Part 2

930 Words
Suasana yang berisik membuat mata gadis itu perlahan terbuka. Memori-memori yang dilihatnya tadi masih terngiang jelas di dalam otaknya. Sulit dipercaya memang dirinya bertransmigrasi ke era kuno ini. Tapi apa dikata, percaya atau tidak percaya begini lah kenyataannya. Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh seorang permaisuri di masa lalu yang memiliki wajah buruk rupa dan tidak terawat. Permaisuri Lien Huang Mi, namanya. Karena wajah buruk rupanya ia sering diejek dan dihina oleh orang-orang. Baik itu secara diam-diam maupun secara terang-terangan. Memiliki sifat pengecut, mudah ditindas, dan mudah percaya ke orang lain. Menghembuskan nafas terakhir akibat diracuni oleh pelayan setianya sendiri. Dari sekian banyaknya tubuh permaisuri di masa lalu kenapa harus ke tubuh ini dia bertransmigrasi?! Namun, ia tak ingin berlarut-larut dalam pikiran konyolnya. Takdir telah membawa jiwanya bertransmigrasi ke tubuh ini. Jadi dia akan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan sebaik mungkin. Mulai saat ini juga dia bukan lagi Azni Saralee tapi Lien Huang Mi. Meski tubuhnya terasa sedikit lemah, ia memaksakan untuk duduk. Menatap orang-orang asing disekelilinginya dengan tatapan harunya. Air mata bahkan menetes dari sudut matanya. "Kalian semua di sini? Hiks, betapa senangnya diriku. Kupikir kalian tidak akan peduli padaku seperti yang sudah-sudah." Dramanya sok tersakiti tapi inti dari ucapannya begitu menusuk. Diusapnya air mata yang mengalir di pipinya seraya tersenyum polos dan senang. "Kakak,, huaaa.. Xiu senang kakak tidak jadi mati huaaa.. Xiu sangat ketakutan kakak mati." Rengek seorang pangeran tampan bak anak kecil yang takut kehilangan ibunya. Berdasarkan memori ingatannya, pangeran itu adalah Pangeran Wang Xiumin. Pangeran terakhir kekaisaran yang bertingkah kekanakan meski sudah berumur 17 tahun. Pangeran yang sangat dekat dengan Permaisuri Lien dan memanggil kakak meski dirinya lebih tua setahun. Pangeran Xiumin sering dicaci, dihina, dan dimaki oleh pangeran, para pelayan, dan selir. Sama halnya dengan Permaisuri Lien yang memiliki wajah buruk rupa. Mereka memiliki nasib yang sama. Tertindas. "Jangan merengek seperti itu, bodoh." tegur Kaisar Chun Ying yang notabenya kakak kandung Pangeran Xiumin. Seketika Pangeran Xiumin terdiam dengan kepala tertunduk takut. Dia memang selalu takut dengan kakaknya itu. Dimatanya, sang kakak terlihat seperti monster. "Jangan berkata kasar ke Pangeran Xiumin, suamiku." Wajah Kaisar Chun menunjukkan raut yang tidak dapat diartikan. Sementara yang lainnya seperti menahan tawa mendengar pertama kalinya sang permaisuri berujar seperti itu. Biasanya Permaisuri Lien hanya akan memanggil dengan sebutan kaisar. "Suamiku, kepalaku sakit sekali. Bisa kau urut keningku?" Kaisar Chun refleks mundur mendengar permintaan Lien. Mengurut kening katanya?? Cih! Dia tidak akan sudi menyentuh tubuh istrinya yang dipenuhi oleh kuman. Lihat saja wajah kumel dan dipenuhi bintik-bintik merah milik Lien. Terlihat begitu menjijikkan baginya. Pasti banyak kuman dan bakteri yang hinggap di sana. "Kenapa kau mundur, suamiku? Istrimu ini membutuhkanmu." Tangan Lien hendak terjulur ke arah Kaisar Chun tapi pria itu langsung menghindar. "Jangan coba-coba untuk menyentuhku atau kuputong tanganmu itu!" ancamnya tak main-main. Orang-orang yang membenci Lien tersenyum bahagia mendengar perkataan Kaisar Chun. Diantaranya, menatap Lien sinis yang sangat-sangat disadari oleh gadis itu sendiri. Pangeran Xiumin tiba-tiba berdiri di hadapan Kaisar Chun seraya merentangkan kedua tangannya lebar. "Kak Chun tidak boleh memotong tangan Kak Lien!! Tidak bolehh!!!" Air liurnya bahkan sampai muncrat kemana-mana akibat tidak ingin Lien kenapa-napa. Kaisar Chun sendiri terlihat begitu jijik dengan adiknya. "Kau menyingkir lah dari hadapanku sebelum kutebas kepalamu itu, bodoh!!!!" teriaknya marah. "Kau tidak boleh kasar ke adikmu, suamiku." nasihat Lien sok bijak. "Kau!! Jangan pernah panggil aku 'suamiku'. Itu sangat menggelikan." Erang Kaisar Chun kesal. Meski begitu raut wajahnya tetap terlihat dingin dan datar. Mata Lien terlihat berkaca-kaca setelah Kaisar Chun mengucapkan kata itu. Bibirnya melengkung ke bawah. Air matanya mulai jatuh perlahan, membasahi pipinya yang dihiasi bintik-bintik merah. "Kau jahat! Pergi dari kediamanku!!" usirnya seraya menahan isakan. Kaisar Chun pergi tanpa basa-basi lagi. Dia sudah cukup menahan rasa jijiknya berada di dalam kediaman kumuh sang istri. "Kalian juga! Pergi dari hadapanku!! Aku tidak ingin bertemu siapa pun untuk sekarang." Menutup wajahnya seraya mengusir mereka semua. "Kakak..." panggil Pangeran Xiumin lemah. "Kau juga, keluar lah!! Aku ingin sendiri untuk sekarang!!" Setelah semua orang pergi dari dalam kediamannya, Lien membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya. Mengusap air matanya seraya terkekeh geli. "Ya ampun, aku tidak menyangka bisa akting sebaik ini." kekehnya bangga. "Air mata perempuan ini sungguh mudah sekali keluarnya, berbeda dengan air mataku di dunia modern." Lien beranjak dari tempat tidurnya untuk bercermin, guna melihat bentuk wajahnya yang dikatakan buruk rupa. Alangkah kagetnya gadis itu kala melihat wajahnya sendiri, bahkan saking kagetnya ia sampai mundur beberapa langkah ke belakang dengan tangan yang berada tepat di jantungnya. "Oh my god!! Pantas saja dia selalu dihina dan dimaki oleh semua orang." Bayangkan saja, Lien mempunyai wajah yang dipenuhi bintik-bintik merah, wajah kusam, dan rambut yang seperti rambut singa. Tidak pernah di sisir sepertinya. "Sialan, seorang permaisuri kerajaan kenapa lebih buruk daripada seorang pelayan? Ini kah yang dinamakan dengan dunia terbalik?" Lien memijit kepalanya yang berdenyut akibat terlalu syok melihat rupa seorang permaisuri di masa lalu. "Hoho, ini bukan hal yang sulit bagiku. Akan ku ubah perempuan buruk rupa ini menjadi gadis jelita dengan pengetahuanku di dunia modern." Hari itu juga Lien keluar secara diam-diam dari dalam kediamannya untuk mencari bahan-bahan yang dibutuhkan. Ia melakukan hal itu agar saat proses memperbaiki diri tidak perlu lagi keluar kediaman. Bahan makanan pun ikut disiapkannya untuk berjaga-jaga. Merawat dirinya dengan semangat membara demi tampil cantik kala waktunya sudah tiba. Menutup sosialisasi dengan dunia luar termasuk dengan Pangeran Xiumin sekali pun. "Tunggu saja! Akan kubuat kalian terpesona dengan kecantikan seorang Permaisuri Lien." Sombongnya seraya mengibaskan rambut coklatnya ke belakang. -Tbc-
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD