4. Menolak waras

1217 Words
“Ekheem ….” Eci berdehem mendengar ucapan Kukuh. Ia memicingkan matanya tajam, sialan kukuh mendoakan matanya bintitan. “Heh, Pak. Kalau bintitan tuh karena kebanyakan lihat Sotong cowok. Lah saya nih Cuma lihat wajah bapak masak bintitan,” ucap Eci sebal. Kukuh memelototkan matanya. Bagaimana bisa gadis perawaan dengan v****r membicarakan sotong cowok. Seketika Sotong kukuh yang terbalut celana hitam jadi bergerak-gerak. Kukuh menyentilnya dengan jari telunjuk, “Gak usah bangun. Situasinya gak tepat,” bisik Kukuh. Kukuh melirik Eci, untunglah Eci memalingkan wajahnya. Kalau Eci melihatnya bertingkah tak kalah gilaa, sudah pasti Eci akan menertawakannya. “Eh … emang kamu pernah lihat sotong cowok?” tanya Kukuh pada Eci. “Kenapa situ kepo?” tanya Eci. Kukuh menggaruk kepalanya. Lagi-lagi yang di bawah sana bergerak. Ingin rasanya Kukuh menghujat dirinya sendiri. Dilihat Eci saja dia sudah b*******h, sensitiiv sekali dirinya. Kukuh, Eci dan Elleana duduk diam sembari melihat model-model cantik yang berjalan di atas catwalk. Eci sungguh ingin tebar pesona di panggung sana, tapi apalah daya dia tidak masuk kriteria menjadi model. “Eci, cantik-cantik banget ya modelnya,” puji Elleana menggenggam tangan Eci melewati tubuh depan Kukuh. “Masih cantikan kamu kok, Ell,” jawab Eci. “Utututu … Eci ku sayang. Kamu memang terbaik!” Elleana makin menarik tangan Eci. Karena tidak siap, Eci sampai terjungkal di paaha Kukuh. Kukuh yang melihat kelakuan dua cewek di samping kanan dan kirinya, hanya menghela napas datar. Sebenarnya Kukuh sangat jijik saat mendengar dua cewek itu yang saling memuji dan mengatakan sayang. “Waw paaha Pak Kukuh terasa kekar banget,” ucap Eci yang masih betah meletakkan kepalanya di paha Kukuh. Kukuh tersiksa, panas dingin karena tingkah Eci. Bulu kuduknya meremang minta disentuh, yang dibawah bergerak minta dibelai dan dadanya bergemuruh minta dikecuup. “Grecia, bisa kah kamu yang cantik ini menjauhkan kepalamu dari pahaku?” tanya Kukuh dengan nada rendahnya. “Woaaah nada rendah Pak Kukuh so very sexy!” puji Eci dengan mata terkagum-kagum dan mulut menganga. Melihat ekpresi Eci membuat Kukuh ingin menendang gadis itu sekarang juga. Mata Eci yang berbinar, mulut yang menganga tampak lebih sexy dari biasanya. “Eci, kamu gak usah kegenitan!” tegur Elleana tajam. Eci menetralkan ekspresinya. Gadis itu kembali mefokuskan pandangannya ke arah model-model. “Lihat si Eci. Bahkan setelah memporak-porandakan tubuhku, dia menatap ke depan tanpa merasa bersalah sedikit pun. Dasar gadis siluman!” maki Kukuh dalam hati. Tiba-tiba tangan Elleana merayap memeluk lengan Kukuh, menggesekkan kepalanya di lengan pria itu dengan manja. Tangan Kukuh tak mau kalau, tangannya juga terulur untuk mengelus kepala Elleana. “Usapan Pak Kukuh membuat aku nyaman,” bisik Elleana. “Sudah jelas,” jawab Kukuh tersenyum. Sesekali Kukuh melirik Eci yang belum sadar akan tingkahnya bersama Elleana. Eci memperhatikan model dengan fokus. Terutama lima model yang tadi dia rias. Eci selalu beryukur mempunyai tangan yang bisa merias dengan baik. Hasil riasannya pun juga jadi bahan sorotan. Hingga pada penghujung acara, ada sesi foto yang harus dilakukan Eci bersama para model. Tamu undangan yang lain pun juga berbalik meninggalkan studio. Tanpa mempedulikan Kukuh, Eci menghampiri pada modelnya. Mengucap selamat karena sudah tampil dengan baik. Tak lupa Eci mengucapkan terimakasih karena mereka sudah mau dia rias. Padahal yang harusnya berterimakasih adalah para model karena berkat riasan tangan Eci, mereka tampil lebih percaya diri. Karena keramah tamahan Eci ini lah yang membuat Eci disayangi orang-orang. “Dek Eci!” panggil seorang pria memakai jas, berlari sedikit cepat ke arah Eci. Eci menengokkan kepalanya, ia tak kalah antusias saat mendapati Mas Fathur yang mendekatinya. Mas Fathur dulunya kakak kelas Eci saat SMA. Sekarang pria itu bekerja di industry pertelevisian, pemilik salah satu chanel televisi. Fathur sendiri menjabat sebagai CEO di chanel Media Nusantara Berkarya atau MNB. “Hai, Eci! Kita ketemu lagi,” ucap Fathur saat sudah di dekat Eci. Eci tersenyum, menjabatkan tangannya pada Fathur. “Pasti kamu di balik suksesnya acara ini,” ujar Eci terkekeh. “Bukan hanya aku, tapi kerja sama Tim,” jawab Farhur. “Jangan merendah untuk dipukul, Mas!” Eci tertawa membuat Fathur ikut tertawa. Dari kejauhan Kukuh menajamkan matanya mengarah pada Eci dan Fathur. Kukuh kenal Fathur, laki-laki yang sering tebar pesona dengan senyum yang tak seberapa manis menurut Kukuh. “Wah nih bocah … meninggalkanku demi Fathur yang gak ada seujung kuku dari pesonaku,” bathin Kukuh. “Mas, sana ke panggung! Modelnya sudah nunggu foto sama kamu!” tegur Elleana. Kukuh mengangguk dan mengajak Elle untuk ke panggung. Kukuh mendekati Eci yang tampak asik berbincang dengan Fathur. Sudah ada Fathur, Eci seolah melupakan Kukuh. Eci tidak menanggapi saat Kukuh berdehem-dehem di dekatnya. “Ekheeem ….” Kukuh berdehem kencang berniat mengganggu acara ngobrol Kukuh dan Eci. “Ya kapan-kapan aku main ke rumah kamu, Mas. Jangan lupa kasih makan, aku gampang lapar!” ucap Eci pada Fathur. “Harga diriku terbanting begini,” bathin Kukuh menatap sewot Eci. “Kamu kenapa sewot sama Eci yang dekat dengan cowok sih, Mas? Kamu gak ada hubungan apa-apa kan dengan Eci?” tanya Elleana berbisik sangat lirih. Kukuh menggelengkan kepalanya cepat. “Pak Fathur!” panggil Kukuh dengan tegas. Fathur yang sadar segera menjabat tangan Kukuh, tak lupa senyumnya dia sunggingkan dengan manis. “Pak Kukuh, mari foto dahulu!” ujar Sista yang entah datang dari mana. Pasalnya sang sekretaris Kukuh itu tadi berniat tidak ikut, tapi karena ada suatu hal dia menyusul atasannya ke sini. “Baik,” jawab Kukuh. Fathur menggandeng lengan Eci untuk berfoto sekalian bersama para model. Sang fotografer mengarahkan posisi agar foto lebih bagus. Fathur dan Eci ada di tengah dengan bergandengan dan diapit para model. Sedangkan Kukuh berada di pojok kanan. Kukuh menggeram marah. Ia seperti cacing kepanasan saat melihat Fathur dan Eci tampak mesra. “Gaya bebas!” ucap sang pengarah gaya. Fathur dan Eci saling bertatapan, sedangkan tangan Fathur mencubit pipi Eci. Wajah kukuh sudah memerah karena menahan kekesalannya. Apalagi saat mendengar Sang fotografer memuji Fathur dan Eci, membuat Kukuh belingsatan ingin menjebur ke laut. “Wah saya malah salah fokus sama Pak Fathur dan Eci. Serasi banget kalau jadi suami istri,” ujar Sang Fotografer. Fathur dan Eci menjauhkan tubuh masing-masing. Seketika suasana canggung memenuhi mereka. Kukuh tidak kuat, tangannya sudah meronta-ronta ingin menarik Eci. Kukuh mendekati Eci dengan tergesa-gesa, pria itu menarik Eci sampai limbung ke tubuhnya. “Sudah cukup acara malam ini. Ayo pulang!” ajak Kukuh dengan tajam. “Heh? Saya mau pulang bareng Mas Fatur, Pak,” jawab Eci. “Kamu pulang bareng saya. Saya atasan kamu dan kamu tanggunjawab saya,” tegass Kukuh menyeret Eci untuk menjauh dari Fathur. “Eh eh tunggu, Pak. Saya belum pamitan sama Mas Fathur!” teriak Eci. Kukuh menghentikan lagkahnya sampai membuat Eci menubruk tubuh bagian belakangnya. “Kamu sebenarnya kerja sama saya atau sama Fathur sih? Sama saya kamu galaknya kayak nenek lampir, sama Fathur kalem, lemah lembut, pakai manggil Mos-mas Mos-mas lagi. Jijik saya dengernya,” omel Kukuh menjitaki kepala Eci dengan pelan beberapa kali. Eci meringis, walau pelan kepalanya juga sakit kalau dijitaki terus menerus. Sesaat kemudian Eci menyadari sesuatu, Eci menatap ke arah Kukuh dengan tatapan menggoda. “Cie cemburu!” ucap Eci cengengesan. “Kalau cemburu itu bilang, gak usah marah-marah begini!” tambah gadis itu menusuk-nusuk daada Kukuh. Kukuh menjauhkan tubuhnya, kurangajar Eci, menusuknya tepat di putiing susunya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD