3. Matanya

1121 Words
"Itu alisnya agak di panjangin belakangnya, Eci!" titah Kukuh saat melihat Eci merias. Eci tidak menanggapi dan tidak melaksanakan, baginya kalau wajah sudah dia pegang, tidak ada orang lain yang boleh ikut campur. Karena menurut Eci kalau orang lain ikut merecokinya, hasilnya tidak akan bagus. Kukuh tau kalau Eci tidak suka direcoki, tapi membuat gadis itu kesal adalah tujuan utamanya. kukuh melihat Eci yang hanya diam, gadis itu memang cerewet, tapi kalau sudah bekerja gadis itu akan diam seribu bahasa. Mungkin karena terlalu fokus dengan kerjaannya. "Itu hidungnya mancungin dikit!" "Itu blushonnya kurang cerah dengan tema flower." "Itu nanti antingnya senada sama riasannya, kan?" "Itu warna bibirnya-" "Kenapa warna bibirnya? Mau dikasih warna merah menyala atau merah cabe? biar kayak cabe-cabean gitu? Norak tau gak!" teriak Eci marah. Tangan Eci mengusapkan listik batang ke pipi Kukuh dengan kesal. Eci paling benci kalau Kukuh bersuara dan mengaturnya, padahal selera riasan Kukuh sangat tidak bagus alias norak.  Model yang di sana menahan tawanya karena kejadian lucu ini. Seorang CEO memakai lisptik di pipi karena ulah staff tata rias, sungguh menjatuhkan harga diri Kukuh. "Kurangajar dengan bos, gaji dipotong sepuluh persen!" ucap Kukuh dengan wajah yang digalak-galakin. "Potang-potong potang-potong, rasaain kena adzab bos yang kikir!" ketus Eci mengambil earphone yang dia bawa dan memasangkan di telinganya dengan perasaan sangat dongkol.  Untungnya, Eci selalu membawa earphone. Kalau ada kejadian seperti ini, ia bisa menyumpal kupingnya. Lidah kukuh yang pedas membuat Eci ingin menyosornya hidup-hidup. Kukuh mengambil tissu basah dan mengusap pipinya. Pria itu memilih duduk di kursi sambil menatap anak buahnya yang fokus merias. Tadi Kukuh sendiri sebenarnya lupa kalau ada pihak pertelevisian yang meminta lima modelnya untuk tampil di acara ajang pencarian bakat model untuk menjadi bintang tamu. Untung lah tadi Sista sekretarisnya me-follow up, membuatnya yang sudah mapan tidur harus kembali ke tempat kerja.  Kukuh bukan tipe CEO yang duduk diam di kursi lalu menerima untung. Kukuh lebih senang terjun langsung ke lapangan mengecek segala persiapan timnya. Kukuh juga tipe bos yang memaksa karyawannya disiplin padahal dia sendiri raja ngaret. Bos selalu benar, kalau bos salah kembali ke pernyataan awal.  "Tara ... semuanya sudah siap!" pekik Eci saat semua model sudah dia rias. Eci melihat hasil riasannya yang sangat sempuran. Lima model itu terlihat seperti barbie hidup. Kukuh pun juga tampak kagum melihat hasil karya anak buahnya yang pecicilan. "Sekarang tinggal ganti baju, sana ke ruang ganti. Sudah ada Mbak Yiska di sana," ucap Kukuh. Ke lima model itu mengangguk dan pergi ke ruang tata busana. "Sekarang giliran kamu merias saya!" ucap Kukuh pada Eci. Eci mengambil bedak khusus Kukuh. Kalau merias Kukuh, tentu saja dia harus menyediakan kuas baru, setiap hari wajib ganti. Kukuh sendiri yang meminta karena takut wajahnya iritasi dengan kuas yang sudah dipakai. Dasar, laki-laki rewel.  "Mau dirias seperti apa? Seperti Vampir?" tanya Eci datar. "Kalau saya Vampir, saya gigit leher kamu!" tandas Kukuh dengan tajam. "Aaaw Mister Kukuh suka gigit-gigit, ya," ucap Eci dengan nada yang sangat menyebalkan saat didengar.  "Sudah cepat make-up in, jangan banyak omong!" "Mau dong digigit sama Mas Kukuh!" Eci berkata dengan manja.  "Ngomong sekali lagi, saya hajar kamu!" Kesal Kukuh. Kukuh heran dengan Eci yang sangat ekspresif, gadis itu bisa berubah suasana hati dan raut wajah hanya dengan hitungan detik, sangat ajaib menurutnya.  Eci mulai merias wajah Kukuh, tentu saja hanya riasan tipis agar wajah Kukuh yang sudah glowing tidak terlihat terlalu berminyak. Meski laki-laki, Kukuh juga memakai serangkaian produk skincare khusus cowok agar wajahnya tetap sehat plus glowing, biar tidak kalah dengan Eci. Masa anak buah glowing tapi CEO ya buluk. Sebenarnya Eci ingin merias Kukuh seperti aktor Korea idamannya yang memakai alis dan memakai lipstik, tapi dia tidak berani mengutarakan karena takut ditempeleng sama Kukuh. Bisa habis kalau Kukuh sudah mengeluarkan jurus tinju mautnya. Pasalnya, dulu saat Eci bertingkah sampai membuat Kukuh marah, Kukuh langsung menaikkan tangannya ingin meninju Eci. Tentu saja Eci langsung lari tunggang langgang. "Lehernya ini sekalian biar gak terlihat hitam!" titah Kukuh. "Makanya, Pak. Kalau perawatan itu jangan wajah doang, tapi leher dan seluruh tubuh, biar hasilnya gak belang kayak gini," ucap Eci.  Kukuh meneliti wajah, leher, serta tangan Eci. Semua putih mulus, memang gadis di depannya sangat mengedepankan perawatan. Namun, Kukuh berani bertaruh kalau Eci tidak bisa memasak. Kukuh jadi berpikir, kalau nikah modal glowing saja suami bisa kelaparan.  Mata Kukuh menangkap tas Eci yang lumayan besar. Di gesper tas itu yang tidak sepenuhnya tertutup, bisa Kukuh lihat isinya kain, atau bahkan baju.  "Kamu minggat dari rumah sampai bawa tas sebesar itu?" tanya Kukuh penasaran. "Bukan minggat, tapi diusir," jawab Eci terbuka. Eci memang gampang ceplas-ceplos mengatakan permasalahannya. "Dih, pasti ibumu sangat tertekan mempunyai anak seperti kamu, makanya diusir kayak begini," ucap Kukuh. "Sotoy banget, Pak!" jawab Eci.  Hening, mereka saling diam dengan pemikiran mereka masing-masing. Setelah merias Kukuh, Eci merias dirinya sendiri karena Kukuh mengajaknya untuk ikut ke studio televisi. Tentu saja Eci menurut karena ada imbalan uang bonus.  Eci menyanggul separuh rambutnya ka atas dan memberi poni di keningnya. Riasan dengan warna cerah membuat wajah Eci terlihat sangat ceria di malam hari. Juga dress panjang berwarna peach membuat kukuh yang melihat, sedikit terpesona. Ingat, hanya sedikit. Karena Eci bukanlah tipenya.  Tipe cewek idaman kukuh itu yang cantik luar dalam, anggun, kalem, tidak neko-neko dan mempunyai sopan-santun yang baik. Bahkan Eci tidak masuk dalam satu pun kriterianya.  Saat sudah di studio televisi, bukan model yang menjadi sorotan, melainkan Eci. Kan, sudah Kukuh bilang kalau Eci selalu menjadi ikon di mana pun dia berada. Dan mengajak Eci sangat tidak malu-maluin. Untuk pesona Eci yang satu ini, Kukuh tidak mengelak. "Eci ...." teriak seorang gadis berpakaian rapi menghampiri Eci.  "Elleana ku sayang!" pekik Eci memeluk Elleana, sahabatnya. Kalau ada acara begini, tentu saja Elleana akan ikut membuntuti Eci. Elleana sahabat dekat Eci saat mereka di bangku kuliah, meski mereka mengambil jurusan yang berbeda. Cita-cita Elleana menjadi model, tapi tidak kesampaian lantaran tidak mendapat restu orang tua. Jadi, Elleana hanya bisa melihat, itu pun karena ada Eci.  Kukuh melihat Eci dan Elleana. Mereka berdua bagai anak dan induknya, tidak terpisahkan. Yang Kukuh lihat, Elleana tidak lebih cantik dari Eci, tapi Elleana lebih kalem dan lebih sopan. Kukuh memanggil Eci untuk mengikutinya, jangan sampai karena tingkah Eci yang petakilan dia yang repot. Walau sebenarnya saat memenuhi tamu undangan, Eci bisa mengendalikan dirinya.  Eci, Elleana, dan Kukuh duduk di tempat yang sudah disediakan. Kukuh di tengah, Eci di sisi kanan, dan Elleana di sisi kiri. Eci melihat tampang Kukuh yang sangat tampan dari samping. Saat model-model tamu undangan perfome, Eci sama sekali tidak fokus ke panggung, karena fokusnya hanya pada Kukuh. "Tetangga saya mengagumi seorang pria diam-diam, matanya melotot karena melihat ketampanannya, lalu kena adzab matanya bintitan dan mati keesokan harinya," ucap Kukuh yang membuat Eci menegug ludahnya kasar.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD