bc

Deprease of Me

book_age18+
0
FOLLOW
1K
READ
forced
self-improved
inspirational
others
scary
others
friendship
self discover
lonely
tortured
like
intro-logo
Blurb

"Aku tak sebaik yang kau kira karena aku..memiliki segudang tanda tanya yang masih belum kau ketahui ".

- Alexandrea Ainsley -

Aku, Aku bukanlah aku yang kau kenal. Dan aku sejatinya aku sendiri yang mengerti. Dimana tak ada seorang pun yang mengenal tentang diriku. Ya, My name is Alexandrea Ainsley. Seorang anak angkat di keluarga sederhanaku.

Aku adalah aku, yang memiliki segudang tanda tanya yang tak seorang pun mengerti tentang hidupku. Namun bagiku Hidup tetaplah hidup yang selalu berjalan tanpa bisa kita hentikan. Hidup memiliki warna tapi tak bagiku.

Warna dalam hidupku adalah kelabu. Tertutupi awan yang tak bisa berganti. Berbagai badai selalu menghadangku hingga aku tak sanggup lagi menerjang badai. Dan aku memilih pergi dari kehidupanku. Hingga dia datang sebagai sosok malaikatku

Yah, it's about deprease of Me

Cover by : @Ramagendhis ✨?

chap-preview
Free preview
Bab 1
"Tak ada yang tau kehidupanmu selain Tuhan dan Takdir" - Alexandria Ansley - Hidup adalah hidup yang terus berjalan. Bagiku hidup adalah sebuah jam yang terus berputar di seperkian detik, menit dan jam. Hidup adalah bertahan. Kenapa begitu? Karena segala tentang kehidupan bukanlah tentang bisa mendapatkan segala hal yang kita inginkan. Tapi segala hal tentang hidup adalah bagaimana caranya kita bisa bertahan dari segala rintangan dan badai yang menghadang kepada kita. Itulah tentang kehidupan. Dan tentang kehidupanku, Jauh dari kata bahagia dan nikmat. Hidupku penuh dengan luka, tantangan, dan badai yang bertubi-tubi datang. Hingga aku merasa lelah sekali. Akan tetapi semua berubah ketika ada sosok yang datang dan merubahku menjadi sosok yang kuat. Ya, dialah my superhero dengan inisial 'F' Sebelum melangkah jauh kalian mengenalnya maka akan ku perkenalkan tentang alur kehidupanku saat ini. Okey, perkenalkan namaku Alexandria Ainsley. Seorang gadis berambut hitam sebahu dengan tinggi 160 cm dan kulit sawo matangnya. Aku tinggal di rumah yang mewah. Aku memiliki 7 bersaudara. Anak pertama bernama Hans, Kedua adalah aku, Ketiga bernama Emily, Keempat bernama Johan, Kelima bernama Sharon, Keenam bernama Kimberly dan terakhir bernama Nick. Aku dan ketujuh saudaraku tinggal di rumah orang tuaku. Ya tentu saja tinggal dimana lagi kalo bukan tinggal di rumah orang tuaku. Kehidupanku dan keluargaku berlangsung dengan keserdehanaan serta segala peraturan. Didikan kedua orang tuaku sangat keras kepada kami semua. Lebih tepatnya kepadaku. Dari kecil hingga besar aku selalu dididik dengan keras dan mandiri. Semua hal itu berbeda dengan keenam saudaraku. Aku adalah seorang anak yang selalu digantungkan oleh keluargaku. Selain aku berani dan menuruti segala hal keinginan mereka, aku juga seorang anak yang bisa cukup diandalkan oleh mereka. Seperti suasana di pagi ini. "Lexaaaa!!" teriak mamaku kepadaku dengan keras. Aku yang masih berdiri di dalam kamarku bergegas keluar dari kamarku. Menengok ke bawah. Di bawah ku liat Mama yang berkacak pinggang melihatku dengan sadis. "Cepat turun!! Ini Kim, Sharon dan Nick antarkan!!" perintahnya kepadaku dengan nada suara yang cepat "Baik ma, tapi tunggu lexa siapin buku buat ke kampus." Jawabku meminta Mamaku untuk menunggu. Setidaknya Mama mau memberiku waktu untuk bersiap terlebih dahulu. Pasalnya jam 9 kuliahku dimulai dan lokasi kampus sangat jauh. Lokasi kampusku dengan sekolah adekku berbeda arah. Setidaknya aku bisa menghemat waktu dan berangkat setelah mengantarkan ketiga adikku. "Gak! Antarkan adekmu saja sekarang! Kau bisa balik ke rumah lagi setelah mengantarnya!" Tolak Mama dengan tegas pada permintaanku "Tapi Ma lokasi sekolah adek jauh. Jika aku balik ke rumah maka aku akan terlambat matkul." Ucapku lirih, berharap ia mau memberiku waktu. "Tidak! Cepat turun! Atau tidak maka kau tak boleh menggunakan motormu!" ancam Mama kepadaku yang membuatku tak bisa berkutik. Ku hela nafas seketika. Aku tak bisa berbuat apapun selain menuruti permintaan Mama. Jika aku tak menuruti permintaan Mama maka aku tak akan bisa pergi ke kampusku. "Baiklah Ma, aku ambil kunci dulu." kataku menyerah dan menuruti perintahnya. "Baiklah dan cepat!" Aku berbalik dan masuk kembali ke dalam kamarku. Mengambil kunci dan cardiganku dengan cepat. Setelah itu aku turun ke bawah. Ku hampiri ketiga adik kecilku. "Hans, Kim dan Nick ayo kakak antar ke sekolah." Ajakku dengan ceria "Baik kak!!" Mereka bertiga turun dari meja makan dan memelukku. Ku peluk mereka bertiga sembari menatap satu persatu ketiga adikku. Mereka tampak menggemaskan dan membuatku kembali bersemangat. Aku sangat menyayangi mereka bertiga. "Sudah cepat berangkat sana!" perintah mama memintaku untuk bergegas berangkat "Sayang salim mama lalu yuk berangkat." Ucapku mengajari ketiga adikku untuk berpamitan kepada Mama. "Tapi kak.. " "Gak apa kok, Kalian kalo gak salim ke mama maka kalian bukan anak sholeh dan sholehah. Apa kalian gak mau masuk surga?" Bujukku agar mereka mau salim kepada Mama. Aku tau jika ketiga adikku takut pada Mama tapi bukan berarti aku tak mengajarinya untuk berbakti kepada orang tua. "Mauu!" sorak mereka bertiga "Ya udah salim dulu ke mama ya." "Baik kak.. " Mereka bertiga segera berlari ke Mama dan mencium tangan mama. Lalu kembali kepadaku dengan cepat. "Sudah kak ayo kita berangkat!!" "Sip gitu dong! Okey hayuk kita berangkat!!" seruku menggandeng tangan mereka bertiga. Aku segera mengeluarkan motor maticku. Mereka bertiga naik ke boncengan motorku. Satu berada di depan dan kedua adekku di belakang. Ku toleh ke mereka berdua. "Siap sayangnya kakak?" tanyaku "Siap kak!!" seru mereka bertiga menjawab pertanyaanku dengan semangat "Okey pegangan dan kita berangkat!!" brum! Ku lajukan motorku dengan kecepatan standart. Menuju sekolah ketiga adikku. Bagiku, Setiap pagi adalah hal yang indah. Dimana aku bisa menatap senyum ceria ketiga adekku.Bercanda tawa dan berbagai kisah lucu dengan ketiga adekku. Menikmati sejuknya udara pagi bersama mereka bertiga. Dan menikmati riuhnya suara mereka bertiga berceloteh. Ya, inilah pagi indah versi diriku. Dan versi ini tak akan pernah ku lupakan begitu saja. Meskipun sederhana tapi selalu bermakna untukku. Aku, aku selalu berdoa kepada Tuhan agar aku selalu bisa menikmati keindahan pagi ini setiap saat. Aku selalu berdoa bisa menemani ketiga adikku seperti suasana seperti ini. Aku berharap suasana pagi ini tak akan hilang.. **** Setelah mengantar ketiga adikku ke kelasnya. Ku liat arloji di tanganku yang menunjukkan pukul setengah delapan. Aku bergegas memutar balik motorku. Berjalan kembali ke arah rumah. Ku lajukan motorku dengan kecepatan penuh. Aku merasa buru-buru tanpa melihat ada motor yang menyalip motorku ketika aku tengah berhasil menyalip mobil di depanku. Alhasil motorku jatuh ke pinggir pada kubangan air yang kotor. Aku merasa kesal sekali. Motor yang menyalipku tak berhenti sedikitpun. Motor itu melaju kencang tanpa menolongku. Beberapa pengemudi lainnya menolong diriku. Mereka meminggirkanku di pinggir. Lebih tepatnya di sebuah warung. "Mbak gak apa-apa?" tanya seorang pengemudi juga kepadaku. Ia membantuku untuk berdiri. "Tak apa pak." "Bisa jalan sendiri mbak?" tanya pengemudi lain kepadaku "Bisa bu." jawabku "Ya sudah hati-hati ya mbak. Jangan ngebut. Kami duluan." "Iya pak bu matur nuwun." Balasku menundukkan badanku Pengemudi lainnya pergi dan kini tinggal aku sendiri. Aku duduk di warung itu. Ku rogoh ponselku di saku celanaku. Melihat jam di ponsel. Jam menunjukkam pukul 8.45. Aku merasa shock. Pasalnya 15 menit lagi kelasku akan dimulai. Aku buru-buru menghubungi nomer mama dengan video call. Sambungan telfon tersambung. "Ma jemput aku. Aku habis jatuh di jalan dan badanku kotor semua. Aku gak bisa meneruskan perjalananku ke rumah." jelasku mengatakan hal yang terjadi kepada Mamaku "Hahaha kasian banget kamu Lexa." Bukannya mendapatkan rasa iba dari Mama. Aku justru mendapatkan ketawa dari Mama. "Mangkanya Lexa kamu itu gak usah kuliah! Di rumah aja jadi pembantu! haha. " Saut Hans dan Johan mengejekku "Ma aku ada kuliah jam 9, Tolong jemput aku ya." pintaku dengan melas. Berharap mama mau menjemputku. "Ogah! Mama sibuk." tolak mama pada permintaanku "Tapi Ma.. " Tuttt! Aku ingin mencoba berbicara lebih tapi sambungan video call sudah dimatikan mama. Aku merasa sedih sekali. Kesal, cape semua ku rasakan. Aku selalu berfikir tentang sikap mama yang selalu seperti ini kepadaku. Entah apa alasannya. Air mataku menetes satu persatu di pelupuk mataku. Setiap detiknya semakin mengalir deras di pipiku. Tuhan kenapa aku harus seperti ini? Kenapa aku harus mengalami hal ini? Dan kenapa Mama bersikap seperti ini kepadaku? Kenapa Tuhan? Aku, aku tak tau harus berbuat apa selain menangis...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook