Prolog

422 Words
Hallo semuanya, author bawa cerita baru nih... semoga bisa menghibur kalian semua yang lagi suntuk ya... Jangan Lupa berikan tap love, follow dan COMMENT ya.... *** Suara sepatu yang yang beradu dengan lantai membuat semua orang langsung mengalihkan pandangannya keorang itu, termasuk seorang pria yang tengah membenarkan letak kaca mata minus yang membingkai hidung mancungnya. Tatapan semua orang begitu terkagum akan sosok yang kini berdiri bersama pria paruh baya yang merupakan pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Tatapan wanita cantik itu begitu datar dan angkuh, tak ada senyum yang menghiasi wajah cantiknya. Berbeda dengan pria paruh baya yang tengah tersenyum semringah menatap semua pegawai perusahaannya. "Perkenalkan ini putri saya Relline Nadhira Handoko yang akan menggantikan saya menjadi Direktur Utama di perusahaan ini karena saya akan menghandle perusahaan saya yang lainnya, saya harap kalian dapat bekerjasama dengan putri saya dengan sebaik-baiknya..." Pria paruh baya bernama Handoko itu menatap putrinya dengan senyum lembutnya. "Papa pergi dulu, kamu baik-baik disini. Ingat pesan Papa, urus perusahaan ini dengan baik. Papa gak mau kalau sampai kamu-..." Ucapan Handoko terhenti ketika Relline menyela ucapan Papanya setelah memutar bola mata malas. "Iya Pa, aku inget apa yang Papa bilang. Udah ratusan kali Papa bilang itu dan sekarang aku sangat-sangat bosan kalau Papa masih mengulang ucapan itu lagi, tenang aja Papa jangan khawatir. Aku pasti akan jadi pemimpin baik, bijaksana, tegas seperti yang Papa ajarkan."  "Lagian aku bukan anak kecil lagi Pa, putri Papa ini sudah dewasa... Sudah lulus S2 malah." Sambung Relline membuat Handoko terkekeh mendengar ucapan putrinya yang ternyata memang sudah dewasa. "Iya.. Iya sayang, ya udah Papa pamit ya. Kamu baik-baik disini." Handoko mengusap rambut Relline sebelum pergi meninggalkan Relline dan beberapa pegawai yang tengah memperhatikan interaksi Bapak dan anak itu. "Ngapain kalian masih disini?!! Kembali bekerja!!!" Tegas Relline dengan suara lantangnya. Semua pegawai pun kembali ke kubikel masing-masing untuk menyelesaikan semua pekerjaannya, mata Relline memperhatikan satu persatu pegawainya yang dengan cekatan mengutak-atik keyboard dengan jari lincah yang menari-nari. Namun pandangan Relline teralihkan kearah seorang pria yang fokus mengerjakan laporan sesekali membenarkan letak kaca matanya, deg hatinya merasakan sesuatu yang belum lagi ia rasakan setelah sekian lama terfokus akan pekerjaan. Relline menyunggingkan senyum miringnya lalu melangkahkan kakinya memasuki ruang Direktur Utama, tempat kerja barunya saat ini. Namun sebelum itu ia kembali melirik pria itu, sesaat pandangan mereka bertemu ketika pria yang ternyata mengenakan kemeja abu-abu itu menatapnya namun hanya sesaat karena setelahnya pria itu pura-pura kembali sibuk dengan pekerjaannya. Sepertinya salah satu bagian tubuh Relline menginkan sesuatu, terlebih setelah pandangan mereka itu. Menarik. Batin Relline lalu memasuki ruangannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD