SATU

1228 Words
Pertama Devano, kedua ayah, sekarang seluruh harta nya, Kezia tertawa miris menyadari semua hal yang sangat berharga bagi nya dapat hilang begitu saja dalam satu hari satu malam. “Sekarang aku cuma punya kamu. Aku tau kita bisa lewatin ini sama sama. Jadi jangan ikut tinggalin mama ya nak,” ucap Kezia pada janin yang di kandung nya. Kezia melangkah kan kaki nya menuju kamar milik nya, mata nya memandangi setiap sudut ruangan dan bingkai bingkai foto yang menjadi saksi bisu kebahagiaan yang pernah terukir dalam hidup nya bersama dengan Alfonso dan Devano. Perempuan itu sadar, selama ini ia terlalu nyaman hidup di dalam kebahagiaan, kali ini ia harus berusaha sekuat mungkin agar bisa memberikan kebahagiaan yang dulu pernah ia rasakan untuk anak nya kelak. “Ya. Aku bisa!” Setelah mengemas barang barang nya, Kezia pergi menuju tempat tinggal seseorang yang sudah menjadi sumber kebahagiaan bagi diri nya selama ini. Kezia memasuk kan sebuah amplop berwarna biru langit kesukaan nya ke dalam kotak surat milik rumah tersebut. Setelah beberapa saat mengenang kisah indah dan pilu yang ia alami di rumah itu, Kezia pergi ke bandara dan berangkat menuju suatu tempat yang tidak di ketahui oleh siapapun. “Dev!” sahut Karina, kakak tiri Devano. “Apa?” ucap Devano sambil melepaskan seragam basket nya lalu melempar nya sembarangan. “Ada surat cinta lagi nih,” “Buang aja. Aku gak butuh,” “Banyak banget loh ini Dev, kaya nya kita harus ganti kotak surat kita jadi yang lebih besar lagi,” “Kakak bacain ya dari siapa aja, duh susah banget sih punya adik ganteng kaya gini,” “Ini dari Ica, Soraya, Lala, Ica lagi, Ica lagi, Kezia, Hana—” “Tunggu,” ucap Devano. “Kenapa?” “Aku ambil surat yang ini, yang lain buang aja,” ucap Devano mengambil surat berwarna biru langit dari Kezia. Sudah lima hari Kezia tidak masuk sekolah, sejak ia mengatakan kalau dia hamil pada Devano, Kezia seolah menghilang dari bumi, awal nya Devano mengira Kezia malu untuk bertemu dengan diri nya di sekolah, namun setelah mendatangi kediaman Kezia, yang ia dapat kan hanya papan pemberitahuan yang bertulis kan bahwa rumah itu di jual. “Kemana kamu Key?” gumam Devano sambil membuka surat itu. Untuk Devano, Hai Dev :) Aku harap kamu tidak memikirkan perkataan ku malam itu ya, aku minta maaf udah buat kamu kaget begitu. Ini bukan salah kamu kok, aku juga tidak menyesal telah memberikan hartaku yang paling berharga buat kamu, aku mau melakukan itu dengan mu karena aku tau aku benar benar mencintaimu. Aku juga mau bilang, aku tidak pernah melakukan hal itu dengan orang lain Dev. Hanya dengan mu, jadi aku sangat yakin, kalau anak yang ku kandung saat ini adalah anak kita berdua. Awal nya aku takut jika harus membesarkan anak ini sendirian, aku tidak yakin aku sanggup melalui semua itu sendirian tanpa ada kamu di samping ku. Namun seperti nya terlalu egois jika aku juga menghancur kan masa depan mu karena anak yang ku kandung. Aku akan pergi dari negara ini, ke suatu tempat, aku pun tidak tau mau kemana, tapi kamu tenang saja, aku tidak akan kembali lagi ke hadapan mu, aku juga akan berusaha sebisa mungkin untuk menyembunyi kan anak yang tidak kau ingin kan ini dari hidup mu. Maaf kan aku yang hanya bisa jadi sumber petaka bagi mu ya Dev. Tapi ada satu hal yang aku ingin kan dari mu Dev. Hidup lah dengan bahagia, jangan cari aku atau pun anak kita. Bahkan jika kelak kamu menemukan kami, pergilah dan jangan muncul di hadapan kami. Aku tidak ingin kamu terpaksa terikat lagi dengan ku. Jadi, lupa kan aku ya. Perempuan yang mencintai mu, Kezia Aprilla. Devano hanya mampu terdiam setelah membaca surat itu, jantung nya berdegup dengan sangat keras, apakah benar itu anak ku? Pertanyaan itu terus menerus berputar di kepala Devano dan berhasil membuat nya berubah drastis menjadi orang yang berbeda. Devano yang sebelum nya terkenal dengan keramahan nya pada setiap perempuan berubah menjadi laki laki dingin yang bahkan tidak tertarik memandang makhluk yang dikenal dengan sebutan perempuan tersebut, entah apa yang di tanam kan Kezia di dalam diri nya, rasa penyesalan benar benar menyelimuti hidup nya. Ia tidak bisa menderita seperti ini terus, ia harus segera menemu kan Kezia dan membukti kan kebenaran tentang anak yang di kandung oleh satu satu nya perempuan yang berhasil mendobrak pintu hati nya itu.                                                                                                *** Di atas tempat tidur nya seorang perempuan dengan rambut berantakan terlelap dengan mulut yang menganga, baru hari ini dia mampu tidur dengan tenang setelah menyelesai kan seluruh pekerjaan yang menumpuk milik nya. Prang!! Tubuh Kezia spontan melompat turun dari tempat tidur dan berlari menuju sumber suara. "AWH!!" Jerit Kezia saat jari kelingking nya menabrak kaki meja. "Kenzie! Taylor!" Bentak Kezia, perempuan yang semula nya tidak mampu marah sedikit pun sekarang telah berubah menjadi ibu yang tegas dan sangat di cintai anak anak nya, selama sepuluh tahun hidup sendirian dan berjuang untuk membesar kan kedua putra dan putri nya tanpa bantuan siapa pun tentu membuat Kezia berubah menjadi pribadi yang lebih mandiri dan kuat. Berkat usaha dan perjuangan Kezia yang tidak main main, Kezia berhasil membangun sebuah perusahaan yang berkecimpung di dunia fashion, saat ini Kezia terkenal dengan sebutan  Mysterious Queen di kalangan para designer. "I'm so sorry mommy." Ucap anak laki laki nya dengan mata manja. "Sorry sorry gigimu!" Sahut anak perempuan Kezia sambil memukul bagian belakang kepala saudara kembar nya. Anak laki laki itu tertawa sekeras yang ia bisa, tangan nya dengan usil menjepit hidung mancung adik perempuan nya itu, Kenzie memang terkenal sangat usil dan pandai berakting, sedang kan Taylor terkesan lebih dingin dan jutek di bandingkan Kenzie, namun jangan salah, walaupun terkesan galak Taylor ternyata sangat cengeng jika sudah di usili oleh Kenzie, buktinya saja saat ini dia sudah menangis hanya karena hidung nya di tarik oleh Kenzie. "Uhhh!!! Pesek banget sih! Sini aku tarik hidung nya biar mancung." Ujar Kenzie sambil tertawa. Dengan geram Kezia menjewer pelan telinga Kenzie. Anak laki laki itu segera melepaskan cubitan nya dari hidung Taylor, dengan tatapan penuh rasa bersalah andalan Kenzie membujuk ibu nya agar segera melepas jeweran nya dari telinga. "Ampun mommy. Kenzie cuma gemas aja liat Taylor." Ucap Kenzie. Kezia melepas kan tangan nya dari telinga anak laki laki nya lalu mencium puncak kepala Kenzie dengan penuh kasih sayang. "Hari ini kita makan apa mom?" Ucap Kenzie kembali ceria seperti biasa. "Sini Taylor! Ayo masak bareng mommy, jangan nangis mulu ah! Cengeng." Sahut Kenzie yang malah membuat Taylor semakin menangis. "Aduh Kenzie, jangan di ganggu terus adik nya." "Kenzie ngga ganggu mom! Taylor aja yang cengeng." "Taylor gak cengeng!" Sahut anak perempuan Kezia dari sofa. "Kamu mau makan apa sayang? Omelet? Spaghetti?" "Taylor mau semua nya!" Ucap Taylor kembali ceria seperti sedia kala. Memang hal yang paling ampuh untuk menghenti kan tangisan Taylor adalah makanan. "Mom, kalau mommy nangis kaya Taylor juga gak?" Ucap Kenzie. "Kaya Taylor gimana Ken?" "Iya, bisa di sogok pakai makanan." Kezia tertawa dengan kepolosan Kenzie. "Kamu peluk aja, mommy pasti gak akan nangis lagi." "Ya udah sini Kenzie peluk." Ucap Kenzie sambil merentang kan kedua tangan nya. "Tapi boong." Kenzie segera memeluk diri nya sendiri dan menjauh dari Kezia yang hendak memeluk nya. "Kenapa?" "Mommy belum mandi, kalau mau peluk Kenzie harus wangi dulu." Ucap Kenzie lalu pergi sambil menarik Taylor ke ruang bermain mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD