n****+ ini memiliki hak cipta, siapa yang memperjual belikan n****+ ini, akan berurusan dengan hukum.
Rayya Nafisa Sucipto, berusaha kuat menghadapi berbagai masalah yang ia hadapi. Cinta dari keluarga yang tidak pernah ia dapatkan karena ia terlahir dari hasil perselingkuhan sang Papi dengan sekretarisnya. Semenjak kehadirannya di tengah-tengah keluarga Sucipto seolah menjadi musibah bagi keluarga itu. Rayya bahkan sedapat mungkin selalu berusaha menghindari keluarganya yang lain, karena tidak ingin menjadi perusak suasana keluarga ini. Rayya ingat bagaimana ia merasa sangat sedih saat ia berumur tujuh tahun ketika dibawa Ibu kandungnya datang ke Kediaman Sucipto. Ibunya sengaja datang ke kediaman Sucipto dan mengatakan kepada Adiwangsa Sucipto jika Rayya adalah hasil kesalahan satu malam mereka ketika keduanya mabuk beberapa tahun yang lalu.
Rayya masih sangat ingat dengan jelas bagaimana ia menangis sambil memeluk boneka beruang berwarna putih, saat melihat ibunya pergi bersama kekasihnya meninggalkannya sendirian di kediaman Adiwangsa sucipto. Rayya menatap ponselnya dan kemudian ia kembali membaca pesan dari Aviara Kakak tirinya yang selama ini membencinya. Rayya bingung kenapa Aviara memintanya pulang ke Jakarta sedangkan saat Avi menikah pun, ia dilarang Avi dan Rossa istri Papinya itu untuk pulang menghadiri pesta pernikahan Avi yang megah itu.
Rayya sadar jika kehadirannya akan membuat semua keluarga besar Sucipto malu karena ia hanyalah anak haram. Ya...anak haram yang seharusnya tidak berhak menyandang nama sucipto di belakang namanya.
'Pulang sekarang juga Raya, jika kau mau aku anggap sebagai keluargaku!'
"Kenapa kau memintaku pulang Mbak, bukannya kau sangat membenciku," ucap Rayya.
Bunyi ponselnya, membuatnya segera mengangkatnya dan nama Mama Rosa muncul dilayar ponselnya. Rayya dilanda kegugupan dan diserang ketakutan. Rosa satu nama yang membuatnya selalu merasa ketakutan. Rosa selalu mengingatkan posisinya di keluarga itu. Ia hanya anak haram yang tidak diharapkan hadir di dunia. Rayya ingat hanya karena ia ingin bermain boneka bersama Avi saat ia kecil, ia masuk ke kamar Avi dan ia akhirnya menerima hukuman dikurung dikamar mandi. Rosa tidak mengizinkan Avi bermain bersama Rayya. Rayya juga sering kali mendapatkan cubitan dilengannya bahkan pukulan saat Rosa kesal dan mengingat penghianatan suaminya. Masa-masa kelam yang dulu pernah Rayya rasakan dan ia berusaha menjauh dari keluarga Sucipto sampai saat ini, hingga akhirnya beberapa kali ia menerima pesan singkat dari Avi yang memintanya untuk segera pulang ke Jakarta.
Andien melihat raut wajah sahabatnya itu terlihat murung dan ia yakin jika semua ini ada kaitannya dengan keluarga Sucipto. Andien adalah sahabat Rayya sejak SMA, kuliah bahkan sampai keduanya bekerja di perusahaan yang sama. Selama ini Andien bak penyelamat bagi Rayya, karena kebaikan hati keluarga Adien padanya. Adien memiliki seorang Kakak laki-laki yang diam-diam menyukai Rayya dan memberikan perhatian lebih kepada Rayya. Bahkan Maminya Andien sangat ingin menjadikan Rayya sebagai menantunya. Aldi berupaya mendekati Rayya, namun Rayya menolaknya secara halus karena Rayya merasa tidak pantas untuk Aldi. Rayya pernah memiliki kekasih namun saat kekasihnya itu mempertemukannya kepada orang tuanya, Rayya mendapatkan penolakan dari mereka. Memiliki bibit, bebet dan bobot ternyata menjadi hal yang sangat penting bagi orang tua kalangan atas.
"Ada apa Ray?" Tanya Andien.
Raya menghela napasnya dan ia menatap Andien dengan sendu. "Setelah sekian lama mereka tidak memperdulikanku dan sekarang mereka memintaku pulang Ndin," ucap Rayya.
"Jadi apa keputusanmu Ray? Kau akan pulang ke Jakarta?" Tanya Andien.
"Aku bingung Ndin." Rayya memang rindu sekaligus takut. Rindu karena walau bagaimanapun keluarga Sucipto adalah keluarganya. Apalagi ia sangat merindukan sang Papi, Adiwangsa mungkin tidak menyayanginya,tapi walau bagaimanapun Adiwangsa yang selama ini membantunya hingga ia bisa kuliah dan bekerja seperti sekarang.
"Tapi Mbak Avi memaksa dan meminta aku segera pulang. Dia belum pernah seperti ini kepadaku apalagi Tante Rosa tidak pernah menghubungiku selama ini." Ponsel Rayya kembali berbunyi dan ia terpaksa harus mengangkatnya. Andien menatap sendu Rayya karena apa yang dialami Raya selama ini, sangat tidak adil. Apalagi perlakuan Avi dan Rosa ibu tiri Rayya sangat keterlaluan.
"Assalamualikum Tante."
"Waalaikumsalam, kamu jahat Rayya. Avi memintamu pulang sekarang juga dan kau tidak mau pulang. Setidaknya kau menuruti keinginan saya karena kehadiranmu di keluarga saya adalah sebuah karma hingga keluarga ini mendapatkan bencana. Kau pembawa sial dan kau harus kembali untuk bertanggung jawab atas apa yang menimpa Avi!" Ucap Rosa membuat Rayya bingung apa kesalahannya. Jika tentang ia adalah anak haram hasil perselingkuhan bukannya ia tidak bersalah, karena jika boleh memilih ia tidak ingin menjadi anak yang tidak diinginkan seperti ini.
"Pulang sekarang juga jika kau ingin saya maafkan!" Ucap Rossa membuat air mata Rayya menetes dan ia pun meneteskan air matanya.
Tenggorokan Rayya keluh dan setiap kata yang diucapkan Rosa mengenai jati dirinya membuatnya merasa sangat terluka. "Tante...aku..."
"Kau harus berterimakasih kepadaku Rayya setidaknya kau tidak dibuang ke Panti asuhan, ingat kau tidak akan bisa hidup berkecukupan seperti sekarang ini, jika bukan karena bantuan dari keluarga," ucap Rosa.
"Iya Tante, Rayya pulang hari ini."
Andien menghela napasnya dan ia tahu pasti akhirnya Rayya memilih pulang ke Jakarta. Rayya menutup ponselnya, karena tiba-tiba Rosa mematikan ponselnya tanpa salam. Rayya menatap Andien dengan senyum tertahan. "Aku harus pulang dan hmmm... aku belum tahu Ndin kapan balik ke Bandung," ucap Rayya.
"Kamu yakin mau pulang? Sejujurnya aku curiga Ray kalau Avi dan Tante Rosa sepertinya merencanakan sesuatu," Ucap Andien.
"Aku nggak tahu Ndin dan Tante Rosa benar, aku harus kembali jika mereka meminta kembali," ucap Rayya.
"Aku dukung keputusanmu Ray," ucap Andien tersenyum dan ia segera memeluk Rayya dengan erat.
Rayya melepaskan pelukannya dan ia segera melangkahkan kakinya meninggalkan Andien yang saat ini sedang menatap punggungnya. Perusahaan tempat mereka bekerja ini adalah perusahaan milik keluarga Andien. Oleh karena itu Rayya percaya Andien akan membantunya menyampaikan izin kepada atasan mereka agar ia bisa mengambil izin untuk pulang ke Jakarta hari ini juga. Rayya segera menuju mobilnya dan ia menuju Apartemennya mengambil beberapa barang, lalu ia segera pergi menuju Jakarta dengan mengendarai mobilnya. Rayya berusaha fokus mengendarai mobilnya, meskipun saat ini banyak yang sedang ia pikirkan.
Beberapa jam kemudian ia sampai di Jakarta. Sebenarnya ia sangat lelah namun Rosa segera memintanya menuju Rumah sakit sekarang juga. Tentu saja Rayya terkejut dan juga penasaran kenapa ia harus ke Rumah Sakit. Siapa yang sakit? Itu yang saat ini Rayya pikirkan, ia berdoa didalam hatinya, agar sang Papi baik-baik saja. Sebagai seorang anak, Rayya juga merasa ia kurang perhatian kepada Papinya walaupun ia tahu Papinya bahkan mungkin tidak mengharapkan perhatian darinya.
Raya akhirnya sampai di Rumah sakit Dirgantara tempat dimana Rosa ingin bertemu dengannya. Raya menuju kamar perawatan dan disana ia melihat Danu kakaknya, Papinya dan beberapa orang yang Rayya tidak tahu berada disana. Danu melihat kedatangan Rayya dan ia segera mendekati Rayya. Danu memeluk Rayya dengan erat membuat Rayya bertambah bingung karena Danu terlihat sangat sedih.
"Tan...Tante baik-baik saja kan Mas?" Tanya Rayya.
"Bukan Mama yang sakit tapi... Avi Ray," ucap Danu membuat Rayya terkejut.
"Mbak Avi kenapa Mas?" Tanya Rayya sendu.
"Mas juga baru pulang dari Amerika karena Mama minta Mas pulang. Avi mengalami kecelakaan bersama suaminya. Suaminya meninggal ditempat dan Avi sudah satu minggu terbaring lemah dengan kondisi makin memburuk," ucap Danu membuat Rayya meneteskan air matanya. "Mas tahu Avi banyak salah sama kamu termasuk semua keluarga Sucipto Ray, nanti apapun keputusan kamu, Mas akan mendukung kamu meski harus menentang Papa dan Mama," ucap Danuwangsa.
Rayya menatap sang Papa yang terlihat dingin menatapnya dan seorang perempuan paru baya menatapnya dengan tatapan menyelidik hingga sengaja menatap Rayya dari atas hingga ke bawah. Rayya bisa menebak jika perempuan itu adalah mertua Avi. "Avi ingin menemui kamu!" Ucap Adiwangsa Papanya.
Rayya mengulurkan tangannya dan mencium punggung tangan Adiwangsa , lalu ia juga mencium punggung tangan dua orang yang merupakan mertua Avi dan keduanya lagi-lagi sedang menatapnya Avi dengan tatapan menilai. Setiap orang yang melihat Rayya, pasti mengatakan Rayya adalah gadis yang cantik. Rayya dan Avi memiliki kemiripan karena wajah keduanya mirip dengan sang Papa. Hanya saja Rayya lebih sopan dan lembut dibanding Avi. Raya masuk kedalam ruangan dan ia melihat Avi dan Rosa yang berada didalam ruang perawatan ini.
Hai para pembacaku semuanya, menyebarkan n****+ ini dengan ss, video dan menyalinnya atau upload ke tempat lain apalagi menjualnya kalian akan terkena pelanggaran Hak Cipta karena n****+ ini sudah dikontrak innovel. walaupun kalian telah membeli koin kalian hanya bisa membaca. memperbanyak dan menggandakan lalu menyebarkannya akan terkena hukuman tegas. Jadi baca saja di aplikasi ini ya teman-teman