Yang sudah baca Dia Suamiku, pasti tahu siapa Faiz Faturahman.
Faiz Faturahman [40 tahun] duduk terdiam dihadapan Bu Rima [60 tahun] Ibunya, permintaan orang tuanya sungguh adalah hal yang sukar untuk dikabulkan. Orang tuanya meminta Faiz untuk menikahi Farah Faradina [20 tahun] yang merupakan pengasuh kedua orang anaknya Faridh dan Farida yang merupakan buah hatinya dari almarhumah istrinya yang meninggal pasca melahirkan putri bungsunya, Farida.
Masalahnya adalah Faiz sudah memiliki pilihan hati sendiri, Deasy Damayanti [30 tahun] yang sudah menjalin hubungan dengannya empat bulan terakhir ini. Deasy dan Farah bagaikan langit dan bumi, baik secara fisik maupun dari segi pendidikan dan pola pikir mereka.
"Faiz!" panggil Bu Rima ibunya.
"Ya Bu" sahut Faiz
"Jadi bagaimana?"
"Apanya Bu?"
"Kok apanya, ya soal pernikahanmu dengan Farah, ini demi anak-anakmu Faiz, mereka butuh perhatian, cinta, dan kasih sayang seorang Ibu dan itu mereka dapatkan dari Farah"
"Tapi ya tidak harus aku menikah dengan Farah juga dong Bu, Farah tetap bisa mengasuh mereka dan tetap bisa tinggal di sini tanpa harus aku nikahi kan?"
"Itu memang betul Faiz, tapi tidak ada yang menjamin kalau Farah akan tetap tinggal di sini untuk selamanya"
"Maksud Ibu ada kemungkinan Farah berhenti jadi pengasuh anak-anak? Tapi keluarga Farah itukan sudah turun temurun bekerja untuk keluarga kita Bu, jadi aku rasa Farah tidak akan berhenti bekerja dari rumahku"
"Faiz! Farah itu gadis manis dan baik, tidak menutup kemungkinan ada seorang pria yang akan meminta Farah untuk jadi istrinyakan? Dan kalau hal itu sampai terjadi bagaimana dengan anak-anakmu yang sudah menganggap Farah sebagai Ibu mereka? Tolong lakukan ini demi anak-anakmu Faiz, orang tua almarhumah istrimupun sudah setuju"
"Bagaimana dengan Farah, apa Ibu sudah bertanya kepadanya?"
"Jawaban Farah semua tergantung dari jawabanmu, dia ikut apa keputusanmu".
Faiz menarik nafas berat lalu dihembuskannya dengan kuat sebagai pertanda hatinya tengah gelisah. Ibunya benar tentang anak-anaknya yang sudah terlanjur menganggap Farah Ibu mereka, merekapun memanggil Farah dengan sebutan Bunda. Tapi Faiz juga memiliki keinginan dan pilihannya sendiri.
"Apa Farah tidak terlalu muda untukku Bu?"
"Usia Farah memang jauh lebih muda darimu Faiz, tapi dia memiliki pikiran dan sikap yang membuktikan kalu dia seorang wanita dewasa, seorang wanita yang pantas jadi Ibu bagi anak-anakmu" jawab Bu Rima.
Faiz kembali terdiam berusaha mencari alasan lagi untuk menolak keinginan Ibunya, tapi ia tidak menemukan alasan lainnya, karena ia tidak mungkin mengatakan kalau ia mencintai Deasy, Ibunya tidak akan setuju jika ia menikahi Deasy yang dalam pandangan Ibunya tidak bisa menjadi Ibu yang baik bagi kedua anaknya.
"Faiz!"
"Beri waktu aku untuk berpikir Bu"
"Baiklah tapi jangan terlalu lama, Ibu harap kamu bisa menempatkan kepentingan anak-anakmu diatas kepentingan lainnya Faiz" ucap Bu Rima penuh harapan.
"Iya Bu" Faiz menganggukan kepalnya.
******
Faiz duduk berhadapan dengan Farah di ruang tengah rumah Faiz setelah kedua anak Faiz ditidurkan Farah dikamar mereka.
"Farah kamu sudah tahukan soal permintaan Ibu?"
"Ya saya tahu Pak"
"Lantas bagaimana menurutmu?"
"Saya serahkan keputusan kepada Bapak" jawab Farah dengan wajah menunduk.
Hal seperti inilah yang tidak disukai Faiz dari Farah, kesannya tidak punya kemauan, tidak punya pendirian. Faiz lebih suka wanita yang aktif dan agresif serta punya kemauan yang keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
"Itu artinya jika aku setuju kamu juga setuju?" mata Faiz menatap lekat ke arah Farah, ia ingin melihat kejujuran dimata Farah, tapi sayangnya wajah Farah menunduk.
"Ya Pak" Farah menganggukan kepalanya
"Apa kamu tidak mempunyai impian harapan dan cita-cita yang ingin kamu raih dalam hidupmu Farah?"
"Saya pernah punya cita-cita menjadi guru Pak, dan saya rasa impian saya itu sudah tercapai dengan dipercayanya saya menjadi pengasuh Faridh dan Farida" jawab Farah dengan suaranya yang lemah lembut.
"Kamu tidak malu menikah dengan pria yang usianya dua kali lipat umurmu Farah?"
Farah menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, bagi Farah saat ini yang terpenting adalah melakukan apa yang menjadi amanah almarhumah Ibu dari Farid dan Farida agar ia mengasuh, mendidik, dan menjaga mereka dengan sebaik-baiknya. Semasa hidupnya Bu Adinda selalu memperlakukannya dengan baik, bahkan Bu Adinda kerap mengatakan kalau Farah sudah dianggap sebagai adiknya sendiri meskipun mereka baru dekat sesaat setelah Faridh dilahirkan.
"Baiklah Farah jika itu sudah jadi keputusanmu, tapi seperti yang kamu tahu aku sudah memiliki Deasy didalam hatiku, karena itu aku tidak bisa menjanjikan untuk menjadi suami seperti yang kamu harapkan"
"Saya tahu Pak, bagi saya cukuplah saya diijinkan selalu bersama Faridh dan Farida itu sudah cukup Pak"
"Kalau begitu aku aku akan menelpon Ibu untuk menyampaikan jawabanku"
"Ya Pak" Farah menganggukan kepalanya.
Deasy terjengkit berdiri dari duduknya saat mendengar apa yang disampaikan Faiz baru saja. Faiz mengatakan kalau ia akan menikahi Farah atas permintaan kedua orang tuanya.
"Kenapa Mas menyetujui rencana gila ini? Mas tidak mencintai aku lagi?"
Faiz ikut berdiri dari duduknya, digapainya bahu Deasy untuk dipeluknya.
"Tidak seperti itu, Sayang, tentu saja aku mencintaimu, tapi pernikahan ini menyangkut anak-anakku, seandainya selama ini kamu bisa mendekati mereka maka Ibuku tidak akan berpikir untuk memintaku menikahi Farah, tapi karena selama ini kamu belum..." Faiz berusaha meredakan kemarahan Deasy, tapi Deasy menepiskan tangan Faiz dan memotong ucapannya.
BERSAMBUNG