bc

I Love You, Pak Lurah!

book_age18+
5.7K
FOLLOW
85.2K
READ
revenge
dark
scandal
drama
comedy
betrayal
enimies to lovers
weak to strong
affair
widow/widower
like
intro-logo
Blurb

Tak semua yang menggandeng tanganmu adalah teman - Hanin Sahara.

Pernikahan yang dianggap akan abadi sampai akhir hayat ternyata harus digulung lantaran suami Hanin berselingkuh dengan temannya sendiri. Kepergok berduaan bahkan sampai melakukan hubungan yang tak lazim membuatnya harus melaporkan suami dan selingkuhannya pada orang tua masing-masing.

Hanin memilih pulang ke kampung halaman, beristirahat total dari perkotaan dan mengubah diri jadi wanita desa. Siapa yang menyangka ia akan menghadapi kerumitan berhadapan dengan lurah baru. Awalnya sih debat, lama-kelamaan pingin sikat!

Sebelum janur kuning melengkung, Hanin berusaha untuk mendekati Pak Lurah tampan dan menggapai cintanya.

Design Cover by Canva and picture by Kevinmorephotography.

chap-preview
Free preview
Hanin Sahara
Surabaya menjadi tempat kedua bagi wanita bernama Hanin setelah menikah, membangun rumah idaman dengan fasilitas yang nyaman. Menikah dengan teman seperkantoran dan menjadi wanita paling bahagia di tahun 2020. Ia tak menyangka akan mendapatkan pria sebaik suaminya, Galang Hermansyah. Pria itu melamarnya setelah menjalin hubungan selama empat tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Memilih menetap di Surabaya untuk membangun keluarga kecil mereka. "Pagi, Sayang. Kamu selalu cantik meskipun baru bangun tidur, ya?" puji Galang setelah selesai mandi. Ia memang tipe pria yang bangun lebih awal dari Hanin. Wanita itu beranjak dari ranjang dan memeluk suaminya yang masih memakai handuk untuk melilit sebagian tubuhnya. "Wangi banget sih suami aku," Hanin menghirup shampo yang dipakai Galang. Menekan punggung pria itu dengan nyaman. Galang yang melihat sikap manja istrinya hanya berbalik badan dan membalas pelukannya. "Sayang, Mas mau ganti baju dulu terus berangkat kerja. Kamu mandi gih, bibi sepertinya sudah memasak," Pria itu memang tak mengharuskan istrinya membuatkan sarapan, membersihkan rumah atau melakukan pekerjaan layaknya seorang wanita yang sudah menikah. Hanin menjadi wanita biasa yang berleha-leha. Tapi ia sering menghabiskan waktunya dengan menjalankan hobi berkebun bunga. Melihat suaminya berganti baju di depannya, membuat imajinasi liar menembus akalnya. Mereka baru saja menikah 4 bulan. Masih merasakan letupan-letupan saat memperlihatkan milik masing-masing. Hanin hanya tersenyum dengan wajah merona. "Kok senyum-senyum gitu? Pasti mikir nakal nih, Sayang.. Mas kerja dulu nanti malam kita lembur, oke?" Galang mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda Hanin. Wanita itu malu-malu untuk mengakui, tubuh suaminya memang sangat memabukkan. Apalagi masa menstruasinya berakhir kemarin malam, ia menginginkan hal yang biasa di lakukan pasangan suami istri selepas Galang pulang kerja. Hanin mengikuti suaminya yang tengah sarapan di meja makan, melayani pria itu dengan manja dan hangat. Lagi pula ia ada janji dengan temannya dari kampung, Raniya. Temannya minta di jemput di terminal dan rencananya akan menginap di rumahnya karena akan mencari pekerjaan di Surabaya. Usai menemani Galang sarapan, Hanin bergegas mandi dan bersiap-siap. Menatap cermin, memantulkan seorang wanita yang sangat bahagia dengan pernikahannya. Hanin sungguh beruntung mendapatkan perlakuan istimewa baik dari Galang maupun keluarga mertuanya. Dress warna mocha dengan kalung menjuntai di lehernya memberikan kesan feminim, Hanin terlihat sangat cantik. Ia mengambil tas mewahnya dan bersiap-siap menuju terminal menjemput Raniya. Pak supir mengemudi mobil, membelah jalanan dengan santai, membiarkan nyonya muda menikmati perjalanannya. Hanin mulai menghirup udara yang tak seramai pagi saat makhluk-makhluk penggila kerja memadati jalanan. Tak ada setengah jam, mobilnya telah sampai di depan terminal. Hanin turun dan memakai kacamatanya, menelusuri dan mencari keberadaan Raniya. Matanya fokus pada setiap orang yang turun dari bis. "Mbak Hanin!" suara yang sangat familier menyapu telinganya. Ia menoleh dan mendapati teman sebayanya dulu di kampung mendekat ke arahnya. "Wah, aku sampai pangkling lho, Mbak! Gak nyangka Mbak Hanin sekeren ini!" Raniya memeluk Hanin, menilai penampilan temannya yang sudah berubah total. Berbeda 360° dengannya yang dekil dan acak-acakkan. Hanin melepas kacamatanya, wajah cantiknya bersinar sempurna karena tersorot sinar matahari. Rambut sebahunya ikut melambai di terpa udara. "Ayo langsung ke rumahku saja, di sini panas!" Mereka langsung masuk mobil, kembali ke rumah Hanin Sahara. Selama perjalanan Raniya selalu bercerita kehidupannya selama di kampung. Ia memang kabur dari keluarganya karena di paksa untuk menikah dengan Pak Kardi, salah satu juragan tanah yang kaya raya di kampungnya. "Oh, jadi begitu, Ran. Terus kamu mau kerja apa di Surabaya? Cari kerja di sini agak susah lho, nanti deh aku minta tolong sama Mas Galang buat cariin kerjaan buat kamu." Pupil mata Raniya melebar, ia kegirangan karena Hanin sangat baik padanya. Kalau boleh jujur, dia sangat iri akan kehidupan Hanin yang sekarang. Kaya, cantik, dan mendapatkan suami yang tampan pula. Sedangkan dirinya malah sengsara di kampung dengan banyak hutang keluarga. Sampai di halaman utama, mulutnya refleks menganga karena rumah Hanin sangat luas dan mewah. Ada air mancur kecil dengan kolam ikan. Rumahnya pun terdapat gerbang besar dan satpam yang bertugas. Hanin benar-benar beruntung. "Kamu mau minum apa, Ran?" tanya Hanin setelah mereka masuk dan duduk di ruang santai. Wanita itu sudah memanggil bibi untuk menyiapkan minuman dan makanan ringan. Lagi-lagi Raniya sangat iri dengan kehidupan Hanin setelah menikah, wanita itu layaknya ratu yang bisa memerintahkan siapapun untuk melayaninya. Sedangkan dirinya hanya menjadi b***k orangtuanya. "Apa saja deh, aku kan omnivora, Mbak Hanin, hehe," sahut Raniya. Sambil menunggu bibi menyiapkan minum, Hanin mengajak Raniya berkeliling rumahnya. Terdapat kolam renang pribadi dengan dua kursi panjang untuk berjemur, terhubung dengan ruangan yang sudah lengkap dengan dapur mini. Tempat yang cocok untuk membuat cemilan sambil menemani mas Galang yang sedang berenang. Hanin menunjukkan kamar Raniya yang berada di lantai dua, wanita itu takjub karena kamar itu lebih bagus lima kali lipat daripada miliknya di kampung. "Di sini ada beberapa bajuku yang jarang kupakai, Ran. Kalau kamu mau mengenakannya, silahkan," Hanin membiarkan Raniya istirahat sebentar, tapi wanita itu masih mau melihat-lihat seluruh ruangan di sini. "Suamimu pulang jam berapa, Mbak? Kerjanya apa?" Raniya memang bertemu Galang hanya saat resepsi pernikahan Hanin dulu, dan sekarang ia sudah lupa seperti apa wajah suami temannya itu. Bibi datang dengan membawa nampan yang berisi sepiring pisang goreng dan jus jeruk. Hanin mempersilahkan Raniya untuk mencicipi jamuannya. "Biasanya sih sore menjelang maghrib sih, apalagi Mas Galang kan kerjanya di perusahaan ayahnya sendiri, jadi ya jarang lembur kecuali ada rapat penting," tuturnya sambil mencomot pisang dan menggigitnya. Raniya mengangguk-angguk, sorot matanya fokus pada foto yang sudah di bingkai dan terpasang di dinding. Hanin dan Galang nampak begitu bahagia di foto itu. Kehidupannya berbalik arah dengan Hanin, ia merasa bebannya semakin berat dan tanggung jawabnya semakin banyak. Betapa beruntungnya seandainya dia bisa memiliki suami yang kaya raya seperti Galang. Ia segera melenyapkan otak liarnya, membayangkan pria yang berstatus suami temannya merayu dan menuruti kemauannya. Sungguh, Raniya tak boleh memikirkan hal licik seperti itu. "Kamu gak ingin menikah, Ran? Maksudku dulu kan kamu banyak yang suka lho, saat kita sekolah juga banyak yang nitipin surat ke aku untuk kamu," Tak bisa dipungkiri, Raniya memang cantik apalagi bodynya bukan main gemoynya. Ia sering menjadi bahan omongan para pria di kampungnya. Penasaran rasanya tidur dengan wanita semulus dan sebohay Raniya. "Aku putus dengan pacarku beberapa bulan yang lalu, lagian sekarang aku mau fokus nyari kerja aja, Mbak Hanin. Mau melunasi utang ibu." Hanin paham, perekonomian kehidupan Raniya di kampungnya memang tidak semulus body Raniya. Ibunya hanya penjual sayur keliling dan ayahnya sudah meninggal karena sakit struk. Ia menyayangkan nasib temannya yang tak seberuntung dirinya, mungkin dengan berada di Surabaya Raniya akan menjalani kehidupan yang lebih baik. Tanpa sadar Hanin telah menancapkan serigala berbulu domba dalam rumah tangganya. Ia tak tahu, Raniya ke kota karena lantaran dituduh banyak orang di kampungnya sebagai w*************a dengan rupa mulia. Dipaksa menikah hanyalah fakta yang dilebih-lebihkan olehnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.3K
bc

My Secret Little Wife

read
95.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook