FIRST KISS

1717 Words
Guru di depan kelas memperkenalkan Aiden Peter Harrison sebagai murid baru di kelas Anastasia. Namun, sebagian murid yang lain menyambut Aiden sebagai pacar baru jagoan kelas mereka, yaitu Anastasia Moreno. Aiden memperkenalkan dirinya secara singkat di depan teman-teman barunya. Suara riuh menyambut perkenalan Aiden. Anak cowok yang terlihat lugu itu disoraki sebagai pacar Anastasia yang baru, setelah Justin. Aiden menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang merah karena malu. Dengan gugup, dia bolak balik menyentuh kacamatanya dengan dalih memperbaiki posisinya. Aiden sendiri tidak menyangka kalau dia akan menjadi pacar seorang gadis paling cantik di sekolah pada hari pertamanya pindah sekolah. Bahkan memikirkan untuk punya pacar saja tidak pernah terlintas di kepalanya. Semua itu karena tidak ada gadis yang mau dekat-dekat dengannya apalagi menjadi pacarnya. Oleh sebab itu Aiden tidak ingin menyiakan kesempatan untuk memiliki pacar ketika Anastasia secara mendadak meminta dirinya untuk menjadi pacar gadis itu. Hatinya semakin berbunga-bunga ketika pada jam istirahat, pacar barunya itu datang menghampiri untuk meminta nomor ponselnya. “Handphone kamu mana?” tanya Anastasia sambil menengadahkan tangannya. Aiden segera merogoh tasnya dan memberikan ponselnya kepada Anastasia sambil menelan ludahnya. Sepertinya memang tidak salah teman-teman yang lain menjuluki gadis itu sebagai jagoan di kelasnya, gayanya saja sudah seperti preman yang mengancam. Namun, hal itu tidak membuat Aiden mengurungkan niatnya untuk menjadi pacar gadis cantik itu. “I-ini handphone saya, Anastasia. ” Kemudian Anastasia menerima ponsel Aiden dan menuliskan nomor ponselnya di layar telepon genggam milik Aiden sekaligus membuat panggilan pada ponsel miliknya. Dia memberikan lagi ponsel tersebut kepada pemiliknya, “Itu nomor handphone aku ya. Dan ingat jangan pernah berikan nomor kamu sama cewek lain! Awas!” katanya dengan nada mengancam. Sahabatnya, Alleen hanya sanggup geleng-geleng kepala melihat tingkah Anastasia itu. Aiden mengangguk dengan terpaksa. “Simpan dengan nama Anna Sayang atau apa aja semacamnya, terserah kamu!” tukas Anastasia seraya menyeringai. Aiden melongo sementara Alleen terbatuk-batuk. Setelah itu Anastasia pergi meninggalkan Aiden, diikuti oleh Alleen di belakangnya. “Aku rasa kamu benar-benar sudah salah makan pagi ini deh…,” ujarnya. “Enggak usah sok tahu.” “Tingkah kamu aneh banget, Anna. Masak cowok kayak Aiden kamu jadiin pacar?? Oh c’mon-lah Anna!” Anastasia menoleh ke arah sahabatnya, “Apa sih masalahnya? Yang penting dia itu cowok. Daripada pacaran sama cowok model Justin begitu! Ganteng sih iya tapi tukang selingkuh….” “Ooh jadi kamu mau balas dendam sama Justin dengan pacaran sama cowok random, dan berharap dia enggak akan selingkuh dari kamu, karena dia enggak seganteng Justin?” “Ya kamu bisa lihat sendiri kan, Leen? Sekarang mana ada cewek yang mau sama cowok model Aiden itu, ya kan?” “Issh, jahat kamu, Anna. Kasihan Aiden kalau kamu cuma mainin perasaannya.” “Ck… percayalah Leen, saat ini rasa percaya dirinya pasti meningkat jauh karena dia bisa pacaran sama cewek tercantik di sekolah ini,” balas Anastasia sembari mengibaskan rambutnya yang panjang. “Ya, cewek cantik yang gila lebih tepatnya.” Anastasia mengabaikan sindiran sahabatnya itu. Waktu istirahat siang pun tiba, Anastasia dan Alleen sedang menikmati makan siang mereka di kantin sekolah. Namun, tiba-tiba saja Justin datang dan menarik kursi di depan Anastasia, lalu memindahkan kursinya ke sebelah gadis itu, kursinya diputar menghadap ke arah Anastasia. “Anna, aku mau minta penjelasan dari kamu secara langsung,” katanya sok penting. “Apa lagi sih?” Anastasia dengan malas-malasan merespon cowok ganteng itu. “Apa yang aku dengar pasti enggak benar, karena aku tahu banget kamu enggak mungkin kan pacaran sama si culun—murid baru di kelas kamu itu?” tanya Justin dengan ekspresi kesal. Anastasia berdecak sambil bergumam dalam hati, Cepat sekali gosip menyebar,."Kamu tahu dari mana?" "Rasanya hampir satu sekolah lagi ngebahas tentang kamu dan si culun itu, jelas saja aku tahu," terang Justin. Anastasia menghela napasnya, sementara Alleen menahan napasnya. "Tapi semua itu kan enggak ada urusannya lagi sama kamu, Justin.” “Ck, Iya atau enggak?” desak Justin, " kamu pacaran sama cowok aneh itu, huh?" “Kalau iya kenapa memangnya?” “Sudah gila ya kamu, Anna?! Ngapain kamu pacaran sama cowok begitu?” “Eehm… apa aku bilang juga….” Alleen yang berada di sebelah Anastasia bergumam pelan. “Ya kalau aku gila, terus kenapa kamu masih minta balikan sama aku, huh?” Anastasia balik bertanya. "Lagian kenapa kamu repot ngurusin hidup aku sih? Aku itu mau cari cowok yang setia, bukan cuma tampang aja yang ganteng!" Justin berdiri sambil menghela napasnya panjang. “Maksud kamu apa?!" "Kamu emang cowok paling ganteng di sekolah ini, Justin! Tapi yang bisa dapetin aku, cuma Aiden, cowok yang kamu bilang culun itu...," tegas Anastasia. Justin menelan ludahnya sambil menghela napas berat. Dia cukup emosi karena merasa dibandingkan dengan cowok rendahan macam Aiden."Dasar cewek aneh! Random banget milih cowok!” cacinya. Anastasia bergeming mendengar hinaan Justin, tapi dia sudah terbiasa. Seandainya dia bukan anak sekolah Boston High School, pasti mulutnya sudah berdarah terkena tendangan taekwondonya. Anastasia harus menahan emosinya atau bisa-bisa dia dikeluarkan dari sekolah karena melukai teman satu sekolahnya. Dia hanya menoleh ke arah Justin yang menatapnya penuh kekesalan, lalu Anastasia tersenyum tipis, “Ngaca deh mendingan,” lontarnya. Mata Justin membesar sambil mendengkus kesal, lalu dia memutar balik tubuhnya dan pergi dari hadapan Anastasia. “Ya ampun, tu cowok mulutnya kayak cewek ya. Baru tahu aku,” ujar Alleen. “Tapi Anna… Justin sepertinya marah banget lho. Takut enggak sih kalau Aiden malah jadi bulan-bulanannya nanti?” “Dia pasti enggak akan berani.” “Kamu yakin?” *** Anastasia kembali ke kelas dan mendapati Aiden sedang dikerumuni lagi oleh beberapa murid yang lain. Gadis itu berdeham cukup keras demi mengusir murid-murid yang iseng itu agar menjauh dari pacarnya. Anastasia mendekati Aiden, lalu menatapnya, “Mau apa mereka?” tanyanya, dengan wajah galak. Aiden menunduk sesaat untuk menghindari tatapan tajam Anastaaia. “Hh? Enggak ada, mereka cuma tanya-tanya aku pindahan dari mana, anak siapa dan punya uang berapa. I-itu aja kok.” Decakan keras keluar dari mulut Anastasia. “Lain kali enggak usah dijawab kalau ada orang tanya-tanya begitu!” “Kenapa memangnya?” “Ya mereka enggak perlu tahu, kan? Pengin tahu banget urusan orang aja mereka itu. Lagian kalau kamu kasih tahu juga buat apa?” “I-iya… lain kali aku enggak akan jawab,” tandas Aiden. “Bagus.” Kemudian Anastasia mengeluarkan sebungkus roti untuk Aiden, “ini untuk kamu. Tapi untuk dimakan ya, bukan buat ganjel buku!” Kedua bola Aiden mengerjap senang sambil menyambut roti tersebut dari tangan Anastasia, Kepalanya mengangguk, “Terima kasih Anna,” ucapnya. Lalu dia meletakkannya di meja. “Issh, dibilang untuk dimakan,” kata Anastasia, “aku beliin roti untuk dimakan, bukan untuk diliatin aja.” “Iya, tapi...tapi, aku baru saja makan tadi, Anna, ” kata Aiden hati-hati. “Aku kan bawa bekal.” Mata Anastasia membesar. “Huh, kamu bawa bekal??” Aiden mengangguk, “Iya… roti kamu pasti aku makan nanti.” Dia menunduk lagi, “ini pertama kalinya ada seorang gadis kasih makanan buat aku,” katanya sambil menggenggam roti pemberian Anastasia. “Kamu senang?” “Senang banget,” jawab Aiden sambil tersenyum manis. Sebetulnya Aiden mempunyai senyum yang indah. Giginya tertata rapi dan putih. Bibirnya juga mulus bersih dengan warna alami yang segar. Anastasia mendekati wajah Aiden dan menarik kepala Aiden ke arahnya, kemudian dengan santai dia mengecup bibir Aiden, singkat saja. Laki-laki itu terkejut bukan kepalang. Dia bahkan melonjak kaget sehingga menjatuhkan roti dari tangannya. Wajah Aiden merah padam seperti kepiting rebus dan membuat Anastasia tertawa lepas. Ini yang dia namakan hari-harinya tidak akan membosankan lagi. Gadis itu merasa memiliki mainan baru. Apalagi dia belum pernah bertemu laki-laki yang berubah jadi tomat setelah menerima ciumannya. Anastasia tersenyum geli melihat Aiden yang salah tingkah. Sementara Aiden sendiri langsung merasa kikuk, canggung dan aneh berhadapan dengan Anastasia yang berlaku apontan seperti tadi. Dia menggerakkan tangan dan tubuhnya ke sana ke mari. Kepalanya menunduk, lalu mendongak dan menunduk lagi demi menghindari tatapan Anastasia kepadanya. Andai gadis itu tahu bahwa ini adalah pertama kalinya ada seorang gadis yang mencium bibirnya. Terlebih Anastasia adalah seorang gadis yang cantik. “Iih pertama kali dicium bibirnya ya?” tanya Anastasia sambil terkekeh menggoda. Adien mengangguk pelan sambil menyembunyikan rona merah pada wajahnya. Dia masih tidak percaya Anastaaia tertarik untuk mencium bibirnya. Kejadian itu ternyata tidak luput dari perhatian murid yang lain. Mereka menyoraki tindakan Anastasia dan memintanya untuk mengulang. Namun, mereka langsung terdiam lagi ketika Anastasia melemparkan tatapan mautnya. "Bibir kamu cuma boleh aku yang cium, ya," ujar Anastasia. Aiden mengangguk sambil menelan ludahnya. Mimpi apa dia semalam dalam satu hari mendapatkan dua keberuntungan sekaligus, menjadi pacar Anastasia dan mendapatkan ciumannya. "Mau lagi?" tanya Anastasia menggodanya. Batinnya terkekeh geli melihat reaksi Aiden yang menutup mulutnya spontan. Kemudian Anastasia berdiri sambil menarik lengan jaketnya hampir sampai ke siku. Memar biru pada tangannya tersingkap sedikit, dia baru tersadar ketika mata Aiden melihat ke arah memar itu. Oleh sebab itu Anastasia menurunkan lagi lengan jaketnya sampai ke pergelangan tangannya. Namun, cowok itu sudah terlanjur melihatnya, sehingga dia mendongakkan kepalanya ke arah Anastasia dengan ekspresi cemas."I-itu kenapa, Anna?” “Biasalah… latihan taekwondo. Aku ini pemegang ban hitam lho, jadi kamu jangan berani macam-macam sama aku ya atau kamu akan merasakan akibatnya,” ujar Anastasia garang. “Ooh….” Aiden menggeleng, “iya, aku sudah pasti tidak berani berbuat macam-macam…,” katanya. Alleen datang menghampiri Anastasia setelah mendengar desas desus bahwa sahabatnya itu mencium Aiden di dalam kelas. Dia menarik tangan Anastasia untuk menjauh dari si murid baru itu dan mulai menginterogasinya. Mata Alleen membesar ketika Anastasia membenarkan semuanya. "Iish Anna! Kamu ada masalah apa sih hari ini?! Kelakuan kamu benar-benar aneh. Kamu mabuk ya semalam? Mungkin masih ada pengaruhnya sampai sekarang," tandas Alleen. Anastasia berdecak sembari menepiskan tangan sahabatnya, "Enggak ada yang mabuk. Tapi kalau mabuk karena rasa bibir Aiden yang manis mungkin iya," ujarnya sambil menyeringai geli. Alleen menepuk bahu Anastasia dan membuat sahabatnya itu meringis kesakitan. Mungkin di bahunya juga terdapat memar yang sama dengan yang ada di tangannya. Namun, Anastasia berhasil menyembunyikan sakitnya dengan tertawa, seolah-olah kesakitannya tadi hanyalah dibuat-buat. Semua siswa kembali di kursinya masing-masing saat bel masuk berbunyi. Aiden duduk di barisan depan sementara Anastasia ada di barisan belakang. Anastasia melemparkan ciuman jauhnya ketika melihat Aiden menoleh ke belakang-ke arahnya. Cowok polos itu langsung salah tingkah lagi dan tidak menoleh lagi pada Anastasia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD