Musang Berbulu Domba

1004 Words
Setelah tinggal di rumah mewah milik Hanin, Raniya merasa hidupnya berubah drastis. Ia bisa menikmati segala fasilitas dan makanan yang enak, berbeda dengan keadaan di kampung. Jangankan pakaian, ia saja jarang punya uang untuk pergi ke pasar. Terlebih lagi Hanin berbaik hati mengajaknya berkeliling Surabaya dan membelikannya banyak pakaian bagus. Ia sempat berpas-pasan dengan Galang, suami Hanin beberapa kali saat pria itu berada di rumah. Rasa ketertarikan muncul di benaknya, seakan berharap pria itu meliriknya sedikit saja. "Nanti kalau Mas Galang sudah menemukan pekerjaan yang cocok sesuai kemampuan kamu pasti langsung kukabari, Ran. Pokoknya kamu tinggal dulu di sini, dan besok rencananya aku mau mengajakmu ke suatu tempat," ucap Hanin sambil mencolek ice cream di tangannya. Mereka habis belanja barang keperluan Raniya, wanita itu sudah berubah dari segi penampilan dan busana berkat Hanin. Rencananya Raniya memang ingin melamar di cafe ataupun restoran, menjadi kasir maupun pelayan. Keahliannya dalam beramah-tamah memang menjadi skill yang ia geluti dari kampung. "Mau ke mana lagi, Mbak? Bukannya hari ini kamu sudah belanja banyak banget, pakai beliin aku segala lagi. Makasih lho pokoknya!" Raniya sangat senang karena bisa memiliki pakaian yang selalu diimpi-impikannya dari dulu. Hanin mengangkat bahu, rencananya besok ia akan mengajak Raniya ke store Samsung. Membelikan gadget untuk wanita itu, karena di jaman sekarang siapapun pasti butuh ponsel. Sedangkan Raniya masih memakai ponsel purba yang sudah ketinggalan jaman. Suara bel berbunyi, itu pasti Mas Galang yang baru saja sampai. Hanin beranjak dari duduknya, menghampiri pria tampan yang pulang dengan wajah lelah. Raniya iri melihat kemesraan mereka, merasa tak layak untuk bersama dalam hanyutnya perasaan Hanin dan Galang. Jujur, ia sempat terpikat dengan pesona suami temannya. Namun sayangnya, ia masih cukup waras untuk tak meretakkan rumah tangga orang. "Aku tidur dulu, ya. Lagian ini juga sudah malam, selamat tidur, Ran," ucap Hanin berlalu sambil merangkul tubuh Galang. Mereka sudah memasuki kamar, meninggalkan Raniya yang masih duduk di ruang santai. Mau tak mau Raniya ikut ke kamarnya, mencuci muka dan mencoba tidur. Meskipun pikirannya tak bisa di ajak kompromi lantaran wajah Galang yang selalu terbayang. Sedangkan dari kamar Hanin, wanita itu tak benar-benar tidur. Galang sudah mengajaknya bertempur, duel sengit di ranjang. Tubuhnya sudah polos sempurna, menaikkan sisi liar Galang dan membangkitkan gairah suaminya. Keduanya sama-sama panas. Hanin sangat merindukan sentuhan suaminya, dikecupnya seluruh anggota tubuh yang sangat memuaskannya. Ia akan begadang malam ini. Menghabiskan malam panjang di ranjang. "Ah, iya.. sayang! Benar, di situ. Ayo, jangan pelan-pelan. Aku lebih suka suara seksimu berteriak memanggil namaku!" Galang tak kuasa melihat wajah ekstrem Hanin, diusapnya peluh yang menetes dari punggung istrinya. "Gantian aku, ya," kini mereka sudah berganti posisi. Hanin tertindih tubuh suaminya. Menahan tekanan kuat yang membuat napasnya terputus-putus. Mereka kembali menyatu, memasukkan milik masing-masing dan merapalkan nama mereka. Hanin sudah hampir mencapai puncaknya, membuat Galang semakin cepat menyerbu ritme yang membara. Tangan pria itu sudah aktif menekan dua gundukan milik Hanin, memompa dan bahkan menerkamnya habis-habisan. Hanin sudah melepaskan ronde pertamanya, ia hampir kelelahan karena Galang bermain tanpa ampun. "Thanks, Honey. Kamu gesit banget!" puji Galang seraya mengecup kening istrinya. Hanin masih tidur terlentang, mengatur napas dan ambruk. Ia kelelahan dan sangat mengantuk. Dari depan pintu, sikap kurang ajar Raniya tak bisa diduga. Wanita itu sedari tadi ternyata melihat sesi panas pasutri pemilik rumah ini. Ia tak sengaja menontonnya lantaran pintu kamar Hanin yang sedikit terbuka. Hanin memilik banyak kamar di rumah ini, kebetulan jarak kamar Hanin berdekatan dengan dapur dan Raniya memang berniat mengambil minum, namun suara sahut-sahutan sangat membangkitkan rasa penasarannya. Tubuhnya menegang, ia bisa merasakan kenikmatan saat Galang menancapkan miliknya pada lubang milik Hanin. Pasti sangat nikmat! Apalagi ia sudah melihat ukuran Mr. P pria itu, benar-benar jumbo. Raniya berbalik arah, ia melanjutkan langkah menuju dapur. Wanita itu langsung meneguk setengah botol air putih dari kulkas. Tenggorokannya sangat kering karena melihat adegan ranjang Hanin dan suaminya. Baru saja di batin, Galang keluar dari kamarnya. Ia belum melihat keberadaan Raniya di dapur. Dengan sengaja wanita itu membuka kancing piyamanya dan mengendurkan tali branya. "Mas Galang belum tidur?" Raniya akhirnya memberanikan diri mengeluarkan suara demi mendapatkan perhatian dari pria itu. Galang agak kaget karena Raniya ternyata berada di dapur. Ia memang masih merasakan sisa-sisa kenikmatan dari perang sengitnya tadi, bahkan ia baru sekali klimaks. Sayangnya Hanin sudah tepar duluan. "Kau sendiri gak tidur, kenapa sudah larut begini masih di sini?" pandangan Galang tertuju pada piyama Raniya yang sedikit terbuka. Seakan faham perangkapnya sudah mampu memancing hasrat pria itu, Raniya mulai mendekat dan sengaja memajukan dadanya. Tangannya kembali membuka satu kancing lagi, membuat buah dadanya semakin menonjol. "Kamu meninginkannya, Mas?" goda Raniya. Tak ada kucing yang menolak ditawari ikan secara cuma-cuma. Entah itu hanya rasa pelampiasan atau memang Galang yang tak kuat iman, tangannya sudah mulai meraba permukaan d**a Raniya. Seakan mengukur besar-kecilnya milik wanita itu. "Kamu boleh mencicipinya, jika kamu mau, Mas Galang," Raniya sudah menunjukkan tanduknya. Ia tak ingin malam ini berlalu tanpa sentuhan. "Bolehkah?" tanya Galang ragu-ragu. Raniya membimbing tangan pria itu untuk menerobos bra yang ia kenakan, mengajari untuk memperlakukannya dengan sensual. Karena punya Galang sudah tegang, ia tak kuasa menahan gejolak yang mendesir di bawah perutnya. Tangannya sudah lihai memainkan buah d**a Raniya, ia memangku wanita itu dan menelusupkan kepalanya di balik piyama sang penggoda. "Terus, Mas. Jangan ditahan, lampiaskan seluruh hasratmu padaku," suara manja Raniya seakan memacu adrenalin Galang. Wajah semangatnya semakin membuat pria itu kepanasan. Sayangnya Galang tak bisa membawa Raniya bermain di ranjang, rumahnya bukan tempat yang aman. Ia hanya mampu bermain sampai bagian atas milik wanita itu. Padahal Raniya sudah meminta lebih, ia ingin di perlakukan liar malam ini. Pantatnya bergerak maju mundur, berharap Galang peka dan memberikan apa yang wanita itu inginkan. "Aku tak bisa memberikannya malam ini, Manis. Tapi tenang saja, akan kupastikan kamu mendapatkannya," iming-iming Galang membuat Raniya puas. Tadinya, Raniya pikir Galang bukan tipe p****************g yang tak bisa digoda. Tapi ternyata pria itu langsung luluh begitu melihat bukit kembarnya. Ia lupa daratan, lupa diri dan tujuan. Pesona Galang memang tak bisa ia elak, Raniya terpincut sejak pandangan pertamanya dengan suami Hanin, temannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD