part 5

834 Words
Di kamar Selma. Diva dan Dewi memutuskan untuk  menginap di rumah Selma, saat ini mereka sedang mencoba menghubungi Gibran.   “Bener nih gue chat?” Ragu Selma.   “Etdah, biasanya juga langsung embat,” ucap Dewi.   “Gue chat ya ....”  Selma pun mengetik beberapa kata untuk memulai chat dengan Gibran. Target main untuk selanjutnya. ....   Hari libur, memang cocok untuk bermalas-malasan. Seperti Selma dan kedua sahabatnya, mereka masih ada di dalam selimut, padahal jam sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Sedari tadi Rinta yang membangunkan ketiga gadis itu sudah malas, karena ketiganya tidak bangun juga.   “Ya Allah, masih belum bangun juga?” kata Rinta yang berkacak pinggang melihat para gadis yang masih menutup matanya.   "Eh ada tante,” kata Diva yang sudah membuka matanya terlebih dahulu.   “Ayo bangun. Jangan lupa bangunkan Selma dan Dewi, kita sarapan. Sudah siang.” Rinta pun meninggalkan kamar Selma.   "Siap tante cantik,” ucap Diva sambil hormat.   Terlintas ide jahil di fikiran Diva, ia pun mendekatkan wajahnya ke telinga Selma.   “Ada Cogan oy!” teriak Diva.   Dalam hitungan detik Selma sudah membuka matanya. “Mana-mana!” kata Selma dengan nada tinggi.   “Pftt ... lap dulu tuh iler lo, baru cariin cogan,” ucap Diva  menahan tawanya dan berjalan masuk kedalam kamar mandi.   “s****n, gue di kerjain,” kesal Selma.   Ia melihat di sebelahnya ada Dewi yang masih berada di alam mimpinya. Selma menggoyangkan lengan Dewi agar temannya itu terbangun. Namun, bukannya membuka mata, Dewi malah merapatkan selimutnya.   “Dewi, bangun lo!” kata Selma.   Dewi masih menutup matanya, serta keluar erangan kecil karena protes di bangunkan. “Dewi, kebo banget sih,” kesal Selma.   “Dewi!” Tidak ada tanda-tanda Dewi bangun dari tidurnya.   “Oke, gue enggak tau cara bangunin lo kaya gimana lagi, Dew,” gumam Selma pelan.   "Panggil cogan, baru gue bangun,” suara Dewi dengan serak.   “Ck, mimpi siang lo! Bangun cantik-cantik tidur kek uler.” Selma bangun, ia melihat Diva sudah ada di balkonnya. Ia pun masuk kedalam kamar mandi.   Setelah selesai mencuci muka, ketiga sahabat itu berjalan menuruni tangga karena Rinta sudah menunggu untuk sarapan bersama. Sudah ada Adam, Rinta dan Robby. Adam yang meliburkan dirinya, dan Robby masuk kuliah jam siang.   “Selamat pagi ... Tante, Om, Bang Robby,” sapa Dewi dan Diva dengan girang.   “Pagi ...” jawabnya.   Selma langsung duduk di sebelah Robby, dan di ikuti oleh kedua sahabatnya.   "Syabilla kemana?” tanya Adam yang memperhatikan ketiganya.   "Semalem dia pulang duluan Om, Kiki sendiri di rumah,” kata Diva yang menjawab.   "Ayah kira, kalian tidak berkumpul.”   "Enggak kok, Yah. kita tidak akan menjauh dari Syabilla. Kita mengerti dengan keadaannya,” ucap Selma.   "Semua orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk menutupi kekurangan sahabat kalian itu, kalian bantu bersama, bukan untuk saling mengejek.” Nasihat Adam dan di dengarkan oleh semua yang berada di meja makan.   “Yasudah, lanjut lagi makannya.” Mereka pun makan dalam keadaan hening.   Selesai makan, Diva dan Dewi membantu Rinta untuk membereskan piring-piring yang kotor. Adam rasa, ini waktu yang tepat untuk berbicara, Adam pun memulai pembicaraannya. “Selma? Ayah ingin berbicara dengan kamu.”   “Silahkan, Yah,” ucap Selma.   “Jika Ayah, meminta sesuatu, apa ... kamu akan menuruti?” tanya Adam hati-hati.   “Ayah, meminta sesuatu yang bisa merubah kamu, kamu sanggup?”   “Merubah, Yah? Maksudnya?” tanya Selma dengan bingung.   “Merubah kelakuan dan penampilan kamu,” ucap Adam.   Selma terdiam mendengar ucapan Adam. Diva dan Dewi yang mengerti arah pembicaraan, izin pamit untuk pergi ke kamar Selma. Ucapan Adam berputar di kepala Selma, merubah? Sebenarnya ia bingung apa yang harus ia rubah, selama ini pun ia masih baik-baik saja.   “Jika itu mudah, sudah dari dulu Selma lakukan, Yah. Please, This is my life, I do anything I want, Yah.” Mimik wajah Selma sudah berubah menjadi sendu, ini yang selalu ia hindari, terus di sindir karena perubahan sifatnya.   “Ayah tau Selma, tapi kamu harus merubah semuanya. Allah pasti memudahkan jalan yang kamu lalui.”   "Apa yang salah dari Selma? Apa kalian lihat Selma sekarang ini menjadi penjahat? Apa kalian lihat Selma sekarang ini menjadi pembangkang? Jika memang itu yang kalian lihat, ya. Memang ini hidup Selma sebenarnya.”   "Sayang bukan seperti itu maksud ....”   “Apa, Yah? Ayah mau Selma dulu, kembali lagi di kehidupan yang sekarang? Maaf, Yah. Dia sudah mati dengan masa lalunya!” ucap Selma menggebu-gebu. Tanpa izin ia pergi menuju kamarnya.   Rinta yang berada di sebelah suaminya mengusap bahu Adam pelan. “Dia butuh waktu untuk merubah dirinya kembali. Allah pasti memberikan itu,” ucap Rinta dengan senyuman.   Robby yang berada di situ tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya bisa diam. Tangan yang menggengam ponselnya ia remas kencang, karena gara-gara satu orang yang berada di masa lalu adiknya, Selma berubah seperti ini.   Selma masuk kedalam kamarnya dengan membanting pintu. Air mata Selma luruh bersama bayangan masa lalunya. Seseorang yang telah merubah dirinya. Diva dan Dewi mendekati Selma, dan mengusap bahu Selma pelan.   “Orang tua lo mengajarkan apa yang memang seharusnya ia ajarkan kepada anaknya. Lo enggak boleh kaya gini, Sel. Lo harus bisa mengubah dunia lo, lo harus bisa tunjukan kepada semua orang bahwa lo bisa," ucap Dewi. Diva yang melihat itu hanya menganggukkan kepalanya, membenarkan semua perkataan yang di lontarkan oleh Dewi.   “Apa gue bisa?” tanya Selma dengan air mata yang keluar.   “Lo pasti bisa! Jangan sampai masalalu lo, menjadi penghalang untuk lo berubah. Gue pun belum bener, Sel,” ucap Dewi.   Perkataan Dewi bagai tombak yang menusuk kedalam hatinya, Selma memang membenarkan apa yang telah di katakan oleh Dewi, jangan sampai masa lalunya terus berputar di dalam fikirannya.   “Thanks guys," ucap Selma penuh dengan Senyuman.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD