara mendidik anak ku, hah? siapa kau.. lancang sekali!" Ucap pria tua itu memaki kasar kepada Ranti. Ranti sontak mengepalkan ke dua tangan nya berusaha sesabar mungkin, ia pun kembali berucap "Mungkin itu bagi anda hanya uang receh! tapi bagi ku uang itu cukup untuk membiayai hidup ku.. ku mohon anda untuk mengerti." Ucap Ranti cepat dengan nada tegas nya itu. Prak.. segepok uang pecahan seratus ribu kini terceceran di bawah lantai yang sedang Ranti pijaki itu, ia baru saja di lempari uang oleh pria tua yang ada di hadapan nya itu. "Itu lebih dari cukup! segera pergilah dari pandangan ku." Maki pria tua itu kesal dan menatap marah ke arah Ranti. Dengan segala keberanian dan keterpaksaan Ranti sontak berjongkok dan memunguti lembaran-lembaran kertas yang sangat berharga di dunia ini, namun tak begitu lama tangan Ranti di cekal oleh sosok yang sangat ia benci itu. "Sedang apa kau? tidakkah kau marah.. untuk apa memunguti nya." Ucap Erik cepat dan menatap sedih ke arah Ranti itu. "Lapaskan.. Aku butuh Uang nya!" Teriak Ranti lantang dan segera menapik jauh-jauh tangan Erik dengan cepat. Erik menghela napas nya berat tak percaya akan hal yang baru saja ia dengar dan lihat itu, Deg! Erik menatap nanar punggung kecil Ranti yang telah hilang terhalang pintu lift yang sudah tertutup itu. Sementara itu Ranti terduduk lemas di lantai lift dan manangis sedih sendirian di dalam lift itu, tak pernah ia bayangkan ia akan melakukan hal memalukan seperti tadi! Berulang kali di dalam tangis nya Ranti memaki Erik yang telah membuat nya seperti itu. "Aku tidak akan pernah bertemu dengan nya kembali! aku membenci mu, Erik!" Gumam Ranti pelan dan menangis tersedu-sedu sendirian di dalam lift itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD