Part 1

1347 Words
Nia POV Drtttt.. “Siapa pagi- pagi buta menelfonku.” Sungutku “ Hallo!” Teriak suara seberang sana. “ Kakak, Ada apa? Kakak tidak sadar telah menggangu tidur ku.” Aku menghempaskan bedcover yang dengan setia melindungiku dari malam dingin, melirik ke arah jam di samping tempat tidur, masih pukul 05.30. “......” “ Kakak, berapa kali Nia bilang, Nia nggak mau ikut kakak, Nia mau disini saja lanjutkan kuliahnya, Nia mau jadi Dokter titik dan tidak pakai koma.” Aku menjawab pertanyaan kakak dengan satu tarikan nafas. “....” “ Oh! Sudahlah kak, please jangan mengungkit hal yang itu-itu saja.” “....” “ Iya," “...” “Iyaa” “...” “ Oh Tuhan iyaaaaa.” Aku menutup telfon dan membuangnya kesamping tempat tidur. Bangkit dari tempat tidur, dan bergegas melakukan kegiatan rutin. He..he..yaitu membuat sarapan untuk yayang Raka my baby handsome in the world atau aku sering menyebutnya “MFH” (my future’s husband). Sipp!! Bergegas membuka kulkas dan mengambil semua bahan yang dibutuhkan. Sekarang, aku akan menceritakan sedikit tentang Raka. Namanya Raka Adrian Halim anak ke 2 dari 4 bersaudara, kakak Raka yang pertama bernama Olivia Adriani Halim, adiknya yang ketiga bernama Aileen Adriani Halim dan yang paling bungsu bernama Davian Adriano Halim. Aileen atau aku sering memanggilnya Alien adalah sahabat serta teman satu kelas. Aileen telah banyak berjasa, dia yang selalu memberikan dukungan moral serta semangat ketika aku telah putus asa malahan hampir menyerah merebut hati Raka yang notabene adalah kakak kandungnya sendiri. Dia rela harus dibentak bahkan dimarahi oleh Raka karena selalu menolongku, She is really best best bestfriend. Jangan salah, bukan hanya Aileen yang membantuku kak Olive bahkan si ganteng kecil Davian selalu mendukungku, namun emang hati Raka yang terbuat dari pahatan es atau memang aku tidak menarik di depannya. Masalah kenapa aku bisa cinta mati kepada Raka, aku akan menceritakan sedikit juga tentang pertemuanku dengan cinta pertamaku Raka. 2 tahun yang lalu ketika aku kelas 1 SMA aku yang lebih memilih hidup mandiri mencari rumah kos yang cukup dekat dengan sekolah ( bukan mandiri juga sih..hehehe, soalnya yang membayar uang kos ini eh ralat rumah kontrakan ini adalah kakakku satu-satunya yang selalu menyayangiku, bahkan dia akan rela melakukan apapun untuk kebahagianku. Semenjak orangtua kami menemui Tuhan hanya kak Kei yang aku punya. Kak Keinan menjadi tulang punggung keluarga, semua biayaku termasuk sekolah kak Keinan yang selalu mengirimnya untukku. Bukan berarti aku tidak tahu diri, aku juga pernah berkerja untuk meringankan beban kak Keinan, namun apa?? Dia marah tidak karuan bahkan mengancamku untuk tinggal bersamanya, enak saja mau tari-tarik tinggal bersamanya, kalau aku ikut dengan kak Kei bagaimana dengan my future’s husband. Aku tidak mungkin meninggalkan dirinya seorang, pasti banyak wanita yang akan mengejarnya, kak Kei no..no..no... aku akan memperjuangkan cintaku. HARUS!!. Kak Kei juga tahu loh tentang Raka, soalnya aku selalu menceritakan semuanya kepada Kak Kei. Dia juga mendukungku, namun dia juga takut jika cintaku tidak terbalas aku akan kecewa maka dari itu setiap aku menceritakan apa saja yang telah aku lakukan untuk menarik perhatian Raka, Kak Kei selalu memberi nasehat. “ jangan sampai kecewa, dan jangan terlalu berharap.” "Baik kak Kei aku akan mengingat selalu nasehatmu. Nah ! rumah yang aku sewakan berdiri indah dan sempurna di depan rumah Raka, jadi ketia dia berangkat kerja aku selalu mengintipnya dari jendela, melihat wajahnya saja sudah membuat jantung ini kotar-katir, apalagi kalu dia bersedia menjawab sapaanku OMG aku bisa pingsan. Cukup sekian ya ceritaku tentang my future’s husband. Huaaaa!! akhirnya, nasi goreng bumbu cinta udah selesai aku masak untuk my husband. Aku memasukan semuanya kedalam tas yang telah tersedia. Tok...tok...tok... Ku ketuk pintu rumah Raka berharap dia yang datang membukanya. “Selamat pagi, kakak ipar yang cantik dan baiknya nggak ketulung.” Sapaku ceria dengan senyum pepsodent andalanku. Kak olive sedikit mendengus “Uhhh! Masuklah, dia belum ke bawah, langsung aja ke kamarnya, paling masih berendam.” “He...he...he, di beri izinkan? Soalnya kalau terjadi hal-hal yang tak di inginkan jangan marah, loh.” Ingatku. “Ceile..gaya non, sesuatu yang tidak inginkan atau yang paling di inginkan?” goda Olive menyentil kepala Nia. “Berharap sih iya, but adek kakak noh sok jual mahel jangankan disentuh ditatap aja akunya nggak tuh, gimana mau produksi punya anak.” Gumamku menyipit mata. "Kak, heheheh aku grepe grepe adeknya nggak apa- apa ya?” “ Masuk sana! Berharap aja dia lagi full n***d. Bisa buat semangat belajar mumpung mau ujian akhir.” “KYAAAAAAA” Teriaku sambil menghayal Raka b***l ( kayaknya otakku udah nggak normal, harus di Ruqyah nih biar kembali ke jalan yang benar). “Kak aku masuk ya?” kataku lagi lalu pergi ke kamar kak Raka dilantai dua. Mengendap- endap kayak maling kumasuki kamar Kak Raka, wissshhh baunya bikin iler man. Seperti yang di bilang kak Olive kayaknya suamiku lagi mandi. Aku buka lemari pakaiannya dan kupilih kemeja dan celana yang cocok buat dia dan tidak lupa dengan jubah putihnya ( yap suamiku seorang Dokter, keluarga mereka memang berasal dari Dokter, papanya Dokter mama mertua perawat, kak Olive dokter kandungan nah kalau my husband Dokter spesialis cinta ( buat ku seorang) dia Dokter Umum. “ Oke fix, sekarang tunggu my husband keluar kamar mandi.” Batinku. “Apa yang loe lakukan dikamar gua?” Teriak Raka di belakang Nia. Tanpa rasa takut Nia menjawab pertanyaan Raka “ Eh! My husband. Nih..bajunya udah aku siapin tinggal pakai aja dan ini,” Kataku menyodorkan nasi goreng yang telah kusiapkan tadi. “ Ini untuk bekalnya kamu nanti siang, kalau kamu nggak mau makan di luar, makan aja buatan aku. Aku jamin enak. Ya...ya terima ya.” “Aku udah capek bangun loh buatin nasi ini untuk kamu, aku aja belum makan hanya demi buatin nasi ini.” Lanjutku dengan puppy eyes, berharap dia melumer seperti coklat yang diapanaskan. “ Buat lu aja, lu bilang kan belum makan.” Jawabnya dingin. “Nah ! sekarang keluar dari kamar ini.” Tambahnya. “Tapi terima ya nasi gorengnya.” Bujukku lagi. “Nggak!! Gua bilang nggak ya nggak.” Suara Raka naik 2 oktav. “ Please” “ NGAAAAK “ Teriaknya. Aku tetap meletakan nasi goreng di nakas samping tempat tidurnya. PRANGGGG. Suara benda jatuh. Nasi goreng buatanku mendarat di pintu kamar Raka karena lemparannya yang kuat, untung tidak mengenai wajah ini. Sepersekian detik aku masih terpaku melihat kearah pintu, untung tidak berserakan karena dilindungi tasnya. Aku yakin nasi goreng yang telah ku tata rapi tidak berbentuk lagi di dalam sana. “ Ada apa sih kak? Pagi udah bikin keributan.” Sela Aileen dari balik pintu. “ Nia! Ada apa? Apa yang kamu lakukan?” Tanya Aileen sambil membantuku memungut kotak nasi dilantai. “Hmm” Aku berusaha tersenyum dan menahan air mata agar tidak jatuh dan membuatku cengeng. “Kakak ya!” Seru Aileen kearah Raka. “ Keterlaluan sekali, tidak punya hati, tidak punya perasaan, kalau kakak tidak suka bilang, jangan lempar ke lantai. Kakak pikir nggak capek apa buatnya!” Bentak Aileen. “ Nggak apa-apa Aileen aku yang salah, tadi kak Raka udah bilang nggak mau, aku aja yang kepedean berharap kak Raka menerimanya, aku yang salah.” Aku berusaha menengahi. Aileen tidak peduli dengan ucapanku “ Heran deh punya kaka hatinya beton.“ “ Nia lebih baik berhenti saja mencintai manusia es ini, di luar sana banyak kok yang cinta sama kamu.” Aileen menatapku iba. "Tapi hatiku hanya untuk dia, leen” Batinku. “Aileen kamu berani bentak kakak, karena wanita ini. Kamu lebih membela dia yang bukan siapa-siapa dari pada kakak kandung mu sendiri, iya!” Raka balik membentak. “ Aileen nggak mau dengar kata kakak, kakak udah keterlaluan. Nia sahabat Aileen, kakak tega buat dia sedih.” “ Ayo nia kita keluar dari sini.” Ailenn menarik ku keluar. Apa yang harus aku lakukan agar bisa meluluhkan hatinya yang beku. Tuhan aku hanya berharap satu senyuman, hanya satu senyuman yang dia ukir dibibirnya untukku. Tuhan beri aku kekuatan dan kesabaran agar dapat meluluhkan hatinya. Beri aku kesempatan ya Tuhan walau hanya kecil, aku mencintainya dan aku tidak bisa marah akan sikapnya kepadaku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD