bc

Ibu Sambung (Duda Polisi)

book_age16+
36.1K
FOLLOW
237.4K
READ
possessive
love after marriage
dominant
brave
police
drama
sweet
bxg
city
like
intro-logo
Blurb

HATI-HATI BISA MENYEBABKAN BAPER

(THE END)

Bila saja tak sampai sejauh ini, rasanya aku ingin berhenti saja. Biar ku buang semua rasaku untuknya. Tapi itu tak mungkin.

“Sudah pernah aku bilang, kalau kamu mau pulang dengan laki-laki lain kamu harus bilang dulu sama aku.” Nada suara Charles meninggi.

“Yang kamu bilang aku harus laporan sama kamu itu, kalau aku pulang dengan laki-laki lain, ini aku hanya bertemu dengan dia, itu pun tak sengaja, apa aku harus laporan juga? Jangan terlalu berlebihan.” Tak kalah tinggi nada suara Helen.

Charles Rivano tak pernah menyangka harus kehilangan istrinya dan membesarkan anaknya dengan wanita lain, Helena Anata. Wanita yang dipilihkan Ibunya.Sanggupkah Helen menghadapi sikap Charles yang kadang masih suka terkenang akan istrinya? Sampai kapan kah, Helen bisa menahan rasa kecewa di hatinya? Bagaimana sikap Helen dengan anak sambungnya itu?

Cover Innovel

chap-preview
Free preview
Kembali Pulang Namun Kehilangan
Akhirnya sampai juga di bandara, setelah mengudara sekitar satu jam tiga puluh menit dari kota Pontianak. Selama enam bulan ini Helen meninggalkan Jakarta dan tinggal di Pontianak karna ditugaskan untuk mengisi jabatan wakil kepala unit yang kosong di sana. Ia berdiri menunggu bagasi datang, sambil sibuk memainkan handphonenya. Tak berapa lama mesin di depannya mulai berputar, tanda koper-koper sudah diturunkan dari bagasi pesawat. Tak berselang lama bola mata hitamnya, melihat koper biru dan langsung mengambilnya, dia tidak menyadari bahwa itu bukan kopernya. Alhasil saat hendak meninggalkan ruang kedatangan, petugas bandara mencegatnya. "Maaf Mbak, ini bukan koper punya Mbak." Petugas bandara itu menunjukkan kertas yang menempel di koper dengan tiket yang dipegang Helen. "Astaga iya Mas, bukan koper saya ini," ucap Helen sedikit kaget saat menyadari syal yang diikatkan di kopernya tidak ada. "Saya balik ke sana dulu ya Mas." Helen membalikkan badan dan kaget bukan main saat melihat kopernya dibawa oleh pria yang sudah lama tidak dilihatnya. "Sepertinya koper kita tertukar." Pria itu menyodorkan koper Helen dan mengambil koper dari tangan Helen kemudian pergi meninggalkannya serta petugas bandara itu. Helen masih berdiri mematung meliat pria itu pergi. Sampai seseorang datang menepuk bahunya. "Yaelah, dipanggil-panggil gak nyaut, gak mau pulang?" Indra, supir kantor datang menjemputnya. "Eh, Ndra. Sorry gak dengar. Lets go cuss." Helen menarik kopernya dan berjalan bersama Indra menuju parkiran. Dari kejauhan, Helen dapat melihat, Charles, pria yang tertukar kopernya dengannya, tengah mengelus-elus perut istrinya yang sudah besar. Helen tersenyum kecut melihat pemandangan itu. *** Kabar menikahnya Charles dan Karina sebenarnya tak sampai terdengar oleh Helen. Terakhir dia hanya melihat postingan di media sosial keduanya, mereka mengunggah poto memamerkan cincin di jari tangan masing-masing. Sejak saat itu, Helen memutuskan tidak akan stalking media sosial mereka atau pun media sosial orang-orang yang berhubungan langsung dengan mereka. Helen pertama kali meliat Charles di kantornya, saat dia menemani atasannya untuk kunjungan kerjasama, dan sejak saat itu ia langsung jatuh hati pada pandangan pertama. Selama dua tahun, jatuh hatinya hanya disimpannya sendiri.   Sebulan sekali Helen datang ke kantor Charles, menemani tellernya untuk mengambil setoran angsuran perumahan anggota polisi yang dikolektifkan, dan dia hanya bisa mencuri pandang pada Charles yang duduk dibalik meja kerjanya. Pernah suatu kali Helen menambahkan Charles di salah satu akun media sosialnya, berharap Charles akan merespon balik, tetapi ternyata tidak, dia segera menghapusnya karna merasa itu hanya sia-sia. Namun semenjak mereka menikah, Helen bertekad untuk membuang segala perasaan yang ada untuk Charles, meski terkadang Charles masih suka muncul dalam mimpi Helen. *** Untung lah ini masih hari Sabtu, jadi Helen masih bisa istirahat sebelum masuk kantor di hari Senin nanti. Masih dibalik selimut, pintu kamarnya dibuka oleh mama. "Masih capek Len?" tanya Mama. "Enggak Ma." Helen bangun dari tempat tidur, membereskan selimut dan bantalnya. "Sore nanti kita jenguk Om Irwan ya? Kemarin dia masuk rumah sakit, operasi usus buntu," ucap Mama yang dibalas dengan anggukan kepala Helen.   Sore hari di rumah sakit. Mama dan Helen baru sampai di parkiran rumah sakit. Mereka berjalan menuju lift yang terdapat di lobby rumah sakit menuju lantai 4, ruang operasi. Mama langsung menghampiri Tante Indah yang tengah menunggu di luar ruang operasi bersama Via, sepupu Helen. Sedangkan Helen memperlambat langkahnya, saat mendengar pasangan suami istri berusia paruh baya yang sedang berdiri gusar di depan ruang operasi persalinan tengah menyebut-nyebut nama Charles. "Ini gimana sih Charles, istri lagi di ruang operasi dia malah gak bisa dihubungi," ucap wanita itu sambil sibuk menelpon. Helen berhenti sejenak. ‘Apa iya itu keluarga Charles? Istrinya kemarin memang lagi hamil besar sih’ gumam Helen dalam hati. Sadar kalo keluarga itu memandanginya, Helen langsung bergegas menghampiri mama. Setengah jam berlalu, Om Irwan akhirnya keluar dari ruang operasi dan akan diantar ke ruang perawatan. Mereka mengikuti suster yang mendorong ranjang Om Irwan. Namun saat mereka melewati ruang operasi bersalin tadi, mereka mendengar suster mengatakan kalau pasien mengalami pendarahan dan bayinya memerlukan transfusi darah, sedang persedian darah di rumah sakit dan PMI untuk golongan darah tersebut sedang kosong. "Gimana ini Ma, cuma Charles yang golongan darahnya B negatif," ucap perempuan berambut coklat itu gusar, sepertinya dia saudara Charles. Baru beberapa langkah melewati ruang operasi persalinan itu, mama menghentikan langkahnya. "Len, golongan darah kamu kan B negatif, kamu gak mau coba donor? Kasian lo bayinya." "Hah..." Helen memandang Mama heran. Belum sempat Helen mengiyakan ucapan Mama, Mama sudah menggandeng tangannya berjalan menuju keluarga itu. "Maaf mengganggu, ini anak saya golongan darahnya B negatif. Mau nyoba donor darah, siapa tahu cocok dan bisa membantu," ucap Mama bersamaan dengan keluarnya suster dari dalam ruangan operasi. "Sus, dia golongan darahnya sama. Bisa tolong di periksa dulu," ucap orang tua Charles. Helen dan suster masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa kondisi kesehatan Helen. "Semoga, semuanya baik-baik saja ya," ucap Mama sambil pamit permisi. Setelah melalui serangkaian tes, hasil menunjukkan bahwa darah Helen cocok untuk ditransfusikan ke bayi mungil itu. Sekitar 45 menit transfusi darah itu berlangsung. Begitu suster melepaskan jarum dari tangannya, dia sudah bersiap untuk bangkit berdiri. "Mba pelan-pelan aja. Mungkin agak pusing, duduk aja dulu di  sini, nanti saya ambilkan air mineral." Suster itu pergi sebentar kemudian datang lagi dengan membawa sebotol air mineral. Tampak beberapa suster kasak kusuk membicarakan ibu sang bayi yang tidak tertolong. Seorang suster lewat mendorong kereta bayi. "Sus, ini bayi yang terima donor darah saya?" tanya Helen. Suster itu mengangguk. Helen beranjak dari kursi dan menghampiri bayi itu. ‘Kasian sekali kamu sayang, semoga kamu bahagia selalu’ batinnya sambil menatap bayi mungil yang tersenyum itu. Ia keluar dari ruangan donor darah tadi dan mengambil handphonenya untuk menanyakan keberadaan mama. "Oke Ma, Helen kesana." Ia memasukan handphonenya dan hendak bergegas masuk lift, namun tangannya diraih oleh seseorang yang langsung memeluknya. "Terimakasih ya Nak, kamu sudah menyelamatkan nyawa cucu saya, walaupun saya harus kehilangan menantu saya, namun kamu memberikan kehidupan untuk cucu saya. Sekali lagi terimakasih," ucap wanita yang tak lain adalah Mamanya Charles dengan mata berkaca-kaca sambil melepaskan pelukannya. "Sama-sama Tante, saya juga turut berduka cita buat menantu Tante. Semoga dede bayinya sehat selalu ya Tante," ucap Helen. Tangannya masih digenggam oleh Mamanya Charles yang menatap Helen penuh arti, seolah ingin menyampaikan sesuatu. "Ma, ayo..." tiba-tiba Charles datang dan langsung menggandeng Mamanya pergi meninggalkan Helen. Sekilas Helen melihat Charles yang sangat berantakan dengan mata yang sembab habis menangis. "Semoga kamu tabah," ucap Helen sendiri. Helen memandangi sekitaran lorong yang sepi sambil bergidik takut, buru-buru dia meninggalkan tempat itu dan masuk lift.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dosen Killer itu Suamiku

read
310.8K
bc

Turun Ranjang

read
578.7K
bc

RAHIM KONTRAK

read
418.2K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
151.4K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.3K
bc

Pengganti

read
301.7K
bc

My Husband My Step Brother

read
54.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook