BB.02 WHO IS HE

1405 Words
[Happy Reading] "Siapa dia? " Jean merasa pria yang menyelamatkannya dari Mr, Lee seperti familiar di matanya. Jean menggelengkan kepala berusaha berfikir keras mengingat pria itu. Sentuhan di bahunya membuyarkan lamunannya. Jean reflek menghindari sentuhan itu, takut pria seperti Mr, Lee berusaha menggodanya. "Apa yang sedang kau lakukan disini, Jean?" Wanita paruh baya dengan pakaian serba ketat yang sudah menyadarkan Jean dari lamunannya. "Ma'am." Wanita paruh baya dengan dandanan menor dan pakaian ketat melekat pada tubuhnya. Sampai-sampai payudaranya hampir keluar sepenuhnya kalau saja tidak di tutupi kain bra nya. Wanita yang di panggil ma'am oleh Jean bisa di sebut sebagai gigolo di tempat club ia bekerja. Ia juga pemilik tempat prostitusi berkedok club malam. Tentu saja hanya orang dalam dan orang-orang tertentu yang tahu catatan hitam di club malam tempat Jean bekerja. "Tidak biasanya kau disini." Tanya ma'am bingung melihat Jean di lorong ruang VIP. "Ah itu." Jean sulit menjelaskan karena belum sepenuhnya sadar dari lamunannya memikirkan pria tadi. Ma'am memicingkan matanya. "Atau jangan-jangan kau menemui tamu VIP tanpa melalui ma'am? " Tuduhnya. Dengan cepat Jean menyangkalnya. "Tidak, tidak." Sudah sering ma'am menawari Jean bekerja sampingan plus-plus di tempatnya. Dan tentu saja Jean menolak mentah-mentah. Menurut Jean, meskipun sangat membutuhkan uang, jangan sampai ia menjual mahkota yang ia jaga untuk suaminya kelak. "Lalu untuk apa kau datang kesini?" Tanyanya lagi. "Aku hanya menggantikan Cheryl yang sedang tidak ingin ke ruangan ini." Ucapku memberi tahu yang sebenarnya. "Lebih juga tidak apa-apa. Kau mau ku kenalkan salah satu tamu VIP kita?" Tawarnya. "Tidak ma'am, terimakasih." Tolak ku mentah-mentah. Gajinya sebagai barista disini sudah cukup untuk Jean tanpa perlu menjual tubuhnya. "C'mon, Jean. Kau bisa membeli apapun dengan uang itu. Kemarin, wakil Perdana Menteri melihatmu. Dan kau tahu berapa yang ia tawarkan? Lima ratus juta untuk sekali kencan. Oh.. Good kau tahu, itu tawaran termahal yang pernah ma'am Terima untuk sekali kencannya." Bujuk ma'am lagi kepada Jean. 'Mau lima ratus juta, satu miliar, tiga miliar aku tidak peduli. Mau menteri, atau presiden sekali pun aku tidak akan menjual tubuhku. Lebih baik kau jual dirimu sendiri saja dari pada menawari orang.' gerutunya dalam hati. Tentu saja, Jean masih membutuhkan pekerjaan jika ia mengutarakannya sudah Jean pastikan ia akan di pecat dengan tidak hormat. "Ma'am, sepertinya Cheryl kewalahan melayani pelanggan. Aku pamit dulu." Jean dengan langkah cepat meninggalkan ma'am dengan wajah kesalnya karena tidak berhasil membujuk Jean, lagi. Jean sedikit berlari menghindari ma'am, takut-takut ia mengejarnya dan menyeretnya masuk kesalah satu ruangan. Saking ingin menghindari ma'am, Jean tidak memperhatikan langkahnya dan menubruk sesorang. "M-maaf." Jean menunduk meminta maaf karena telah menubruk salah satu pengunjung. "Kau baru saja di kejar rentenir?" Tanya orang yang telah ditubruk Jean. Jean mengenal suara familiar ini. "Chan.. Kau mengagetiku." Jean mengatur nafasnya karena terkejut. "Kau di kejar siapa? Hantu?" Tanyanya polos. "Lebih seram dari hantu." Jawab Jean. Pria yang di panggil Chan Oleh Jean, bernama asli park Chanyeol. Pria asli berkebangsaan Korea selatan yang sudah lama tinggal di New York. Jean dan Chanyeol bersahabat sejak sekolah menengah pertama. Bahkan sekolah menengah ke atas pun mereka satu sekolah. Jean memanggil Chanyeol dengan Chan, dan Chanyeol memanggil Jean dengan Je. Mereka selalu bersama-sama, bahkan mereka di juluki couple goals oleh satu sekolah. Sayang sekali mereka tidak ke perguruan tinggi bersama karena Jean tidak memiliki cukup biaya. Chanyeol berkuliah di New York university mengambil jurusan bisnis. Kalau saja Jean memiliki cukup uang untuk berkuliah, ingin sekali Jean berkuliah mengambil jurusan psikolog. Alasannya simple, ingin mewaraskan pikiran sebagian warga New York, yang menurut Jean sudah semakin hilang kewarasannya. "Bukankah itu ruang VIP? " Tanya Chanyeol melihat Jean dari arah yang ia kenal. Jean tidak menjawab pertanyaan Chanyeol. Bukan apa-apa, hanya saja Jean tidak ingin Chanyeol berpikir yang tidak - tidak tentangnya. Chanyeol juga mengetahui reputasi club malam ini dengan tamu VIP. Jean mengalihkan pembicaraan. "Ah!! Kau sedang apa disini? Wow pelajar macam apa yang berkeliaran di pagi buta. Haha!!" Jean tertawa di paksakan. Chanyeol memicingkan mata. "Kau sedang tidak mengalihkan pembicaraan bukan? " Chanyeol momojokan nya. Jean semakin gelagapan bingung menjawab apa pada Chanyeol. Tidak mungkinkan Jean bilang habis dari ruang VIP dan paha mulusnya di jamah oleh p****************g? Tidak bukan?. Pikir Jean. Jean tidak habis akal. Untungnya Bar table cukup ramai dan itu bisa Jean jadikan sebagai alasan. "Ah!!! Ya ampun, kemana Cheryl? Astaga pengunjung banyak malah keluyuran entah kemana." Ucap Jean berpura-pura panik melihat banyak pengunjung berkumpul di Bar table. "Chan, aku harus kembali." Jean dengan segera meninggalkan Chanyeol. Bukan menjadi alasan juga agar Jean bisa kabur dari pertanyaan Chanyeol. Karena memang tamu semakin banyak. Jean sibuk menuangkan minuman kepada pengunjung. Chanyeol hanya duduk tidak jauh dari Jean. Setalah lumayan sepi di sekitaran Bar table, Chanyeol duduk berhadapan dengan Jean yang sedang merapikan gelas. "Je.." Chanyeol memanggil Jean untuk melanjutkan pertanyaanya. Namun sebelum pertanyaannya terlontar, Cheryl lebih dahulu yang menjawabnya. "Jean, bagaimana? Kau dapat tips besar dari tamu VIP? " Tanyanya tanpa mengetahui keberadaan Chanyeol. Cheryl mengetahui Jean dan Chanyeol bersahabat. Cheryl pun sering menggoda mereka dengan sebutan pengantin baru karena Chanyeol yang sering mengunjungi Club. Jean memberi kode pada Cheryl melalui lirikan matanya dan mengagumkan bibirnya agar Cheryl berhenti bicara karena ada Chanyeol. Habis sudah Jean di ceramahi Chanyeol. Pikir Jean. "Jadi benar kau habis dari ruangan itu?" Chanyeol menginterupsi pendengaran Cheryl. Cheryl pun menoleh pada sumber suara. "Upps!" "Itu.." Sulit sekali untuk Jean mengucapkan yang sebenarnya. "Sudah, sudah. Aku tidak mau mencampuri urusan rumah tangga kalian." Cheryl menengahi. "Cher, just friend." Jean mengoreksi. "Ya, ya i don't care. Chanyeol or Chan, what ever siapapun namamu. Jean memang habis dari ruangan VIP karena aku yang menyuruhnya. Dia tidak berselingkuh darimu, jadi jangan khawatir ok. Aku hanya meminta tolong mengantarkan minuman, karena aku sedang malas." Cheryl memberitahu. "Benar begitu? " Tanya Chanyeol pada Jean. Jean mengangguk.  "Kenapa kau tidak bilang dari tadi, je." Kesal Chanyeol. Jean hanya mengangkat bahu sebagai jawaban.  Di saat Cheryl dan Chanyeol sedang berdebat karena telah menyuruh Jean mengantar minuman ke ruang VIP. Mata Jean terpaku pada satu objek yang membuatnya menarik untuk terus menatapnya. Jean melihat pria yang telah menyelamatkannya dari Mr, Lee melewati Bar table tempat Jean berdiri. Meskipun dalam kondisi ruangan yang redup dan cukup ramai, Jean dapat melihat dengan jelas pria itu. Tatapan tajam darinya saat mata mereka saling bertemu. Jean pun melebarkan matanya saat ia mengingat siapa pria itu. Pria yang sudah beberapa hari ini datang setiap hari ke club hanya berdiam diri duduk di salah satu sofa yang tersedia tidak begitu jauh dari Bar table Jean, sembari menatap Jean dari tempat duduknya. Jean mengenali tatapan itu, tatapan tajam mengintimidasi. Jean pun segera menghampiri pria itu tanpa di ketahui Cheryl dengan Chanyeol yang masih berdebat tidak jelas. Di parkiran, Jean mencari sosok pria yang belum lama keluar namun sudah tidak terlihat batang hidungnya. "Cepat sekali dia menghilang." Jean bertumpu pada kedua dengkulnya karena berlari mengikuti pria misterius itu. "Mencariku?" Ucap pria itu tiba-tiba dari belakang Jean. Jean menoleh kebelakang dengan cepat ke sumber suara. Ia pun terkejut dengan kehadiran tiba-tiba pria itu. Belum lagi, Jean di kejutkan dengan betapa dekatnya mereka. Sampai Jean memundurkan kepala dan tubuhnya karena terlau dekat dengan pria itu. Namun keseimbangan tubuh Jean tidak seimbang hingga Jean terhuyung kebelakang. Kalau saja pria itu tidak menolongnya, susah di pastikan b****g Jean akan mencium lantai dengan indahnya. Sejenak Jean terpaku dengan wajah tampan pria itu. Harum nafasnya begitu terasa karena jarak mereka begitu dekat. Bau parfume maskulin menyeruak masuk kedalam penciuman Jean. Pria itu menegakkan tubuhnya da tubuh Jean. "Untuk apa kau mencariku? " Tanyanya lagi. Suara bariton ini, suara yang bisa membuat bulu kuduk Jean meremang hanya dengan suaranya. "Nona?" Pria itu menyadarkan Jean dari lamunannya. "I-itu.." Jean gugup tidak melanjutkan ucapannya. Pria itu menunggu Jean mengucapkan ucapannya. "A-ku berterimakasih soal tadi. Dan a-aku." Jean mengucapkannya dengan tergagap. "Aku tidak punya waktu." Pria itu meninggalkan Jean yang termangu tidak bisa meneruskan ucapannya. "Aku ingin mentraktirmu sebagai ucapan terimakasih." Teriak Jean pada pria itu karena jarak mereka tidak sedekat tadi. Pria itu hanya terdiam tidak menjawab Jean. Jean memukul pelan bibirnya karena telah berani berucap seperti itu. Bagaimana bisa Jean mentraktirnya makan kalau pakaian dan jam tangan yang pria itu pakai lebih mahal dari gaji Jean. Namun pria itu berbalik menghadap Jean. "Mentraktir?" Pria itu mengulangi ucapan Jean. "Y-ya." Jean kembali tergagap. "Mentraktir apa?" Tanya pria itu kembali. "M-makanan mungkin." Jean merutuki bibirnya yang tidak bisa berbicara dengan benar. "Tidak buruk, tapi aku ingin memakan yang lain." Ucap pria itu dengan smirk smilenya. __________________________________
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD