Si Buruk Rupa dari Selatan

1160 Words
Jendela di kereta kuda yang membawa Mawar terasa sangat dingin. Kendati demikian, hal itu tidak menghentikan Mawar dari menyandarkan kepalanya. Ia menyambut rasa dingin yang menusuk itu. Kedua matanya tertutup ketika sebuah kenangan berkelibat dalam benaknya. *** "Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi. Sekarang kau bisa hidup dalam diam seperti tikus mati di Maraina." Mawar mengangkat wajahnya melihat seorang gadis cantik jelita. Rambutnya berwarna pirang dan manik matanya biru. Ia adalah kakak tiri Mawar dan Calon Ratu Kerajaan Ellyseria. "Kudengar hidup di Maraina bagaikan penjara yang dingin," kakak tirinya yang bernama Anisa Fullmeir berkata dengan pedas. "Kalau begitu itu adalah tempat yang cocok untukmu." Anisa menarik dagu Mawar dengan kasar. "Jangan macam-macam." Dengan tangan bebasnya, Anisa menjambak rambut Mawar yang berwarna hitam. Meski jambakannya kencang, Mawar tidak meringis sedikitpun. Ekspresi Mawar tetap datar, seperti sudah terbiasa. "Hmm?" Anisa menunggu jawaban Mawar. Mata birunya menatap lurus mata Mawar yang bewarna merah. Ketika Mawar tidak menjawab, Anisa menjadi kesal dan menampar adik tirinya itu. Lagi-lagi Mawar tidak mengeluarkan suara apapun meski tubuhnya tersungkur ke lantai. "Kau tidak menjawab pun aku dapat melihat bahwa dirimu sudah rusak. Kematian pria itu pasti masih membuatmu terpukul, huh?" Mendengar Anisa membicarakan pria itu sempat menyulut amarah dalam hati Mawar. Tatapannya berubah menjadi tajam seketika. Manik mata merahnya membuat tatapannya berkali-kali lebih mencekam. Anisa secara tak sadar merinding melihat itu. Tetapi Sang Calon Ratu memiliki harga diri yang tinggi. Dengan cepat ia menutupi ketidaknyamanan yang ia rasakan dengan perkataan pedas berikutnya. "Rasakan. Pria itu mati karena dirimu, adikku tersayang." Bibir Anisa tersenyum sinis meski bulu kuduknya masih berdiri. "Jadi, lebih baik sekarang kau jalani kehidupan yang bisu di penjara dingin itu. Aku yakin sebentar lagi kau dapat menyusul pria itu." "Apalagi Duke Maraina terkenal sebagai Monster dari Utara. Kau tinggal minta dia membunuhmu saja! Tidakkah itu solusi terbaik untuk membayar dosa-dosamu?" Mawar tidak membalas perkataan Anisa karena gadis itu ada benarnya. Pria itu mati karena Mawar. Itu adalah fakta. Mawar menggigit bibirnya dengan keras. Tak terasa kedua tangannya juga mengepal. Sementara tawa Anisa yang terkesan dipaksa berkumandang. *** Mawar membuka matanya kembali. Ia menghembuskan napas yang tidak ia sadari ia tahan. Seketika jendela kereta berembun. Suhu dingin yang semakin meningkat menandakan mereka sudah dekat dengan Maraina. Setelah lima hari perjalanan akhirnya mereka sampai juga. Maraina adalah provinsi utara dan daerah terbesar dari Kekaisaran Montserra. Lokasinya yang berada di utara membuat suhu di provinsi itu dua kali lebih dingin dari daerah Kekaisaran Montserra lainnya. Namun bagi Mawar yang berasal dari Kerajaan Ellyseria, suhu di Maraina tiga kali lipat lebih dingin. Mawar adalah adik tiri dari calon Ratu Kerajaan Ellyseria, Anisa Fullmeir. Ibu Mawar adalah putri satu-satunya dari mendiang Marquis Fullmeir, kakek Mawar. Namun untuk menutupi kehamilan ibu Mawar di luar pernikahan, ibu Mawar menikahi Baron Rendre. Tak disangka, di hari ibu meninggal Baron Rendre membawa putri dari pasangan lamanya, Anisa, ke dalam kediaman Marquis Fullmeir. Saat itu Mawar baru berusia tujuh tahun. Di benak kecilnya, ia hanya ingin mendapatkan kasih sayang ayahnya. Meminta kenyamanan karena sepeninggalan ibu. Oleh karena itu ia menerima kakak tirinya dengan lapang d**a. Mawar bahkan sempat berusaha menjalin hubungan baik dengan Anisa. Bodoh, kata Mawar dalam hati. Aku dulu sangatlah bodoh. Suara tawa yang pahit terdengar dalam kereta kuda. Mawar menertawakan diri kecilnya yang bodoh. Kereta kuda Mawar sedang menunggu gerbang provinsi Maraina yang terbuka. Ketika kereta kuda yang membawa lambang Kerajaan Selatan memasuki pasar kota, semua rakyat berbisik satu sama lain. Dari balik jendela, mata Mawar dapat menangkap pergerakan bibir beberapa rakyat. 'Itu adalah pengantin dari Kerajaan Ellyseria.' 'Dia disebut 'Si Buruk Rupa dari Selatan'!' 'Bukankah ini tindakan penghinaan dari Kerajaan Ellyseria? Mereka mengirimkan perempuan yang pernah dituduh tindakan kriminal!' 'Dia adalah perempuan yang menghasut Tuan Pierre Cornohen untuk membunuh ayahnya sendiri! Pria malang. Pria itu digantung pada akhirnya!' 'Dia adalah penjahat wanita.' 'Dia meracuni kakak tirinya sendiri, Nona Anisa Fullmeir. Tapi Nona Anisa seperti malaikat, ia mengampuninya begitu saja. ' Mawar menghembuskan napas. Keinginan untuk kabur mulai timbul lagi. Ia dapat memikirkan dua belas cara untuk kabur selama perjalanannya. Lima melibatkan dirinya loncat dari kereta kuda, sepuluh melibatkan pengejaran dari para kesatria, tiga melibatkan dirinya pura-pura meninggal. Tapi ia tidak melakukan itu semua. Bila pengantin yang dijanjikan oleh Kerajaan Ellyseria kepada Monster dari Utara tidak sampai, akan ada konsekuensi. Keluarga royal Kerajaan Elysseria, terutama Anisa yang mengusulkan pernikahan ini, akan terkena masalah.  Mawar sangat tergoda untuk membuat keluarga royal busuk itu menderita. Tetapi imbasnya akan dirasakan oleh rakyat Kerajaan Ellyseria. Putusnya hubungan dagang antarnegara sudah pasti akan terjadi. Perang menjadi kemungkinan terburuk. Intinya, rakyat akan menderita. 'Tolong, lindungi rakyat Kerajaan Ellyseria.' Mawar teringat perkataan seseorang di masa lampau. Di sisi lain kedatangannya di Maraina, kota terbesar dari Kekaisaran Montserra, dianggap sebagai penghinaan. Karena Mawar adalah mantan tersangka pencobaan pembunuhan terhadap Anisa. Mawar dirumorkan sebagai wanita jahat yang buruk rupa sedangkan Anisa adalah bidadari yang suci. 'Si Buruk Rupa dari Selatan' adalah julukan untuk Mawar setelah masa pengadilan berakhir. Tch. Oleh karena itu, kehadiran Mawar sebagai calon pengantin Duke dari Kekaisaran Montserra adalah sebuah gestur ejekan dari Kerajaan Elysseria. Duke Maraina juga tidak bisa seenaknya menolak karena Mawar tetaplah anak dari seorang Marquis. Dan, karena entah kenapa, Kaisar Montserra memutuskan untuk menyetujui pernikahan ini. Akhirnya Mawar hanya menutup mata kembali. Baiklah, ia akan menepati janji itu untuk terakhir kalinya. Ia akan menjalani pernikahan ini. Ia akan mengikuti permainan Anisa kali ini.  Diri Mawar sudah dibuang hanya untuk mengejek Kekaisaran Montserra. Dirinya dijual kepada seorang Duke yang terkenal buas dan haus darah karena perangainya dalam membantu Kekaisaran Montserra menaklukkan beragam kerajaan kecil. Dengan pedang hitamnya, ia adalah kunci perluasan daerah kekuasaan Kekaisaran Montserra sebanyak 13% dalam kurun waktu sepuluh tahun. Benar-benar pencapaian yang luar biasa. Duke Victor Maraina dijuluki sebagai Dewa Strategi Perang. Kendati demikian, sifatnya yang dingin dan sejarahnya yang banyak menumpahkan darah membuat rakyat menjulukinya sebagai 'Monster dari Utara.' Pfft. Mawar tertawa pahit kembali.  'Si Buruk Rupa dari Selatan dan Monster dari Utara.' Lucu sekali. Kapan Anisa memikirkan hal ini? *** Mawar menatap lurus pria itu. Pria berambut pirang dan bermanik mata hijau yang tajam. Satu-satunya pria yang duduk di ruang kantor itu. Setelah lima hari perjalanan tanpa berhenti, Mawar langsung dipanggil ke kantor Victor. Tidak ada penawaran untuk duduk. Bahkan tidak ada penawaran teh. Sudah jelas, dirinya tidak begitu diterima di Maraina. Victor Maraina. Seorang Duke yang menguasai daerah terbesar di Kekaisaran Montserra. Seorang yang berjasa memperluas daerah kekuasaan Kekaisaran Montserra karena keahliannya dalam berperang. Rumor mengatakan, setiap negara langsung mengibarkan bendera putih bila mendengar nama Victor di medan perang. Meski ia telah berjasa besar bagi kekaisaran miliknya, tangannya sudah menumpahkan terlalu banyak darah. Sehingga dunia tidak punya pujian untuknya, hanya cacian maki. 'Monster dari Utara.' 'Iblis dari Utara.' 'Pembunuh Berdarah Dingin.' 'Jangan tatap matanya bila kau tidak ingin mati.' Kini Mawar menatap lurus mata yang dikatakan dapat membunuh itu. Dingin dan mengintimidasi, memang. Tapi itu tidak membuat Mawar menciut. Ia pernah menghadapi lebih buruk. Di belakang kursi Victor, berdiri dua pria yang juga menatap Mawar dingin. Meski mereka tidak bisa memberikan rasa intimidasi yang sama seperti Victor. Satu pria terlihat jauh lebih tua daripada Victor sementara yang lain terlihat tidak jauh umurnya dari Victor. Dan Mawar tahu umur Victor berada di akhir dua puluh-an tahun. "Mawar Fullmeir," kata Victor akhirnya. Suaranya sangat berat. Matanya tak pernah lepas dari manik mata Mawar yang berwarna merah. "Kau bernyali juga, ya? Datang ke Maraina."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD