bc

BRANDED FOR REVENGE

book_age16+
55
FOLLOW
1K
READ
revenge
second chance
badgirl
brave
tragedy
bxg
city
small town
classmates
seductive
like
intro-logo
Blurb

Anastasia Moreno, yang karena kebosanannya menunjuk Aiden Peter Harrison untuk menjadi pacarnya di detik pertama mereka bertemu. Dan karena hal itu Aiden menjadi sasaran kemarahan sang mantan pacar Anastasia. Kejadian tersebut berbuntut panjang, hingga menyebabkan pacar Aiden itu harus dikeluarkan dari sekolah dan putusnya hubungan mereka.

Aiden merasa sakit hati karena dicampakkan begitu saja oleh Anastasia dan menyimpan dendam dalam hati pada gadis itu. Mereka dipertemukan lagi enam tahun kemudian, di mana Aiden sudah berubah menjadi pria tampan yang diidamkan semua wanita.

Apakah Aiden akan membalaskan sakit hatinya kepada Anastasia yang sekarang menjadi pegawai di perusahaannya atau dia lebih memilih untuk bersikap pura-pura tidak mengenal gadis itu?!

chap-preview
Free preview
BROKEN HOME
Anastasia hanya bisa terdiam mendengar cacian David Moreno—ayah kandungnya. David menganggap anak pembangkang yang itu sebagai sebagai pembawa sial. Karena Anastasia sudah menyebabkan kematian istrinya pada saat berjuang untuk melahirkan anak keduanya itu. Sejak itulah pria itu tidak mau menganggap kalau Anastasia itu anaknya. Dia mempertahankan Anastasia tetap bersamanya semata-mata karena pesan istrinya untuk tidak menelantarkan Anastasia. “Seharusnya kau itu memang tidak pernah dilahirkan Anna!” maki David. "Karena kaulah ibumu meninggal! Kau harus ingat itu!" Anastasia hanya sanggup menundukkan kepalanya, sudah ribuan kali ayahnya mengatakan hal itu kepadanya. Awalnya memang menyakitkan, tapi lama kelamaan hati Anastasia sudah bebal mendengarnya. Karena itu demi kesehatan jiwanya sendiri dia juga harus selalu menekankan pada dirinya bahwa dia tidak pernah meminta dirinya untuk dilahirkan ke dunia ini. Jadi apa yang terjadi bukanlah kesalahannya. Anastasia harus menanamkan pikiran itu setiap kali mendengar cacian David, ayahnya. Walau terkadang julukan sebagai pembawa sial yang diberikan ayahnya itu sempat juga membuat dirinya tertekan. David Moreno acap kali mengatakan bahwa dia tidak pernah merasa bahagia dengan kehadiran Anastasia, terlebih setelah besar anak keduanya itu seringkali membuat masalah di sekolahnya. Seandainya pria itu tahu bahwa pemberontakannya itu hanya sekadar ingin menunjukkan bahwa dirinya ada dan membutuhkannya. Sebagai anak kandung David Moreno, Anastasia merasa tidak pernah diperlakukan adil oleh ayahnya itu. Sejak dia bisa mengenal ayahnya itu, dia selalu diperlakukan kasar dan keras. Bahkan Anastasia sempat berpikir kenapa ayahnya tidak mengubur dirinya saja bersama ibunya waktu itu. “Kenapa sih kau itu senang sekali membuat masalah Anna? Beruntung sekolah itu tidak mengeluarkanmu! Kalau sampai itu terjadi Ayah tidak tahu lagi hidupmu untuk apa?" Pria itu menarik napasnya panjang seolah menahan emosinya yang memuncah. "Apa kau pernah berpikir untuk apa kau hidup Anna?” lontar David sangat pedas. "Apa tidak cukup kau menjadi pembunuh ibumu saja huh? Kau berniat membunuhku juga dengan segala masalah yang kau buat terus menerus ini?!" Bukan Anastasia kalau dia menangis hanya karena kalimat yang dilontarkan ayahnya itu. Perasaannya benar-benar sudah mati rasa dengan kalimat tajam dan menusuk yang keluar dari mulut ayah kandungnya sendiri itu. Bahkan air matanya pun sudah tidak mengalir lagi dari sudut matanya. Dia hanya menghela napas pelan mendengar makian ayahnya. Cacian dan bahkan pukulan akan diterima Anastasia setiap kali dia tidak berhasil mewujudkan keinginan ayahnya—yaitu untuk selalu jadi yang pertama dalam hal apa pun, terlebih dalam hal akademik. Akan tetapi sekeras apa pun usaha yang dilakukannya tidak akan pernah membuat ayahnya itu puas dan menghargainya, apalagi memujinya. Prestasinya akan selalu kurang di mata sang ayah. Pria itu selalu membandingkan dirinya dengan kakaknya yang memiliki prestasi akademik tinggi dan sangat memuaskan. Kakaknya itu tidak pernah sekalipun mengecewakan ayahnya. “Lihat kakakmu… dia bisa mendapatkan bea siswa untuk kuliah di universitas terkenal di San Fransisco dan selalu menjadi yang terbaik di sana. Kau tidak ada apa-apanya dibanding kakakmu itu Anna! Nilaimu itu jauh di bawah kakakmu! Dan ditambah lagi kelakuan kamu yang minus ini!” David menggeram kecewa, "benar-benar sangat memalukan, Anna!" Anastasia menelan ludahnya sambil menghela napas. Dia tidak perlu membalas kata-kata ayahnya karena memang tidak ada gunanya. Setinggi apa pun prestasinya di sekolah tidak akan membuat ayahnya bangga padanya. Dia hanya perlu menelan semua kata-kata ayahnya dalam hati dan tidak menggubrisnya. Anastasia membiarkan wajahnya dipukul ayahnya karena tidak memberi respon apa pun. Semakin diam Anastasia, David malah semakin emosi, dia memukul bahu Anastasia dan mendorongnya hingga anak gadisnya itu terjungkal. Namun, pria itu seolah tidak peduli dengan kesakitan yang akan dirasakan anaknya itu. Dia tetap memukul sampai dirasa hukumannya untuk Anastasia itu cukup. Setelah ayahnya puas melampiaskan amarahnya, Anastasia pergi ke kamarnya. Gadis itu tidak menangis sama sekali, walau lengannya terasa sakit akibat pukulan ayahnya tadi. Anastasia memang tidak pernah membalas perlakuan David yang memukulinya. Dia tidak akan melawannya jika memang dia yang bersalah. Anastasia kedapatan merokok di lingkungan sekolah dan pihak sekolah memanggil David selalu orang tuanya. Jadi ayahnya itu patut memarahinya karena apa yang dilakukannya memang membuat David sangat kecewa. *** Pagi harinya, Anastasia melihat ke dalam cermin akibat perbuatan ayahnya tadi malam. Lengannya memar berwarna biru gelap. Untung wajahnya tidak menampakkan bekas apa pun. Dia meraih sweater-nya dan menggunakannya untuk menutupi bagian memar di tangannya. Kemudian Anastasia mengendap-endap menuju ke tangga dan menuruninya tanpa suara. Dia tidak ingin ayah dan ibu tirinya terbangun. Untuk kali ini saja dia pergi tanpa harus berpamitan kepada mereka. Anastasia melihat ponselnya untuk membaca pesan yang masuk. Temannya memberitahu bahwa dia sudah ada di depan rumah dan menunggunya keluar. Lekas saja gadis itu menuju pintu keluar dan membukanya pelan-pelan dengan kode akses. Kemudian Anastasia memanjat gerbang rumahnya yang masih terkunci. Di luar gerbang itulah teman prianya sudah menunggu di dalam mobil. “Hello cantik…,” sapa Justin, yang sebenarnya adalah mantan pacar Anastasia. “Ck, lagian kamu ngapain sih jemput-jemput segala? Tumben banget tiba-tiba pengin jemput. Dulu masih pacaran enggak ada tuh kayak begini, ” ujar Anastasia sambil mengaitkan sabuk pengamannya. “Ini salah satu usaha aku untuk ngajak balikan sama kamu, Anna,” melas Justin. Anastasia menoleh ke arah Justin dan membesarkan matanya. “Gila ya! Never ever ya Justin! Kita itu enggak akan pernah balikan lagi! Aku enggak akan mau diselingkuhin kamu lagi.” “Aku enggak akan selingkuh lagi. Sumpah Anna!” “Ngomong saja sama tembok sana!” Anastasia mendengkus kesal, “aku enggak akan percaya lagi sama tukang bohong, oke?” Justin berdecak kesal dan melarikan mobilnya menuju ke sekolah dengan wajah cemberut. Ini sudah ke sekian kalinya dia memohon untuk kembali pada Anastasia setelah gadis itu memutus hubungan mereka beberapa bulan silam. Saat itu Anastasia memergoki Justin dan seorang gadis sedang bermesraan di sebuah café dengan penerangan yang temaram. Lalu tanpa banyak basa-basi, Anastasia mendatangi mereka dan melabrak keduanya sekaligus memutus hubungan mereka saat itu juga. Anastasia masih sangat geram jika mengingat akan hal itu. Mobil Justin memasuki halaman parkir sekolah. Kemudian Anastasia turun dari mobil tanpa mengucapkan terima kasih ataupun kalimat lain sejenisnya. Dia juga menutup pintu mobil dengan keras dan berjalan masuk ke dalam gedung sekolah dengan langkah yang cepat. Justin melihatnya sambil menggelengkan kepalanya. Sahabat Anastasia yang melihat kejadian itu menghampirinya. Dia cukup heran melihat Anastasia turun dari mobil mantan pacarnya itu. “Kamu berangkat bareng Justin, Anna?” tanya sahabatnya, Alleen. "Seriously?" “Ya dia maksa, aku sudah bilang enggak mau, tiba-tiba dia ada di depan rumah. Yah mau gimana lagi. Tapi lumayan lah kan jadi hemat ongkos taksi…,” jawab Anastasia seadanya. “Kasihan banget cowok itu, sepertinya dia punya harapan besar untuk balikan lagi sama kamu, Anna.” Alleen melihat ke arah Justin yang baru saja menutup pintu mobilnya. “Mimpi berarti dia itu,” cetus Anastasia. "Karena udah jelas kalau aku enggak mungkin balikan lagi sama dia! Cowok itu sudah enggak ada nilainya lagi di mataku, Leen," lontar Anastasia. “Tapi kalau dipikir-pikir nih ya. Justin itu memang cowok berwajah ganteng banget ya… sayang aja sifatnya itu muti tuti (muka tipu tukang tipu) banget. Bisa-bisanya cewek cantik kayak kamu diselingkuhin… gila kali tu orang ya!” Alleen jadi emosi. “Hey! Kenapa kamu yang sewot sih?” “Oh iya-ya, sorry... terlalu menjiwai ada di posisi kamu, Anna..” Alleen terkekeh sambil menarik Anastasia agar lebih cepat melangkah menuju ke kelasnya. Anastasia dan Alleen saling bertatapan ketika masuk ke dalam kelas dan mendapati kerumunan kecil yang menyebabkan beberapa pasang mata merasa penasaran dan ikut melihatnya. Mereka berdua buru-buru menghampiri kerumunan tersebut dan menemukan penyebabnya. Yang menjadi pusat kerumunan ternyata adalah si murid baru yang akan menjadi penghuni tambahan di kelas mereka. Murid baru itu berjenis kelamin laki-laki, berwajah bulat dengan kacamata minus yang lumayan tebal. Tubuhnya kelihatannya tinggi, tapi agak gemuk, rambutnya hitam dan sangat klimis. Pakaian sekolahnya terlihat begitu licin dan rapi. Dia juga wangi, Anastasia bisa mencium aroma parfumnya dari jaraknya berdiri sekarang, kira-kira dua meter. Cowok itu memeluk tasnya dengan erat sambil menjawab beberapa pertanyaan dari teman-teman sekelas yang sengaja ingin menganggunya. Murid baru yang terlihat polos itu tidak bisa berbuat yang lain kecuali meladeni para pengganggunya yang tidak tahu diri. Anastasia menghampiri murid baru itu dan duduk di atas meja. Kerumunan seketika melonggar dan memberi keleluasaan pada Anastasia untuk menguasai si murid baru itu. Gadis tercantik di sekolah itu melemparkan senyum mautnya pada si murid baru. Di dalam otak Anastasia terbersit sebuat ide cemerlang yang mungkin tidak terpikirkan oleh siapa pun. Gadis itu membutuhkan pelampiasan untuk membuat hidupnya tidak membosankan dan berakhir buruk. Alleen yang berdiri di sebelah Anastasia memandang sahabatnya itu dengan tatapan curiga, seolah dia bisa membaca pikiran Anastasia. “Siapa nama kamu?” tanya Anastasia sambil menyentuh kerah baju cowok di depannya. Murid baru itu malah semakin menunduk ketakutan. “S-saya Ai-den…,” jawabnya terbata. “Kalau ada yang ajak ngomong lihat wajahnya dong,” tukas Anastasia sembari mendongakkan kepala Aiden ke arahnya. Aiden dengan perlahan membuka matanya dan memberanikan diri menatap Anastaaia. Sepertinya dia terkejut melihat gadis secantik Anastasia ada di depan matanya. “I-iya," jawabnya terbata sekaligus terbeliak. “Kamu kenapa? Enggak pernah lihat cewek cantik sebelumnya, hm?” “I-iya… eh maksud s-s—” “Duuh… udah deh enggak usah dijawab... kelamaan. Kamu jadi pacar aku aja deh ya! Kita kenalan dulu, namaku Anastasia, tapi panggil aja Anna.” “Huh?” Aiden melongo terpaku. Tentu bukan hanya Aiden yang melongo, yang sedang memperhatikan mereka juga melongo tidak habis pikir. Dari Justin—pemain basket yang popular di sekolah, sekarang pacaran dengan Aiden? Murid baru yang culun, gemuk dan tidak ada keren-kerennya? Alleen menghampiri Anastasia dan memeriksa dahi anak itu. Tidak panas, batinnya. Itu artinya Anastasia tidak sedang sakit. “Anna! Kamu sudah gila ya?” “Heh! Malah melongo. Jawab sekarang juga.” Anastasia melihat jam tangannya, “ sepuluh detik dari sekarang, cepetan!” “Gila ni orang…,” gumam Alleen yang melihatnya. “Eh… a-aku harus j-jawab a-apa?” “Bilang aja iya! Beres kan? Daripada kamu nyesel nanti,” setir Anastasia. “Ya sudah, i-iya kalau begitu…,” jawab Aiden pada akhirnya. “WAAAA… Anna pacaran sama murid baruuuu… si cul—” Salah satu teman sekelas Anastasia langsung terdiam ketika mendapatkan tatapan setajam silet ke arahnya. Tidak ada yang berani melawan keinginan Anastasia. Jadi mereka pura-pura mendukung hubungan gadis itu dan si murid baru, Aiden. Alleen mendekati telinga sahabatnya itu dan berbisik, “Kamu sarapan apa tadi pagi? Atau kemasukan setan? Pagi-pagi langsung ngajak orang enggak dikenal untuk pacaran?!” Anastasia turun dari meja dan menuju ke mejanya bersamaan dengan bel masuk yang berbumyi. “Biar enggak ngebosenin aja di sekolah, kan aku belum pernah pacaran sama cowok model begitu,” desisnya. “Cewek gila dasar!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook