bc

Maid's Child Love

book_age18+
651
FOLLOW
4.3K
READ
possessive
arrogant
dominant
others
CEO
maid
drama
sweet
city
first love
like
intro-logo
Blurb

Dicintai oleh tiga pria tampan, mapan, dan berasal dari keluarga terhormat bukanlah keinginan dari seorang anak pembantu seperti Sulistiawati Najwa. Sedari kecil, Tia sudah menyimpan rasa pada salah satu dari tiga pria yang mencintainya.

Tapi sayang, rasa cintanya harus dia kubur karena jauhnya perbedaan kasta. Terlebih lagi, pria itu awalnya mencintai nona muda di tempat ibunya bekerja.

"Aku hanya anak pembantu yang tak berhak bersanding dengan dirimu. Terlebih lagi sahabatku juga mencintaimu." Sulistiawati Najwa.

"Aku tidak peduli kau anak pembantu atau apapun. Memang dulu perasaan ini tak ada untukmu, tapi sekarang aku mencintaimu." Evantio Kenzo.

chap-preview
Free preview
MCL 01 #12 Years old part 1
Di siang hari yang terik dengan sinar matahari yang sudah naik memenuhi bumi pada siang hari ini. Di sebuah rumah besar, terlihat tiga orang anak kecil yang tengah berjalan dengan mengendap-endap untuk keluar dari rumah besar itu "Tia ... Buruan! Nanti penjaga keburu datang dan rencana kita bisa gagal," teriak pelan gadis kecil berusia 12 tahun bernama Raisa Putri Kanza Pradipta, yang kerap di pinggul Ica itu. "Apa yang akan kalian lakukan?" tanya gadis kecil berusia 11 tahun yang di panggil Tia tadi, "jika tuan besar mengetahui ini, kita bisa kena hukuman Ica," sambung gadis kecil yang bernama lengkap Sulistiawati Najwa itu. Iya ... Bocah perempuan berkulit sawo mateng, bersurai hitam, dan berpakaian lusuh itu adalah sulistiwati Najwa anak dari pembantu di keluarga Pradipta. "Papa tidak akan mengetahuinya jika dia tidak melihat kita Tia," sanggah Ica dengan bergerak mendekati Tia dan langsung menarik lengannya untuk ikut. sedangkan seorang bocah lelaki yang perawakannya gendut menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat melihat Ica yang begitu peduli dengan Tia si anak pembantunya. "Kenapa kau selalu saja mengajaknya?" tanya bocah lelaki itu jengah. "Dasar anak pembantu menyusahkan," sambung bocah lelaki tersebut dengan sinis ya. Sontak Tia langsung menundukkan kepala dengan kedua jari telunjuk ia tautkan. "Ma...maafkan saya karena selalu menyusahkan tuan muda Tio," ujar Tia dengan nada gugup. Ica yang melihat Tia menunduk hormat dengan cepat menegakkan kepala sahabatnya itu, "Kau tidak perlu menundukkan kepala pada bocah gendut seperti dia," perintah Ica dengan menunjuk-nunjuk ke arah Tio. Iya ... Bocah gendut yang memliki iris mata coklat, dan Surai coklat itu bernama lengkap Evantio Kenzo. Dia bocah lelaki blasteran Indonesia dan Amerika itu terlihat jengah, karena melihat tingkah Tia yang menurutnya mengusahakan. "Dan kau Evantio Kenzo, berhenti memanggil sahabatku dengan sebutan anak pembantu! Tia adalah sahabat terbaikku dan kau tak berhak memanggilnya seperti itu gendut," desis Ica dengan tatapan tajam dan menunjuk ke arah Tio. "Terserah kalian berdua saja. Lebih baik kita cepat keluar dari sini sebelum penjaga gerbang depan datang," ajak Tio dengan menghiraukan perkataan Ica. Ica yang tadinya marah seketika mengangguk setuju apa yang di katakan Tio. Dia melangkah terlebih dahulu meninggalkan Tia yang masih saja berdiri mematung. Tio yang hendak melangkah mengikuti Ica mengurungkan niatnya, karena matanya tak sengaja melihat Tia yang masih saja diam mematung dengan kepala menunduk. "Kenapa kau masih berdiri disitu anak pembantu? Ayok cepat lah, kau selalu saja membuat kami kerepotan," sinis Tio dan langsung menarik pergelangan mungil milik Tia. "Tu...tunggu dulu tuan mud-" "Kau berisik sekali! Diam lah," potong Tio dengan tatapan tajam kearah Tia dan membuat Tia diam seketika. Bukannya takut mendapatkan tatapan tajam dan nada berat dari Tio, Tia malah memerah malu dan dengan cepat ia menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan rona merah di pipinya, 'apa aku bermimpi? Benarkan tuan muda Tio tadi melihat ku,' batin Tia senang dengan jantung yang berdegup kencang. Ica yang merasakan hanya dirinya yang melangkah mulai menoleh kebelakang. Seketika matanya menajam melihat kedua temannya yang tengah berpegangan tangan. "Apa kalian masih lama?" Ica sedikit berteriak dengan nada kecil. Mendengar teriakan itu, kedua bocah yang berbeda jenis kelamin tersebut menoleh ke arah sumber suara, dan tanpa mau menunggu lagi Tio menggeret Tia untuk berjalan bersamanya. *** "Akhirnya kita bisa keluar juga dari rumah besar itu, hah...hah...." senang Ica dengan senyum bahagia dan napas terengah-engah. "Nona muda ... Bagaimana jika tuan besar mengetahui ini? tuan besar akan marah kepada kita nona muda," takut Tia dengan nada pelan dan menunduk hormat. "Tia! Berapa kali harusku katakan, jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu. Ingat aku ini sahabatmu Tia, atau kau selama ini tidak menganggapku sahabat?" tuduh Ica dengan nada sedikit tinggi di ikuti pelototan tajam. Tia yang mendengar itu dengan cepat menggelengkan kepala, "Ti...tidak, kamu memang sahabatku Ica," jawab Tia Cepat. "Jika seperti itu, berhentilah memanggilku dengan sebutan nona muda lagi," perintah Ica dengan penuh penekanan. Tia yang mendengar itu hanya mengangguk paham dan senyum manis langsung menghiasi wajah dekilnya. Melihat senyum itu, Ica pun ikut tersenyum dan tanpa menunggu lama ia langsung memeluk tubuh Tia dengan sangat erat. Sementara Tio yang melihat drama antara sahabat itu mulai memutar bola mata malas. "Mau sampai kapan kalian berdua berpelukan seperti itu? Ayok kita lanjutkan perjalanan sebelum gelap," ajak Tio dengan nada sinis dan berjalan terlebih dulu meninggalkan kedua temannya Ica yang mendengar ucapan sinis Tio langsung meliriknya yang tengah berjalan pelan. "Bilang saja kau iri dasar bocah gendut," sinis Ica dan sudah berjalan di samping kiri Tio. "Kau selalu saja memeluk anak pembantu itu Ica. Sedangkan aku, kau tidak pernah ingin memelukku," kesal Tio dengan polosnya cemburu. "Apa? Memelukmu? Lebih baik aku memeluk Kitty dari pada memeluk dirimu yang gendut itu," gurau Ica yang disertai tawa. Tio yang mendengar itu langsung melirik kearah Tia. "Apa anak pembantu itu juga pantas kau peluk?" tanya Tio dengan menunjuk Tia yang berjalan di belakang mereka. Dengan senyum bangga Ica menjawab pertanyaan Tio. "Tentu saja, karena Tia sahabat terbaikku," ungkap Ica dengan bangganya. Ica membulatkan mata, karena menyadari kalau sedari tadi Tia sengaja berjalan di belakang mereka, " Tia! Kenapa kau selalu berada di belakang ... Kesini lah, kita berjalan beriringan," ajak Ica dengan mengulurkan tangan kanannya. "Ti...tidak non ... Maksudku tidak Ica. Aku tidak pantas berjalan beriringan dengan kalian berdua," ujar Tia dengan menundukkan kepala sadar diri betapa bocah itu tidak pantasnya berjalan dengan calon pewaris keluarga Kenzo dan anak dari pengusaha Pradipta. Karena dia tahu, bahwa dia hanya anak pembantu yang tidak mungkin bisa berjalan sejajar dengan mereka. Mendengar itu senyum sinis Tio terlukis diwajahnya. "Kau sadar diri juga anak pembantu. Ayok lah Ica kita tinggalkan saja dia," sinis Tio dan langsung menarik lengan Ica untuk berlari. Tia yang mendengar itu hanya menundukkan kepala dan ikut berlari tapi tetap menjaga jaraknya. Beberapa menit mereka bertiga berlari dan akhirnya, mereka bertiga telah sampai di sebuah danau indah yang ditumbuhi dengan tumbuhan teratai dan juga puluhan kupu kupu yang berterbangan. Rasa lelah mereka karena berlari hilang seketika, dan digantikan dengan binar bahagia yang terpancar jelas dari mata mereka. "Tia dari mana kau tau tempat seindah ini?" tanya Ica tanpa mengalihkan pandangan dari danau di depannya. • • • To be continued ? Tap love? komen dan share sekalian masukkan rak yah See you next part

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
13.2K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.6K
bc

My Secret Little Wife

read
97.6K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.0K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook