#BAB 4

1061 Words
Aku membersihkan rumah seperti biasanya. Setelah selesai, aku lanjutkan dengan mencuci pakaian milik mas Bara. Setelah beres menjemur pakaian basah, aku segera siapkan bekal makan siang, siap mengantarkannya buat Mas Bara. Aku sungguh sangat memperhatikannya. Aku suka melakukannya. Cintaku padanya tiada bandingannya, meski dulu suka karena dia adalah pria yang menolongku, sekarang tidak lagi! Aku tulus mencintainya, bukan karena rasa terima kasih, atau karena alasan apapun. Jika bisa! Aku ingin jadi istrinya, selamanya, tidak akan pernah berpisah darinya, jika itu terjadi, mungkin batinku ini akan mati. Mas Bara .... Aku sungguh sangat jatuh cinta. Sudahlah, berhubung masih pagi, Aku membaringkan badanku di ranjang dan mengenang masa lalu. Masa yang sangat menyakiti hatiku. Kakek .... Aku memejamkan mata beberapa saat hingga bayangan masa lalu akhirnya hadir membayangi istirahatku. Kisah awalku bertemu dan menikah dengan Mas Bara. ==Flashback on== Aku sangat cantik.... Bentuk badanku juga sangat langsing, rambutku hitam nan panjang sepinggang. Kulitku tidak hitam juga tidak putih, tapi sangat mulus. Aku juga sangat manis. Tak hanya itu Aku juga penurut dan penyayang. Aku paling banyak digemari orang karena sangat memesona, ibarat bunga desa yang baru mekar-mekarnya. Setidaknya ... itulah kata kakek dan kata tetangga saat aku masih hidup bersama mereka dulu. Tapi sekarang.... Aku hidup sebatangkara, tidak memiliki keluarga dan hanya Mas Bara saja yang Aku punya. Jika dulu aku paling cantik, bagi Mas Bara mungkin Aku adalah gadis yang paling jelek. Bagaimana tidak?! Sahabat wanitanya banyak, bahkan kudengar ada seorang model wanita pernah berusaha meraih hatinya tapi tidak bisa, semoga saja Aku tetap wanita paling cantik bagi Mas Bara, karena hanya dialah pria yang paling aku cinta, baik di dunia, maupun setelah Aku tiada kelak. Kembali ke masa lalu, setelah kematian kakek, hidupku benar-benar hancur dan berantakan. Masih ingat betapa kejamnya tanteku mengusirku dari rumah, tak hanya itu dia juga tidak memberiku uang sepeserpun saat meninggalkan desa akibat kakek telah tiada. "Mengapa kau masih di sini?! Hah?! Bukankah aku sudah menyuruhmu buat keluar dari rumah ini?!" Bentak tanteku, dengan suara tinggi. "Tapi tante, Lilla mau tinggal di mana?" ucapku takut dan cemas. "Aku tidak perduli. Dasar Gadis bodoh!! Yang aku inginkan hanyalah, kau pergi dari rumah ayahku. Kau itu hanya sampah yang di pungut oleh ayahku karna kau tidak memiliki orang tua." ucap tanteku sinis. "Aku mohon tante, jangan usir Lilla," ucapku sambil menangis. "Pergi!!" teriaknya sambil mendorong tubuhku keluar rumah dengan kasar dan melempar semua pakaianku. Aku pergi dalam keadaan bingung, takut dan juga cemas. Aku berjalan menyusuri desaku dan tak lama kemudian tibalah di jalan raya menuju kota. Aku berjalan tanpa tujuan, sedangkan air mataku tak henti henti nya menetes. Aku pergi sambil membawa kantong kresek yang berisi pakaianku. Aku bahkan tidak memiliki uang sepeserpun. Apakah hidupku akan seburuk ini kakek? Kenapa kau pergi meninggalkanku seorang diri kakek? Setelah sekian lama berjalan, tiba tiba sebuah hantaman mengenai kepalaku dengan keras. Karna tak kuat menahan rasa sakit maka aku pingsan. Dan samar samar ku dengar suara seseorang berkata. "Bawa dia. Dan buang jauh jauh dari kampung ini agar dia tidak bisa kembali." Dan setelah itu yang terjadi hanyalah gelap... ********** Aku terbangun di dalam tumpukan sampah. Aku juga tidak tahu sekarang berada di mana. Karna kota ini sangat asing bagiku. Aku berusaha bangun meskipun kepalaku masih sakit. Aku juga mencari kantong kresek yang berisi pakaianku. Aku berjalan menjauhi tempat tersebut dalam keadaan takut. Perutku juga sangat lapar. "Astaga! Apa yang harus aku makan??" Bathinku. Keadaan sangat sepi dan gelap karna memang sudah malam. Ketakutanku semakin menjadi jadi. Tiba tiba ada beberapa preman berjalan ke arahku. Merasa ada firasat buruk. Aku segera berlari dan menjauhi mereka. Tapi yang ada malah mereka semua mengejarku. Ketakutanku semakin menjadi. Aku berlari sambil berteriak minta tolong. Karna panik dan tidak melihat jalan akhirnya kakiku tersandung sesuatu dan jatuh. Preman itu sudah berada di depanku dengan tatapan laparnya. "Mau lari kemana lagi cantik?" ucap salah satu di antara mereka. "Jauhi aku, Aku mohon, jangan sakiti aku." ucapku gemetar. "Tidak ada yang akan menyakitimu sayang, Justru kami akan membuatmu bahagia." ucap salah satu di antara mereka sambil tertawa mengerikan. Aku semakin takut dan memundurkan badanku secara perlahan. Mereka juga merebut kantong kresek yang berisi pakaianku dan membuangnya ke sungai di bawahku. Ya. Karna saat ini posisiku berada di atas jembatan. "Pakaianku!!" teriakku sambil menangis. "Kau tidak membutuhkannya cantik." ucap mereka sambil mendekatiku dan hampir menyentuhku. "TOLONG!! Siapapun tolong aku." teriakku frustasi dan memeluk lututku kemudian menyembunyikan wajahku. Hingga tiba tiba... Bugh. Bugh. Bugh. Aku mengangkat wajahku dan kulihat seseorang menghajar para preman itu dengan kasar. Dia sangat gagah dan juga tampan. Aku mengucap syukur dalam keadaan takut. Setelah para preman itu lari pria itu mendekatiku dengan perlahan. Aku mundur lagi dalam keadaan gemetar. "Bagaimana kalau dia juga orang jahat?" Bathinku cemas. "Sssttt, hei... kemarilah, aku tidak akan menyakitimu."panggilnya lembut. Aku hanya diam sambil mengamatinya. Setelah kuyakin bahwa dia orang baik maka aku menganggukkan kepalaku dan dia mulai mendekatiku. "Siapa namamu?" ucapnya pelan. "Lilla," bisikku lirih. "Nama dan orang yang cantik. Aku Bara," ucapnya sambil membantuku berdiri. "Auwh, ah, kakiku sakit." ucapku sambil merintih. Tanpa banyak bicara lagi, Mas Bara langsung menggendongku dan menyusuri jalan. "Kita akan kemana?" tanyaku was-was. "Ke kontrakanku." "Bagaimana kalau istrimu marah? Apa kau tinggal dengan keluargamu?" Tanyaku khawatir. Bara hanya tersenyum. "Aku tinggal seorang diri." ucapnya singkat. Kamipun tiba di rumahnya. Bara merawat kakiku dan Juga memberiku makan. Dia juga membelikan aku pakaian. Kami saling bercerita tentang bagaimana dan sebab mengapa kita bisa di usir oleh keluarga. Selang beberapa hari pak RT datang dan meminta kejelasan hubungan kami. Tanpa banyak protes lagi, mas Bara menjelaskan bahwa aku adalah calon istrinya. Dan kamipun akhirnya menikah dan hidup bersama. Mas Bara sangat bertanggung jawab dan mau melakukan kerja apapun agar diriku tidak merasa kekurangan. Dan itulah yang membuatku menjadi sangat mencintainya. Seandainya mas Bara tidak ada! Apa yang akan terjadi padaku? Entahlah. ===Flashback off=== Tetesan air mata jatuh di pipiku, dan karna airmata itu, aku sadar dari lamunan. "Astaga. Kenapa aku masih di rumah, sih?" ucapku sambil menggerutu pelan. Aku melihat ke arah jam dengan panik. Sudah terlambat. "Mas Bara pasti sedang menungguku, Untuk makan siang" Bathinku gelisah. Aku segera mengambil bekal yang berisi makanan di atas meja. Setelah itu langsung mengunci rumah dan bergegas menuju ke tempat Bara bekerja dengan bersenandung senang. ***** Maaf jika masih banyak kekurangan, maklum ... ini ceritaku beberapa tahun yang lalu, wkwkwkwkwkwk Tekan tombol LOVE ah, papay ... TBC.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD