bc

CEO Dingin Itu Suamiku

book_age18+
17.0K
FOLLOW
151.4K
READ
love after marriage
arrogant
scandal
CEO
boss
sweet
bxg
office/work place
like
intro-logo
Blurb

Judul : CEO Dingin Itu Suamiku.

Genre : Romance Adult.

Status : Tamat.

********

Percayalah, dia menikahi ku bukan karena dia mencintaiku, tapi dia menikahi ku karena janin yang tumbuh dalam perutku.

Alisya Anisa.

Pernikahan bukanlah sebuah permainan, saat aku sudah memiliki niat untuk menikahimu maka saat itu juga aku akan berusaha melakukan tugasku sebaik mungkin.

Gerald Yohanes Pratama.

Saat pikiran keduanya tak sejalan, di tambah sifat Gerald yang terkesan dingin dan sedikit acuh. Berbeda dengan Alisya yang perasa, gunjingan-gunjingan dari sekitar membuatnya sedikit goyah, dan ingin mengakhiri pernikahan tanpa cinta itu. Apakah keduanya bisa bersama selamanya?.

Ikuti terus cerita Gerald dan Alisya yang penuh lika-liku dan perjuangan.

chap-preview
Free preview
Amplop Putih - Hasil
Gerald menatap amplop putih yang kini terletak di meja kerjanya, matanya terus bergantian menatap sekretarisnya dan amplop putih yang baru saja di letakkan sekretarisnya itu. Hening. Suasana hening yang begitu mencengkam kini memenuhi seluruh ruangan, ruangan kantor yang bernuansa putih abu-abu. Alisya berdiri mematung di depan meja kerja bosnya, jemarinya terus saja bergerak gelisah, memainkan jari jemarinya dengan perasaan takut dan gugup yang luar biasa. Alisya kembali menelan ludahnya kasar saat melihat bos dinginnya tengah mengambil amplop putih yang baru saja ia letakkan tanpa berkata apapun. Gerald membaca sekilas isi kertas putih yang kini ada di tangannya, melirik kearah Alisya dengan tatapan datar yang berhasil membuat wanita di depannya menunduk takut. "Yang lain?" Pertanyaan Gerald membuat Alisya mendongakkan kepalanya, menatap kearah bosnya penuh tanda tanya. "Saya hanya ingin menyampaikan jika saya ingin mengundurkan diri pak" balas Alisya membuat Gerald mendesah pelan seraya menyandarkan kepalanya di kursi kebesarannya, jemarinya bergerak memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa berat. "Mana hasilnya?" Tanya Gerald lagi dengan suara yang sedikit berat, ia benar-benar tahu apa yang membuat wanita di depannya ingin resign. "Ha..hasil apa pak? Semua jadwal serta keperluan bapak sudah saya serahkan pada Sarah" jawab Alisya gugup. "Ini sudah hampir dua bulan setelah malam itu Sya, jangan kira saya nggak tahu alasan kamu mau resign" Dengan berat hati akhirnya Gerald kembali mengungkit malam itu, malam di mana dirinya dengan lancang mengambil harta paling berharga wanita di depannya. Saat itu dirinya tengah diliputi gairah yang tak bisa ia tahan karena pengaruh obat perangsang yang tak sengaja ia minum. Itupun karena jebakan dari salah satu temannya. Saat itu kebetulan Alisya yang membantunya, wanita itu tak tahu jika laki-laki yang di tolongnya itu dalam pengaruh obat yang bisa membuatnya celaka. Malam itu Gerald terus saja memejamkan matanya, berusaha menahan gejolak yang melandanya, namun ia bukanlah dewa, ia hanya manusia biasa yang juga sama dengan orang-orang lain. Ia masih ingat bagaimana Alisya yang memegang erat lengannya saat dirinya dengan b***t mengambil keperawanan Alisya, air mata terus saja mengalir di balik kaca mata yang di gunakan, membuat Gerald terus di liputi rasa bersalah yang luar biasa. "Saya minta maaf pak, saya hiks, saya beneran tidak menyangka jika saya hamil" jawaban wanita di depannya yang diikuti isakan pelan membuat Gerald menghembuskan nafasnya kasar. "Tapi anda tidak usah khawatir, saya tidak akan meminta pertanggungjawaban anda, saya hanya ingin anda menyetujui resign yang saya ajukan" kata wanita itu lagi seraya mengusap air matanya. "Di mana rumah kamu?" Alih-alih mendengarkan, Gerald malah melayangkan pertanyaan yang membuat Alisya mendongakkan kepalanya. "Saya benar-benar tidak meminta anda bertanggung jawab pak" bantah Alisya lagi. "Sya" panggil Gerald pelan namun penuh penekanan. Alisya pun mau tak mau menyebutkan alamat rumahnya yang memang jauh dari tempat kerjanya. "Kasih tahu orang tua kamu kalau saya dan keluarga akan datang malam ini" kata Gerald membuat Alisya membulatkan matanya. "Pak, bapak beneran nggak perlu bertanggung jawab, saya benar-benar tidak apa-apa" kata Alisya masih terus saja menolak. "Atau kalau bapak nggak mau saya merawat anak ini sendiri, saya akan menggugurkannya, bapak nggak perlu khawatir, saya nggak akan memeras bapak karena keberadaan anak ini" Seolah kebanyakan menonton drama, Alisya terus saja mengatakan kalimat yang tak bisa di cerna dengan baik oleh Gerald. Kalimat-kalimat yang bahkan membuat kepanya terasa semakin berat. "Sekarang saya tanya, itu anak saya atau laki-laki lain?" Tanya Gerald gamblang, membuat Alisya tak percaya mendengarnya. Ia tahu orang kaya akan mengatakan hal itu, menyakiti orang biasa seperti dirinya. "Saya tidak pernah berhubungan dengan laki-laki lain pak, jadi saya mohon jangan menuduh saya yang tidak-tidak, saya datang karena ingin mengajukan resign, bukan untuk menerima hinaan dari bapak" Alisya mengambil nafasnya sebentar, sebelum melanjutkan. "Saya bukan jalang pak, saya masih punya harga diri, jika bapak menilai kalau saya yang menjebak bapak malam itu dengan merayu bapak, saya akan diam, itu memang salah saya yang lancang membantu anda melepas kemeja anda saat anda melirih kepanasan, saya benar-benar,,,," "Sya, berhenti nonton sinetron oke?" Potong Gerald semakin kesal dengan kalimat panjang dan lebar yang di katakan wanita di depannya. "Saya cuma nanya, itu anak siapa?" Tanya Gerald kembali mengulang pertanyaannya. "Bapak" jawab Alisya yang akhirnya menjawab dengan singkat. "Udah jelas kan, itu anak saya, saya ayahnya, dan kamu ibunya, jadi sudah wajar kalau sebutannya begitu. Saya nggak mau kalau anak saya manggil orang lain dengan sebutan ayah, kamu ngerti?" Kata Gerald lagi, yang berhasil membuat Alisya mengangguk dalam diam. "Jadi sekarang, di depan saya kamu hubungi keluarga kamu seperti yang saya minta" perintah Gerald membuat Alisya menatap atasannya dengan gamblang. "Tapi orang tua saya sudah meninggal pak" kata Alisya lagi. "Maaf, saya nggak tahu." Kata Gerald seraya berdehem pelan "Saudara kamu?" Tanya Gerald lagi. "Kakak saya tinggal di dekat sini" kata Alisya yang di jawabi anggukan mengerti oleh Gerald. "Tunggu apalagi? Hubungi Sya" kata Gerald membuat Alisya panik mencari ponselnya. "Ponsel saya ada di ruangan saya pak" kata Alisya yang akhirnya menyadari jika dirinya tidak membawa ponsel saat memasuki ruangan atasannya. Gerald merogoh saku celananya, memberikan ponsel canggihnya kepada Alisya yang hanya diam tanpa menerima uluran ponsel dari Gerald. "Hubungi pakai ponsel saya" kata Gerald saat wanita di depannya tak segera menerima ponselnya. "Saya tidak hafal nomor kakak saya pak" jawab Alisya yang lagi-lagi membuat Gerald menghela nafasnya berat. "Ambil ponsel kamu sekarang" kata Gerald setengah kesal. Alisya yang mendengarnya pun hendak berlari keluar ruangan, seperti kebiasaannya saat bekerja, mengingat bosnya tak pernah menerima alasan terlambat atau apapun. "Sya" Sebelum berlari, Alisya kembali menghentikan langkahnya, menoleh kearah bosnya yang memanggil namanya dengan pelan. "Jangan lari, nanti dia kenapa-napa" kata Gerald pelan seraya melirik perut datar Alisya. Alisya mengangguk, seraya berjalan keluar. Jemarinya terus saja mengelus perut datarnya, dalam hati terus meminta maaf pada sang buah hati karena kelalaiannya. Setelah pintu ruangannya tertutup, Gerald kembali melirik kertas putih yang tadi ia baca. Otaknya berfikir, memutar semua hal tentang Alisya, mulai awal wanita itu bekerja hingga sekarang. Lagi, ingatannya kembali memutar kejadian malam itu, ada rasa syukur karena wanita malam itu adalah Alisya bukan sekretarisnya yang lain, karena ia tahu, wanita seperti apa yang kini akan menjadi ibu dari calon anaknya. Meskipun penampilan Alisya tak semenarik pegawainya yang lain, namun ketekunan serta kesopanan wanita itu yang membuat Gerald tanpa sadar tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang wanita itu. Gerald kembali pada tempat saat mendengar pintunya terbuka, menampilkan wanita yang kini tengah berjalan menunduk kearahnya dengan membawa benda persegi panjang yang kini di genggamnya erat. "Tunggu apalagi Sya?" Tanya Gerald kembali mendatarkan ekspresinya. Alisya mendongak, menatap Gerald yang kini tengah menaikkan alisnya. Gerald semakin tak mengerti tingkah Alisya saat wanita itu sedikit berlari untuk sampai di depan mejanya. "Anu, apa bapak nggak ada niatan untuk berfikir lagi?" Tanya Alisya yang di jawabi gelengan oleh Gerald. "Gimana kalau bapak pikir-pikir dulu?" Tanya Alisya lagi. "Apa yang kamu takutkan Sya?" Tanya Gerald pelan. "Anu, saya masih tergolong muda untuk menikah" jawab Alisya yang sebenarnya hanya alibinya saja. "Kamu masih muda untuk menikah tapi sudah cukup umur untuk mengandung, gitu?" Tanya Gerald sinis, ia tiba-tiba merasa tidak masuk akal dengan wanita di depannya. "Bukan, sebenarnya keluarga saya itu bukan orang kaya, saya takut kalau nanti keluarga bapak marah sama bapak, saya nggak mau kalau nanti keluarga saya di hina sama keluarga bapak" Kali ini Alisya menjawabnya dengan jujur, itulah yang ia takutkan. "Keluarga saya akan menerima kamu dengan baik, jangan berfikir yang tidak-tidak, dan berhenti menonton sinetron yang nantinya akan mempengaruhi IQ anak saya" kata Gerald sedikit kesal dengan alasan Alisya. ******* Gerald pulang sedikit lebih awal, seperti janjinya tadi pagi, malam ini ia akan membawa keluarganya untuk mengunjungi rumah wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anaknya. Gerald memasuki rumah orang tuanya dengan langkah santai setelah tiga hari dirinya tidak pulang karena lebih memilih untuk tidur di apartemennya sendiri. "Den" sapa salah satu pembantu yang di jawabi senyuman ramah oleh Gerald. "Mau di buatkan kopi den?" Tanya bik Irah lagi setelah menyapa putra majikannya. "Es Teh aja bik" balas Gerald yang langsung di turuti oleh wanita paruh baya yang kini terlihat tergopoh-gopoh berjalan ke dapur. "Taruh di sofa aja pak" kata Gerald menginterupsi beberapa orang yang tengah membawa barang-barang yang sudah di hias Serapi mungkin. Krystal yang baru saja menuruni tangga terlihat bingung melihat satu persatu orang masuk rumahnya dengan membawa barang-barang yang..... "Sayang itu untuk apa?" Tanya Krystal yang langsung menghampiri putranya yang kini tengah melepaskan jas kerjanya serta melonggarkan ikatan dasinya. Sebelum menjawab pertanyaan bundanya, Gerald lebih memilih untuk memberikan tips pada salah satu orang dan memintanya untuk di bagi rata. Gerald menoleh pada bundanya yang terlihat memperlihatkan semua barang yang sudah tertata rapi di sofa dan meja. "Gerald akan melamar Alisya malam ini bund" kata Gerald yang tentu saja langsung membuat Krystal terbatuk. Gerald langsung mengambilkan air minum untuk bundanya, ia tahu apa yang ia sampaikan begitu penting dan tiba-tiba. Krystal menatap putranya tak percaya, putranya yang selama ini tak terlihat dekat dengan siapapun tiba-tiba bilang akan melamar seseorang? "Alisya hamil anak Gerald" kata Gerald lagi yang berhasil membuat Krystal menyemburkan air yang belum di telannya ke arah putranya. Gerald hanya diam seraya mengusap kemejanya yang basah akibat ulah bundanya yang terkejut. "Kamu mau buat bunda mati kena serangan jantung ya?" Tanya Krystal tak percaya pada putranya. "Demi Tuhan, sayang kamu nggak lagi becanda kan?" Tanya Krystal lagi masih dengan ketidakpercayaannya. "Gerald serius bund" jawab Gerald membuat Krystal memijit kepalanya dan melangkah untuk duduk terlebih dahulu. "AYAHHHHHH, TURUNNNNNNN" Gerald menutup telinganya saat mendengar teriakkan bundanya, bukan hanya Gerald yang terkejut, Bi Irah pun hampir saja menjatuhkan nampannya saat mendengar jeritan majikannya. Kai yang merasa terpanggil pun langsung berlari turun, diikuti oleh Tasya yang ikut mengekor di belakangnya. Dengan takut bik Irah memberikan es teh yang di minta putra majikannya, dan segera berlari untuk pergi kembali ke dapur. Seperti Krystal, Kai pun terlihat bingung saat melihat berbagai barang yang sudah tertata rapi di sofanya. "Ini mau ada acara apaan bund?" Tanya Kai seraya menghampiri istrinya. "Gerald yah, dia menghamili anak orang" kata Krystal mengeluh. "Khem khem" Kai berdehem sebentar mendengarnya, mengingat kembali apa yang telah ia lakukan dulu. "Jadi ini bagaimana ceritanya?" Tanya Kai menengahi. "Alisya hamil anak Gerald yah," kata Gerald seraya memberikan amplop putih yang berisikan keterangan tentang kehamilan Alisya. "Siapa orangnya?" Tanya Kai lagi seraya membuka amplop tersebut. "Alisya yah, sekretaris Gerald" jawab Gerald lagi. "What the f*ck" gumam Tasya pelan yang langsung mendapat pelototan dari sang Abang. Kai melihat hasil USG yang ia pegang, memberikannya pada istrinya yang juga terlihat penasaran. "Rencana?" Tanya Kai lagi masih fokus membaca deretan abjad yang tertata rapi di atas kertas putih. "Gerald akan melamarnya malam ini dan menikahinya secepatnya" kata Gerald yakin tanpa adanya keraguan yang tersimpan. Kai menoleh kearah istrinya yang terlihat mengamati foto USG dengan senyumnya, rabaan tangannya yang seolah membuat istrinya bahagia. "Udah siapin cincin?" Kali ini Krystal yang bersuara, hatinya tergerak kala melihat gumpalan kecil yang terlihat di foto USG, di mana cucunya berada. "Udah, tapi Gerald nggak tahu muat enggaknya di jari Alisya" jawab Gerald jujur. "Kamu nggak nanyain ukuran? Sayang kamu ini mau nikah sendiri apa nikah sama orang? Mau-maunya Alisya nikah sama kulkas" kata Krystal gemas sendiri dengan putranya. "Alisya terus-menerus menolak Gerald tanggung jawab bund" kata Gerald yang akhirnya membuat Kai, Krystal, dan Tasya tertawa tiba-tiba. "Iyalah, muka tanpa ekspresi, nggak romantis, mana ada wanita yang mau abang nikahi" cibir Tasya masih dengan tawanya. "Tasya, nggak boleh gitu sama Abang" kata Kai memberi arahan putrinya. "Ih, beneran loh yah. Abang tuh emang nggak ada romantisnya, udah bisa kebayang di kepala Tasya kalau waktu Abang bicara mau tanggung jawab" kata Tasya lagi. "Sekarang kamu telpon Alisya, tanyain berapa lingkar jari manisnya, biar nanti ayah yang siapin cincinnya" kata Kai menginterupsi putranya. "Nanti bisa di ganti waktu nikah yah, sementara ini pakai cincin ini dulu" kata Gerald menolak usulan ayahnya. "Jadi kamu udah buat janji? Jam berapa?" Tanya Krystal lagi. "Setengah tujuh, malam ini" jawab Gerald berhasil membuat bundanya mengumpat. Salahkan saja putranya, ini sudah jam 6, tinggal 30 menit? Demi Tuhan 30 menit? "Kenapa baru bilang, cepat sana ganti baju, jangan buat Alisya makin ragu buat jadi istri kamu" kata Krystal memarahi putranya. **** Berbeda dengan Alisya yang kini tengah berdiri di depan kakak dan kakak iparnya dengan gugup. "Jadi sebenarnya siapa yang mau datang? Dan alasan apa mereka datang?" Tanya kakak Alisya dengan tatapan penuh selidik ke arah Alisya. "Bos di kantor kak" jawab Alisya membuat kakaknya melotot tak percaya. "Kamu buat ulah lagi?" Tanya kakak Alisya dengan panik. "Bukan, bos Alisya mau lamar Alisya kak" jawab Alisya berhasil membuat kakak dan kakak iparnya tersedak air liurnya sendiri. Suara tawa yang menggema membuat Alisya menghela nafasnya kesal, tadi saat masih di kantor Alisya tidak bisa menghubungi kakaknya untuk memberitahukan semuanya, jadi tadi setelah pulang dia segera ke rumah kakaknya, namun ternyata kakaknya dan iparnya pulang telat, membuat Alisya hanya bisa menunggu, dan saat waktunya mepet keduanya pun pulang, tapi setelah memberitahu kebenarannya kakak dan kakak iparnya malah menertawai dirinya dengan begitu puas. "Kak, Alisya benar-benar nggak bohong, setengah jam lagi mereka bakalan datang, waktu kita cuma sebentar untuk membuat beberapa hidangan untuk menyambut kedatangan mereka" kata Alisya lagi membuat kakaknya menghentikan tawanya. "Lisya, kakak bukannya nggak mau percaya, tapi kamu kayaknya benar-benar kebanyakan nonton drama tau nggak, kakak tahu kalau cerita seperti ini banyak terjadi, di mana bos perusahaan besar menikahi sekretarisnya karena sang sekretaris hamil duluan, jadi sekarang kamu jangan mengada-ada oke? Bangun dan jalani hidup kamu dengan baik." Kata kakak Alisya membuat Alisya diam dan menghela nafasnya berat. Ia tahu akan seperti ini. Ia benar-benar ingin marah pada direkturnya, bukankah tadi dirinya sudah menolak pertanggungjawaban nya? Kenapa masih memaksa dan membuatnya terjebak seperti ini?. Suara ketukan pintu membuat Alisya melihat jam yang melingkar di lengannya, ia menghela nafasnya pasrah, ia benar-benar gagal meyakinkan kakak dan kakak iparnya. Ia hanya berdo'a jika yang datang bukanlah direkturnya. Alisya menatap kearah kalanya yang berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu itu, berbeda dengan Alisya yang langsung mendudukkan pantatnya di sofa yang ada di ruang tamu, menatap iparnya yang sibuk menyaksikan acara tv kesayangannya dengan baju kerja yang masih melekat di tubuhnya. Tak berbeda jauh dengan dirinya yang juga tak sempat mengganti baju kerjanya. "Maaf, mencari siapa ya?" Suara Kakaknya yang bertanya di luar membuat Alisya menoleh, menguping pembicaraan itu dengan penuh kewaspadaannya. Blarrr. Suara bantingan pintu membuat Alisya berdiri dan menatap kearah kakaknya yang tengah lari terbirit-b***t untuk menghampirinya. Memegang bahunya dengan cengkraman erat. "Ada apa sih yang?" Pertanyaan itu dari kakak iparnya yang juga ikut-ikutan panik karena melihat ekspresi kakaknya yang seperti itu. "Di luar," kata kakak Alisya terbata-bata. "Kenapa kamu nggak ngasih tahu kakak kalau direkturku itu datang?" Tanya kakak Alisya berhasil membuat Alisya ingin sekali menangis. Alisya menjatuhkan tubuhnya, dan mendudukkan dirinya di sofa dengan perasaan campur aduk, ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa, ia merasa tertekan luar biasa. Tok tok tok. Suara ketukan pintu kembali terdengar, membuat ketiganya saling tatap. "APA YANG KAMU LAKUKAN? CEPAT PERGI BELI SESUATU LEWAT PINTU BELAKANG" teriak kakak Alisya pada suaminya, membuat kakak iparnya pun segera bangkit dan memakai sepatunya dengan tergesa. "Sya, kamu yang buka pintu, kakak mau ganti baju dulu" kata kakaknya seraya berlari menuju kamar. Alisya menghela nafasnya kasar, kacau sudah. **** Di luar rumah Tasya terus saja bertanya apakah kita salah rumah? Dan lain sebagainya membuat Gerald merasa risih. Ia juga tak tahu apa ini benar rumahnya atau tidak. Yang lebih tak masuk akal lagi, kenapa wanita yang membuka pintu itu kembali masuk tanpa menjawab pertanyaannya? Kalau memang salah kan dia bisa pergi dan mencari rumah yang tepat. Gerald hanya diam saat mama, papa, serta adiknya menatapnya dengan penuh intimidasi, membuat Gerald gemas sendiri melihatnya. Ia kan juga tidak tahu. "Ini benar rumahnya nggak sih Ger, jangan main-main bisa nggak?" Pertanyaan bundanya membuat Gerald memijit pelipisnya pelan, mendongak menatap kearah bundanya yang tengah melihatnya dengan ekspresi kesal. "Jangan bilang ini prank ya?" Desis Tasya membuat Gerald menendang adiknya pelan. Benar-benar sial. Gerald menoleh ke belakang, menatap kakek dan neneknya yang juga ikut serta, ia menghela nafasnya pelan seraya berjalan menghampiri kakek neneknya. "Kakek sama nenek bisa nunggu di mobil kalau capek" kata Gerald penuh perhatian, membuat Krystal kesal pada putranya. Memangnya dirinya nggak capek? Berdiri di atas rerumputan yang membuat hellsnya tidak dapat berdiri dengan tegak, membuatnya berkali-kali berganti tempat untuk menstabilkan pijakannya. Gerald meraih ponselnya, menghubungi ponsel Alisya dengan ekspresi datar, ia benar-benar tak bisa bertoleransi dengan keterlambatan. Melupakan jika dirinya datang untuk melamar bukan untuk bekerja. "Rumah kakak kamu yang mana sih Sya? Ini saya di depan rumah alamat yang kamu kirim tapi nggak di buka-buka, ini udah lewat 15 menit dari waktu yang sudah saya katakan, kamu nggak lupa kan kalau saya nggak bisa mentoleransi ketelatan?" Krystal dan Tasya melotot tak percaya mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Gerald, bagaimana mungkin laki-laki itu mengatakan hal seperti itu di saat seperti ini. Buk. "Awwww" Gerald mendesis pelan, menatap kearah bundanya yang baru saja menendang dirinya dengan keras,  membuat dirinya mengasuh kesakitan karenanya. "Itu kamu bego atau gimana sih? Ini kamu datang melamar bukan bekerja, bagaimana bisa kamu bicara seperti itu pada calon tunangan mu? Kamu ada niatan buat nikahi dia atau enggak sih?" Marah Krystal membuat Gerald meringis pelan, ia melupakan itu semua. "Benar-benar tak tertolong" desis Tasya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya, membuat Gerald semakin terpojok dengan keadaannya. Berbeda dengan Kai yang hanya menatap putranya sendu, putranya benar-benar buta soal asmara. Suara pintu terbuka membuat semua orang menoleh, Gerald menatap kearah Alisya dengan malu, berbeda dengan Alisya yang kini tengah gemetaran setelah mendapat telpon dari pak bosnya itu. "Maaf menunggu lama, silakan masuk" kata Alisya ramah, mempersilahkan semua rombongan yang di bawa bosnya untuk masuk ke dalam rumah kakaknya. "Maaf rumahnya kecil," kata Alisya lagi seraya berjalan terlebih dahulu untuk membimbing langkah mereka ke ruang tamu. Alisya melotot saat melihat kaos kaki milik kakak iparnya masih ada di ruang tamu, membuatnya berlari untuk mengambilnya dan menyimpannya di tempat yang tak terlihat. "Kan udah di bilangin, jangan lari-lari" suara bariton dari Gerald membuat semua orang menoleh ke arah Gerald dengan tatapan tak percaya, berbeda dengan Alisya yang hanya menunduk takut, ia lupa. "Kak, kamu beneran mau nikah sama dia?" Tanya Tasya pada Alisya seraya menunjuk kakaknya tanpa ragu. Krystal pun ikut mengangguk setuju dengan pertanyaan putrinya, putranya itu benar-benar tidak punya akhlak dalam bertamu untuk melamar. "Sebenarnya saya juga nggak yakin, dari awal saya sudah menolak, tapi pak Gerald memaksa untuk bertanggungjawab" jawab Alisya berhasil membuat Gerald melotot tak percaya mendengarnya. "Kan tadi kamu sudah setuju kenapa jadi nggak yakin?" Tanya Gerald membantah jawaban Alisya. Awww. Gerald kembali mengaduh kala kali ini kakinya di tendang oleh ayahnya, benar-benar sial. "Ah, ada tamu" Suara kakak Alisya menggema, memecah keheningan yang ada. "What the f*ck" maki Tasya dalam hati saat melihat wanita yang bersuara tadi adalah wanita pertama yang membuka pintu lalu langsung menutupnya dengan keras tanpa menjawab pertanyaan abangnya. Tbc.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Husband My CEO (Completed) - (Bahasa Indonesia)

read
2.2M
bc

Penjara Hati Sang CEO

read
7.1M
bc

Rujuk

read
908.8K
bc

Marriage Not Dating

read
549.7K
bc

Pengantin Pengganti

read
1.4M
bc

LOVE ME

read
769.5K
bc

AHSAN (Terpaksa Menikah)

read
304.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook