Bab 1 - Negeri Fanworld

829 Words
16 tahun kemudian ... Selamat datang di Negeri Fanworld. Tempat dimana kau akan menyaksikan keindahan di sekelilingmu. Di Negeri Fanworld, hanya ada satu istana saja. Yaitu istana milik Raja Edward dan Ratu Layla. Sayangnya, sang ratu telah meninggal dunia saat melahirkan puteri pertama mereka. Begitu juga dengan puterinya. Sungguh malang nasib Raja Edward bukan? Ditinggal oleh dua orang yang dicintainya. Dan beliau tidak pernah tertarik untuk mempersunting permaisuri baru. Seumur hidupnya, hanya ia dedikasikan untuk Ratu Layla seorang. Ia sangat mencintanya. Disini, mayoritas penduduk adalah peri, elf dan penyihir. Peri adalah makhluk bersayap dengan penampilan seperti manusia. Kebanyakan dari mereka berparas menawan. Mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan salah satu elemen, terkecuali api. Karena elemen itu jarang sekali ada yang memiliki. Jika ada, pemiliknya mungkin akan diasingkan karena memiliki kekuatan yang berbahaya bagi kesejahteraan rakyat Fanworld. Ya, itu adalah tradisi yang sudah mendarah daging entah sejak kapan. Berikutnya adalah elf. Mereka adalah makhluk bertelinga runcing dengan kemampuan penyembuh atau pengendali alam. Mereka juga memiliki sayap, tapi tidak bisa selalu digunakan seperti peri. Kebanyakan dari mereka menggunakan sayapnya hanya untuk masuk atau keluar rumah. Mengapa demikian? Karena setiap rumah di Negeri Fanworld berbentuk lingkaran yang menggantung di tengah udara. Ada sebagian elf yang membuat rumah pohon. Kebanyakan dari mereka adalah elf yang terlahir tidak punya sayap atau sayapnya rusak. Ya, itu akan terjadi jika sering digunakan. Dan satu lagi, sayap mereka hanya akan muncul jika di butuhkah. Tidak seperti peri yang sayapnya selalu terlihat setiap saat. Sementara penyihir, mereka tidak memiliki sayap seperti peri atau elf. Mereka juga tidak punya tongkat sihir atau sapu terbang untuk keluar masuk rumah bulat yang tergantung di udara. Mereka menggunakan mantra sihir. Ada banyak sekali kekuatan yang bisa mereka dapatkan dari meracik mantra. Jika peri hanya bisa mengendalikan satu elemen yang dikuasainya, penyihir pun sama. Tapi bedanya, penyihir mampu melakukan hal-hal lain yang diperoleh dari mantranya. Hanya hal kecil mungkin. Tapi mantra-mantra itu dapat berguna untuk berbagai hal. Misalnya akses keluar masuk rumah dengan mantra teleportasi. Para penyihir biasanya adalah keturunan keluarga kerajaan dan antek-antek kerajaan. Selain ketiga itu, ada pula rakyat biasa yang tidak memiliki kemampuan mengendalikan elemen. Namun tidak banyak. Mereka membentuk perkampungan kecil di dekat hutan, jauh dari kota. Juga ada para Raksasa. Namun jangan berpikir mereka jahat. Mereka sangat menghormati Raja Edward dan keluarga. Merekalah yang akan turun tangan jika terjadi sesuatu dengan sang raja. Mereka pun memiliki perkampungan tersendiri di atas bukit. Mereka tidak membangun rumah. Melainkan membentuk gua sedemikian rupa agar dapat dijadikan tempat berteduh. Selain yang disebutkan diatas, tentu ada berbagai makhluk lain di Negeri Fanworld. Namun mereka berada jauh sekali dari peradaban Fanworld. Mereka bersembunyi di Dark Forest atau hutan kegelapan. Hutan yang tidak dijamah oleh para penduduk Fanworld. Dikabarkan, disana ada banyak sekali troll, monster yang entah namanya apa dan ada beberapa naga, makhluk yang amat ditakuti oleh rakyat Fanworld lantaran semburan apinya yang sangat merusak apa pun yang ada di sekitar. Api bahkan bisa merontokkan sayap hanya dalam beberapa detik saja. Itulah salah satu sebab mengapa elemen api dilarang di Negeri Fanworld. Omong-omong soal elemen api, ada seorang gadis yang sangat menyukai api. Dia adalah seorang penyihir, anak dari penasihat kerajaan, Hasya. Keluarganya memang tinggal di istana. Namun karena peraturan istana yang melarangnya bereksperimen dengan mantra api, ia memutuskan untuk tinggal di kota. Mungkin sesekali ia akan menginap disana untuk menemani ibunya yang hampir setiap saat merindukannya. Seperti saat ini misalnya, ibunya tidak berhenti memeluknya sejak lima belas menit yang lalu. Membuatnya mendumal sebal. “Hentikan, Ibu. Ini sudah terlalu lama,” katanya setelah lima menit berikutnya. “Apa kau tidak merindukan Ibu, nak?” Ia menghela napasnya malas. “Tentu saja aku merindukanmu. Tapi aku pun akan merasa gerah jika kau terus memelukku selama dua puluh menit.” “Baiklah, baiklah. Sekarang coba ceritakan sesuatu yang menakjubkan. Kau berulah apa lagi di kota?” Seketika wajahnya menjadi semangat. Kemudian ia berkata pada ibunya yang sudah tampak tua dengan sedikit rambut putih yang menyelimuti rambut hitam miliknya. “Kau tahu, aku berhasil menciptakan mantra yang membuatku dapat melihat di kegelapan, segelap apa pun itu.” “Wow!” Ibunya menatap tidak percaya. “Aku heran denganmu Fillia, mengapa kau bisa menjadi salah satu penyihir tercerdas di Negeri Fanworld? Ibu dan Ayahmu tidak secerdas itu, kau tahu. Apa jangan-jangan kau ini puteri yang tertukar?” Mendengar itu, Fillia, gadis berambut hitam panjang lurus itu menekuk wajahnya kembali. Ia heran dengan ibunya mengapa selalu membawa humor dalam percakapan yang dianggapnya serius? 'Huh! Ibu menyebalkan!' Batinnya. “Sudahlah, berbicara denganmu hanya membuatku tidak bersemangat, Ibu. Kau telah merusak mood-ku. Dimana Ayah?” “Di ruangannya,” jawab ibunya. Atau sebut saja namanya Lidya. “Ada apa kau mencarinya? Sudahlah kau disini saja. Ibu masih ingin memelukmu, Fillia.” “Tidak, jangan lakukan itu lagi. Aku ini sudah besar dan aku malu dilihat oleh mereka,” jawab Fillia merengek sambil menunjuk pada para penjaga yang mengawasi mereka. Lidya hanya nyengir lebar melihat ekspresi putrinya itu. “Bu, aku akan pergi menemui Ayah. Ada hal penting yang harus kukatakan padanya,” kata Fillia serius. Lidya tersenyum kemudian menjawab, “Baiklah.” •••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD