Prolog

746 Words
“My baby, I miss you so much,” ucap Barbara. Barbara langsung memeluk Felix begitu bertemu di club. Pertemuan yang baru bisa dilakukan sebab Felix baru saja kembali dari urusan bisnis di Italia. “Manhattan terasa membosankan tanpamu,” ujar Barbara kemudian mengecup bibir kekasihnya itu. Felix melingkarkan tangannya di pinggang Barbara. Lelaki itu duduk sementara Barbara masih berdiri. “Aku juga merindukanmu, Sweetie.” Barbara langsung melingkarkan tangannya di leher Felix. Dengan cepat ia memagut bibir lelaki itu. Meluapkan rasa rindunya. Sebenarnya ia butuh lebih dari ini. Memeluk Felix di atas ranjang adalah yang ia tunggu-tunggu selama merindukan kekasihnya itu. Pagutan mereka berhenti sejenak. Felix menatap bahu telanjang Barbara. Seperti biasa perempuan itu selalu berpakaian terbuka jika pergi ke club. “Kenapa masih mengenakan pakaian seperti ini kemari?” tanya Felix kemudian menatap tepat ke mata Barbara. “Ayolah. Mereka hanya bisa melihatnya." "Tapi itu akan membuat mereka jadi menginginkanmu, Sweetie. Aku tidak suka." Barbara mengusap bibir Felix dengan jemarinya. Ia selalu suka saat Felix posesif seperti ini. "Tapi aku kan milikmu.” Felix menjatuhkan kecupan di bahu jenjang Barbara. “Mau minum?” tawar Felix kemudian. Memilih tidak membahas itu lagi. “Belum. Aku ingin menari di dance floor bersamamu.” Felix pun mengangguk. Mereka segera menuju dance floor dan mulai bergerak mengikuti dentuman musik. Tangan Barbara melingkari leher Felix dan ia mulai bergoyang sesuka hatinya. Tidak lama kemudian mereka berpelukan dan bergerak santai mengikuti alunan musik. Tangan Felix sejak tadi hanya bertengger di pinggang Barbara. Tidak melakukan lebih kecuali perempuan itu mengizinkannya. Barbara pun menyandarkan kepalanya di pundak Felix. “Aku rasa kita harus kembali sekarang,” bisik Barbara setelah sejak tadi hanya ada keheningan di antara mereka. Barbara lantas menatap Felix lekat. Ia sungguh ingin melewatkan malam ini hanya dengan bahagia bersama kekasihnya itu. Akan tetapi Barbara harus segera memberitahu mengenai rencana perjodohannya. Wajahnya pun maju lebih dulu dan memagut bibir Felix. Pagutan kali ini lebih menggebu dan menuntut. Sebagai ekspresi putus asa Barbara. Ia ingin memiliki lelaki ini lebih dari sekadar kekasih. Sungguh Barbara selalu mengimpikan agar bisa menikah dengannya. Tiba-tiba Barbara merasa tubuhnya ditarik menjauh. “Sudah cukup, Barbara.” Barbara langsung menoleh dan membulatkan matanya tidak terima saat tahu yang menariknya menjauh dari Felix adalah William. Kenapa juga lelaki itu bisa berada disini? Tangannya langsung dicengkram kuat oleh William. Barbara berusaha memberontak namun ia kesulitan. “What the f*****g are you doing?” tanya Felix dingin. Ekspresi William masih sama, sama dinginnya. “Jangan menyentuhnya,” ucap Felix seraya melangkah mendekat. Hendak menarik Barbara namun William langsung berdiri tepat di depan perempuan itu. “Kau yang jangan menyentuhnya. Dia calon istriku.” Mata Barbara membulat. Ia tidak bisa melihat Felix karena tubuh tegap William menghadangnya. “Calon istri?” tanya Felix. “Jangan dengarkan dia, Felix. Aku bisa jelaskan.” Barbara mendongak dan berteriak agar Felix mendengarnya. “Jadi mulai sekarang berhenti menemuinya. Dia milikku,” ucap William tegas. Setelah itu William menarik tangan Barbara dengan kuat dan membawanya keluar dari klub ini. Meninggalkan Felix yang merasa bingung namun ia memilih tidak mengejar dua orang itu. *** “Lepas! Sakit! Kau benar-benar kasar!” pekik Barbara kesal. Teriakannya itu tidak berarti apa-apa bagi William. Lelaki itu tetap saja menarik Barbara di parkiran. Karena William tetap saja menariknya sekasar ini jadi Barbara memilih untuk menggigit tangan lelaki itu. Berhasil, tangan William sampai mengeluarkan sedikit darah karenanya. Saat itu Barbara terlepas, ia langsung lari berniat kembali ke club. Barbara harus jelaskan yang sebenarnya terjadi kepada Felix. Lelaki itu bahkan baru datang dari Italia tapi sudah harus mendapat perlakuan seperti ini dari William. Barbara menganggap dirinya sudah berlari secepat mungkin tapi bagaimana bisa William tahu-tahu sudah memeluknya dari belakang. “Apa yang kau lakukan, sialan?! Lepaskan! Aku harus bicara dengan kekasihku.” Barbara sudah memberontak tapi masih tetap tidak bisa melepaskan diri. Tangan William melingkar di perutnya dengan begitu kuat. “Kau sialan!” Makian itu tidak menghentikan upaya keras dari William untuk mengubah posisi tubuh Barbara tetap menghadapnya namun tetap dalam pelukan. “Kau tidak berhak melakukan ini sialan!” Barbara sudah hampir menggigit leher lelaki itu agar bisa lepas namun tangan William dengan cepat membekap bibirnya. Tidak ada yang bisa Barbara lakukan sekarang. Ia memegang tangan William yang membekap bibirnya itu agar bisa segera lepas. “Aku sudah mengakhiri hubunganku dengan perempuan yang aku cintai demi pernikahan ini. Maka kau juga harus melakukan hal yang sama. Berhenti berhubungan dengan Felix karena kau akan menjadi istriku, Barbara.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD