6. Strategi Eci

1071 Words
“Tidak mungkin hanya sekadar adik,” sangkal Eci. “Kamu gak percaya sama saya?” tanya Kukuh mendelik. “Ya bagaimana saya percaya kalau Elle saja tidak pernah mengatakan bapak adalah kakaknya. Saya sama Elle sudah sahabatan dari jaman kura, saya juga belum pernah bertemu bapak bareng Elle,” jawab Eci. Kukuh tersenyum sinting. Kelihatan sekali kalau gadis di depannya ini sangat mencintainya. Buktinya Eci sampai tidak tau malu mencemburui orang yang belum punya status dengannya. “Eci, aku tuh adiknya Mas Kukuh. Kamu gak pernah kan main ke rumahku? Hanya aku yang main ke rumah kamu. Makanya kamu gak pernah lihat Mas Kukuh. Ayo sekarang ikut aku pulang, dan Mas Kukuh aku gak mau tau kalau kakak harus ngijinin Eci tinggal sama kita,” ucap Elle panjang lebar. “Gak bisa! Aku tidak mau menerima dia untuk tinggal di rumahku!” jawab Kukuh dengan tegas. Meski tinggal di rumah sendiri alias bukan punya orangtua, Kukuh tidak akan sudi bila harus menampung Eci di rumahnya. Eci hanya akan membawa aura buruk nan suram. Bisa-bisa rumahnya dihuni mahluk astral berbagai rupa karena ratunya mahluk astral ada di rumahnya. “Mas, ini sudah malam. Masak mas gak kasihan sih sama Eci,” ujar Elle menatap tajam kakaknya. Eci menguap beberapa kali. Ia masih sedikit tidak percaya saat Elle mengatakan mereka adik kakak. Maka, Eci menggunakan cara terbaik dan strategi licik. “Sudahlah kalian pulang saja, saya akan tidur di sini malam ini,” ucap Eci mendudukkan dirinya di motor dan merebahkan kepalanya di setir motornya. “Eci, kamu apa-apaan sih. Ayo bujuk Mr.pelan-pelan mu itu!” ujar Elleana menarik tangan Eci. “Heem,” jawab Eci berdehem. “Eci, ini kesempatan kamu untuk dekat dengan Mr. Pelan-pelan!” “Elle, sudah ayo pulang. Biarkan saja dia tidur di situ. Salah sendiri dia kurangajar sama ibunya, biar dirasain kalau pisah sama orangtua itu gak enak!” ucap Kukuh dengan kejam. Kukuh menarik Elleana untuk pergi. “Mas kasihan Eci. Kalau dia diculik orang asing bagaimana?” pekik Elleana tidak terima. “Palingan dia juga suka diculik,” jawab Kukuh membawa Elle untuk masuk ke mobil. Eci masih mempertahankan posisinya tidur di motor. Kukuh yang akan menjalankan mobilnya, melihat sebentar ke arah Eci yang sebentar lagi kepalanya akan tersungkur ke bawah. Dengan secepat kilat Kukuh keluar dari mobilnya, ia berlari menghampiri Eci dan menahan kepala gadis itu agar tidak nyungsep. “Yes, rencana berhasil,” bathin Eci terkikik geli. “Eci, bangun!” titah Kukuh menepuk-nepuk pipi Eci. “Ci, jangan pura-pura kamu! Cepat bangun atau saya banting sekarang juga!” ancam Kukuh. Nampaknya, Eci masih mempertahankan kepura-puraannya. Kalau di drama china yang pernah dia lihat, seorang gadis tertidur akan digendong oleh pasangannya. Meski Kukuh bukan pasangannya, tentu saja Eci tetap berharap akan digendong, asal gak dibanting. Kukuh menyisingkan lengan kemejanya, dengan susah payah dia mencoba mengangkat Eci karena posisi Eci yang sangat menyulitkan. Setelah berhasil membawa Eci dalam gendongannya, Kukuh menuju mobilnya. Kasihan juga anak orang kalau terlantar di depan kantor. Elleana menghela napasnya. Ia tau tabiat Eci suka cari sensasi, pasti itu hanya akal-akalannya saja agar Kukuh mau memperhatikannya. Elleana keluar, membantu membukakan pintu mobil kakaknya untuk memasukkan Eci ke jog belakang. “Pelan-pelan, jangan dibanting!” ujar Elleana. Kukuh tidak peduli, ia merebahkan tubuh Eci dengan sedikit kasar. Nyatanya pura-pura tertidur malah membuat Eci tidur beneran. Seketika Eci ngantuk saat mencium parfum Kukuh. Apalagi Kukuh dengan sengaja meletakkan kepalanya tepat di depan ketiak pria itu. “Elle, kenapa kamu di belakang? Kamu pikir mas mu ini sopir?” tanya Kukuh saat Elle memlihih duduk di samping Eci. “Halah gak usah rewel, Mas. Kasihan Eci kalau di sini sendiri. Sana nyetir yang bener” titah Elle. Kukuh mendengus, ia mulai menjalankan mobilnya ke rumahnya. Sesekali ia melirik Eci yang nampak tertidur pulas. Kalau tidur, Eci sungguh seperti tuan putri yang lemah lembut. Garis cantik wajahnya membuat siapapun Pria yang melihatnya ingin menyosor gadis itu saat ini juga. Namun, Kukuh segera mengenyahkan pikirannya tentang Eci. Eci bukanlah seleranya. Saat sudah sampai rumah, lagi-lagi Kukuh harus disusahkan dengan menggendong Eci. Untung tubuh Eci ramping, setidaknya dia tidak encok. “Mas, Eci biar tidur sama aku aja!” ucap Elle. “Ya kali tidur sama Mas. Bisa dihajar kanjeng romo,” jawab Kukuh. Yang tidak diketahui orang-orang adalah, Kukuh keturunan asli keraton, kalau orang bilang darahnya masih darah biru. Namun, Kukuh tidak mau saat diharuskan menuruskan usaha orangtuanya, Kukuh lebih memilih meniti karirnya dengan usaha sendiri. Sedangkan Elleana mau tak mau harus mengikuti kemauan ibunya yang menyuruhnya membuka usaha batik modern, padahal cita-cita gadis itu menjadi seorang model. Kukuh menendang pintu kamar Elleana dengan kasar. Sebenarnya Elleana baru satu minggu tinggal bersama Kukuh, lantaran membuka cabang batik yang dekat dari rumah Kukuh. Elleana juga sudah muak bila terus-terusan di rumah karena ibunya selalu melarang ini itu. “Baru saja kamu tinggal sama mas, kamu sudah mengotori tembok dengan foto-foto jelek itu,” ucap Kukuh saat melihat tebok banyak foto adiknya dan Eci. Tingkah Eci di foto itu sungguh sok polos, ingin rasanya Kukuh menghujat Eci habis-habisan. Bocah itu sudah seperti ultramen yang bisa berubah-ubah. “Mas, letakkan dulu Eci di ranjang!” titah Elleana saat melihat Kukuh yang terus menatap ke arah tembok. Elleana merasa kalau kakaknya itu juga menyukai Eci, tapi ditutupi rasa gengsi yang tinggi, Kalaupun Eci bersama Kukuh, Elleana jelas saja bahagia. Karena sahabatnya naik pangkat menjadi kakak ipar. Namun, kalau sampai Kukuh menyakiti Eci, Elleana juga yang tidak terima. Kukuh merebahkan tubuh Eci ke ranjang, ia juga melepas sendal Eci dan meletakkannya di kolong ranjang. Tak lupa Kukuh menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu. Melihat tingkah Kukuh membuat Elle yakin kalau Kukuh menyukai Eci. Namun yang menjadi ketakutan Elleana adalah, apakah kalau Kukuh dan Eci bersama, orangtuanya akan setuju? Pasalnya orangtua Elleana berambisi ingin mempunyai menantu yang lemah lembut dan baik bibit, bebet dan bobotnya, sedangkan Eci tidak seperti itu. “Mas!” panggil Elle. “Iya?” jawab Kukuh menatap adiknya. “Mas gak minta restu sama ibu kalau mas dekat dengan Eci?” tanya Elle. “Dekat gundulmu! Lagian mas dekat dengan Eci Cuma sebatas mas atasan dia bawahan, bukan mau ngajak Eci ke pelaminan!” seru Kukuh. “Ati-ati lo, Mas!” ucap Elle berbisik. “Kenapa?” “Beberapa kali Eci berniat membuat mas kewer-kewer dengan peletnya. Kemarin dia habis berguru di puncak gunung lawu. Katanya peletnya manjur bikin orang kesemsem,” ucap Elleana lirih. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD