TIGA

1498 Words
"Apa kau tidak penasaran dia mencari kalian atau tidak?" Kezia terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Dia membuangku, ah tidak, dia membuang kami James, meskipun dia mencariku, aku tidak mau membiarkan kebahagiaanku di hancurkan lagi olehnya." Ucap Kezia dengan sangat serius. Sampai saat ini luka yang di goreskan oleh Devano sepuluh tahun lalu tidak pernah tertutup, bahkan sudah membusuk dan menjadi penuh dengan kebencian. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak laki laki yang mendekati Kezia, namun tidak ada satu pun yang di terima olehnya. Bagi Kezia, cinta hanya membuat hidupnya sial. Tidak ada yang namanya cinta sejati. "Kapan kau akan pergi?" "Dua hari lagi?" "Kenapa begitu mendadak Key?! Kau mau membunuh ku ya?" "Sebenarnya aku ingin memberitahumu dari seminggu yang lalu, tapi kan waktu itu kau sedang berlibur di Hawaii, aku tidak ingin mengganggu liburan mu dengan Adam." Ucap Kezia. "Hm. Oke aku akan mengurusnya malam ini, aku pulang dulu ya, jaga kesehatanmu jangan memikirkan hal-hal yang bisa membuatmu kambuh." Ucap James yang hendak mengecup pipi Kezia seperti biasa. "Eitss! Apa-apaan ini cium-cium?! Gak boleh ya om!" Sahut Kenzie sambil memeluk robot mainan miliknya. "Kalau om mau cium, sini cium Kenzie aja. Jangan cium mommy." "Ah dengan senang hati!!" James beranjak mencium pipi tembam milik Kenzie habis-habisan lalu pergi meninggalkan Kenzie yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri itu bersama dengan ibunya. "Seandainya kamu tau, sampai saat ini Devano masih mencarimu Key." Gumam James sesaat setelah keluar dari rumah Kezia. "Kita mau ke Indonesia mom?" Ucap Kenzie penasaran. Kezia mengangguk. Kenzie lekas berlari kembali ke kamar bermain tempat dia dan adiknya biasa merencanakan sebuah petaka. "Tay!!" Sahut Kenzie namun dengan suara berbisik. "Mommy lahir dan besar di Indonesia kan?" "Iya." "Mommy pindah ke paris waktu udah ngandung kita kan?" Taylor mengangguk. "Berarti Daddy ada di Indonesia dong?!" "IH IYA!! Kok kamu baru tau sih?" Ucap Taylor semangat lalu tiba-tiba berubah jadi tidak tertarik sama sekali. "Seharusnya kamu udah tau dari dulu dong Kenzie. Menurut kamu kenapa mommy pindah ke sini tanpa daddy? Terus kenapa asal kamu bertanya tentang daddy, mommy gak pernah mau ngasih tau?" "Karena daddy udah meninggal?" "Bukan! Aduh padahal mommy selalu kasih kita makanan yang bergizi loh Ken, kenapa kamu bodoh begini?" Ucap Taylor menahan air matanya, sifat cengengnya membuat Taylor hampir menangisi kebodohan abangnya ini. "Hehehe, jadi kenapa?" "Pasti Daddy ngebuang mommy" Ucap Taylor santai namun berbeda dengan Taylor, Kenzie merasa begitu sedih setelah mendengar perkataan adik perempuannya itu. "Gak mungkin." "Ken.." "Enggak Taylor, pasti daddy nyariin kita, tapi mommy nyuruh uncle James buat nyembunyiin keberadaan kita." "Kamu ada di pihak daddy?" Tanya Taylor, Kenzie menggeleng. "Aku sayang mommy, tapi aku kangen daddy." "Kangen? Kita aja gak pernah ketemu sama daddy Ken." "Aku yakin daddy pasti nemuin kita, selama menunggu daddy aku gak akan biarin siapapun gantiin daddy!" "Terserah kamu lah Ken. Kalau daddy kembali. Aku yang akan usir dia dari rumah kita. Sama seperti saat dia membuang kita!" "Kenapa? Itu daddy kita. Daddy kamu juga." "Dia buat mommy menderita selama ini, aku memang belum pernah bertemu dengan daddy, tapi aku benar-benar membencinya!" *** "Darimana saja kamu Dev?" Ucap Farah. Ibu Devano, perempuan berusia sekitar lima puluh tahun itu menghampiri Devano yang pulang dengan keadaan mabuk seperti biasa. "Sayang?" Ucap Ica yang keluar dari kamar tamu. Saat itu juga Devano mengamuk sejadi-jadinya, ia melempar benda apapun yang ada di dekatnya ke arah Ica, perempuan itu berteriak ketakutan dan bersembunyi di balik tubuh Farah. "Hentikan Devano! Kamu bisa menyakiti janin di perutnya!" Sahut Farah tanpa rasa takut sedikitpun. "DASAR PEREMPUAN JALANG! ANAK ITU BUKAN ANAK KU!!" Devano berteriak sekuat tenaga, dalam kondisi mabuk seperti ini, keadaan Ica benar-benar terancam, saat ini Devano tidak mampu menahan emosi di dalam dirinya, kalau saja tidak ada Farah yang melindungi, Ica sudah pasti habis di pukul oleh Devano. Setelah sepuluh tahun Kezia meninggalkannya, kondisi Devano semakin kacau, ditambah lagi dengan berita miring yang membuat nya tersangkut skandal panas dengan Ica. Dua bulan yang lalu Ica di kabarkan tidur dengan Devano di sebuah hotel bintang lima dekat dengan kantor agensi tempat Ica bekerja. Saat ini Ica terkenal sebagai seorang public figur yang sering beradu akting di berbagai film dengan rating yang cukup tinggi. Bisa di bilang kalau Ica saat ini adalah artis papan atas yang sangat di puja-puja oleh netizen Indonesia. Bagaimana tidak, Ica memiliki semua yang di impikan oleh perempuan-perempuan di luar sana, kecantikan, suara yang indah, tubuh yang seksi, pribadi yang beretika saat di depan kamera, dan kepintaran di atas rata-rata. Namun semua kelebihan itu tidak dapat membahagiakan hidup Ica sebelum dia mampu mendapatkan Devano, cinta pertamanya, dengan seutuhnya. Saat ini Ica memang sudah menggenggam tubuh Devano, ya tentu saja karena skandal itu mau tidak mau Devano harus segera menikahinya, mana mungkin seorang CEO perusahaan besar seperti Devano menghamili seorang artis kesayangan rakyat dan tidak mau mempertanggungjawabkannya. Bisa bangkrut perusahaan nya. "KEZIA! GARA-GARA KAU AKU JADI KEHILANGANNYA!" "Jangan sebut nama itu di hadapan ku!" Sahut Ica penuh amarah, ia sangat benci dengan Kezia, perempuan itu selalu mendapatkan apa yang ia mau, kekayaan, kasih sayang dari ayahnya, bahkan Devano. Laki laki yang tidak pernah mencintainya. Terkadang Ica bingung apa yang kurang dari dirinya, kecantikannya tidak kalah dari Kezia, bahkan dia memberikan segalanya pada Devano, termasuk harga dirinya dulu. Devano lah yang mengajaknya untuk tidur bersama malam itu, kenapa sekarang Devano malah menyalahkan Ica karena Kezia pergi darinya? "Aku ingin bertemu dengan anakku!" Sahut Devano sambil menangis, dan memuntahkan seluruh isi perutnya. Mendengar perkataan itu membuat Ica jadi benar-benar murka. Bisa-bisa nya Devano berkata seperti itu di depan dia yang sedang mengandung anaknya juga? "Kau bilang anakmu? Anak yang di kandung Kezia dulu adalah anakmu?! Jadi saat ini aku mengandung anak siapa Dev! Ini anak mu juga, tapi kenapa kau tidak pernah menganggapnya?" "BOHONG!! DIAM KAU!" Teriak Devano sekuat tenaga. "Kau kira aku tidak tau aku sudah tidur terlebih dulu dengan produsermu sebelum masuk ke kamar ku?" "Kau itu perempuan jalang!" Sahut Devano yang dihadiahkan sebuah tamparan oleh Farah. "Kau sudah keterlaluan Devano Julio! Masuk ke kamarmu dan beristirahatlah. Besok kamu harus menjemput klien penting di bandara." Perempuan itu memijat pangkal hidungnya, bagaimana bisa anaknya menjadi se-kacau ini, siapa itu Kezia? Apa yang terjadi saat Devano tinggal bersama mantan suaminya dulu? Pertanyaan itu terus menerus muncul dalam benak Farah. Dua belas tahun yang lalu, Farah dan Hans memutuskan untuk bercerai akibat perselingkuhan yang dilakukan Hans di belakangnya. Saat itu perusahaan yang di kembangkan oleh Farah sedang berada di ujung tanduk dan terancam bangkrut, ia tidak mampu menjaga Devano saat itu ia harus fokus untuk menyelamatkan perusahaan milik keluarga yang akhirnya saat ini di jalankan dengan baik oleh anak laki laki kesayangannya. Sepuluh tahun yang lalu, Farah mendapat kabar bahwa Devano memukul seorang laki laki sampai kritis di sekolahnya, Devano di nyatakan depresi oleh pihak rumah sakit, sejak saat itu, Devano kembali ke pelukan ibunya, walaupun sudah di nyatakan sembuh, sampai saat ini Devano masih belum mampu mengatur emosinya dengan baik. Pada waktu-waktu seperti saat ini, Devano kumat dan mengamuk seperti orang gila, setiap kumat, anak kesayangannya itu selalu saja menangisi seorang perempuan bernama Kezia. Farah sudah mencari identitas tentang siapa anak perempuan yang sudah menghancurkan hidup anaknya itu, namun nihil, Farah tidak berhasil menemukan informasi apapun mengenai Kezia. Bukan hanya Farah, selama sepuluh tahun ini Devano juga terus menerus berusaha untuk menemukan Kezia, namun pekerjaan James benar-benar sempurna, bahkan puluhan hacker dan ratusan pengawal milik Devano yang tersebar di berbagai negara, tidak mampu menemukan Kezia. "Frans!" Sahut Farah memanggil seorang perawat pribadi milik Devano. Seolah sudah tau harus melakukan apa, Frans datang dengan sebuah suntikan yang berisi obat penenang milik Devano, laki laki bertubuh kekar itu langsung terjatuh tak sadarkan diri sesaat setelah Frans menyuntikan dosis tinggi pada dirinya. "Bawa dia ke kamar." Ucap Farah kepada para pengawal yang berdiri disana. "Kamu tidak apa-apa?" Ucap Farah pada Ica, calon menantunya. "Aku gak apa-apa ma. Terima kasih ya ma udah lindungin Ica." Farah mengangguk dan mengelus rambut perempuan di depannya itu dengan lembut, lalu meninggalkan Ica menuju kamarnya. Farah baru mengenal Ica selama dua tahun, mereka bertemu di dalam sebuah proyek perusahaan, saat itu Ica di kontrak oleh perusahaannya untuk menjadi brand ambassador salah satu produk make-up yang di keluarkan oleh Farah. Farah mengenal Ica sebagai sosok yang baik dan tentu saja sempurna bagi Devano, anaknya, tapi kenapa Devano tidak melihat Ica sama seperti Farah melihat Ica? Siapa Kezia itu sebenarnya? Se-sempurna apa rupanya perempuan itu sampai anak nya begitu tergila-gila dengannya? Farah beranjak meninggalkan Ica dengan segudang pertanyaan di kepalanya. Mulai besok ia harus menambah puluhan orang lagi untuk menggali informasi tentang Kezia. Ya. Ia tidak bisa membiarkan Devano menderita seperti ini lagi. "Dari mana Devano tau kejadian tentang malam itu?" Gumam Ica khawatir, pertemuannya dengan Jason saat itu hanya di ketahui oleh dirinya sendiri dan Jason. Ah biarkan saja jika Devano tau tentang kejadian di malam itu, toh laki laki itu juga tidak memiliki bukti yang kuat untuk memojokkan Ica, tanpa ada nya bukti, Devano tidak akan bisa menyingkirkannya dari rumah ini. Devano harus menjadi milik Ica, bagaimana pun caranya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD