[1] 000001: Kelas Pertama

1293 Words
“Tuhan tidak pernah tidur. Namun, mahasiswa itu hobinya tidur.” Laki-laki yang aku yakin usianya belum mencapai kepala lima itu memulai pembelajaran pertamanya dengan kalimat itu. Beberapa mahasiswa yang duduk di barisan tengah terlihat segera terbangun dari tidur lelap mereka mendengar kalimat itu. Aku yang masih menyelesaikan novel yang k*****a pun terpaksa menutupnya. “Sudah puas nina bobo di pagi harinya?” tanya beliau seraya menghapus papan tulis. Aku hanya melihat ke arah papan tulis, mengacuhkan kalimat itu. Namun, netraku menangkap jelas beberapa mahasiswa yang cukup tersinggung dengan gaya bicara laki-laki itu. Sayangnya, suara mereka bungkam. “Baiklah. Karena sudah bangun, kita kenalan,” komentar beliau seraya menuliskan nama beliau di papan tulis. Bayu Ayyubi. Itu nama yang beliau tuliskan. “Gampang kan nama saya? Dan keknya jelas ya kalau bakal ngajarin apa saya ini?” ucap beliau dengan nada bertanya. Aku menatap beliau tajam, sementara laptop yang ada di mejaku sepertinya cukup untuk menjelaskan kuliah apa di sini. “Ini gak ada yang tahu?” tanya beliau lagi, “tidur semua ta?” “Mata Kuliah Dasar Pemograman, Pak Bayu,” jawab seorang mahasiswi berkerudung pink yang duduk di barisan depan. Pak Bayu tersenyum. “Wah, ada yang pita suaranya jalan di kelas ini ternyata. Benar Nak, kita akan belajar kelas Dasar Pemograman. Oke. Langsung saja ke kontrak kuliah. Oh tunggu, ini pada tahu nggak kontrak kuliah itu apa?” tanya Pak Bayu lagi. Aku mencium aroma sarkastik di nada kalimatnya. Kontrak kuliah adalah sebuah kontrak yang disampaikan oleh dosen kepada mahasiswa di awal kuliah. Dalam kontrak kuliah, semua peraturan yang disepakati oleh dosen dan mahasiswa akan ditulis dengan jelas di kertas dan ditandatangani oleh perwakilan mahasiswa, yang disebut komting atau komandan tingkat, dan dosen pengajar yang bersangkutan. “Waduh, tidur semua pas perkenalan kehidupan kampus. Ah sudahlah, balik SMA saja kalian semua!” komentar beliau lagi. Apakah dosen ini memang selalu demikian? Mahasiswa laki-laki itu menjawab dengan penjelasan yang aku berikan di benakku sebelumnya. Ah, nama mahasiswi itu saja aku juga masih tidak tahu. “Ngomong dong dari tadi, kan jelas kamu punya pita suara. Oh tunggu, kamu doang yang punya pita suara?” tanya beliau setelah aku membacakan tentang kontrak kuliah. Hening. “Ok. Kamu komting.” Dan begitu saja beliau menunjuk dia sebagai komandan tingkat. Wanita itu tampak terkejut dengan kalimat sang dosen. “Tapi ... Pak-” “Saya perempuan gitu maksudmu? Saya gak peduli kamu cewek atau cowok. Kamu tuh bakal hidup di masyarakat nanti. Kalau kalian mau ikut patriarki silahkan, tapi kalau sama saya kalian semua sama! Sama-sama mahasiswa, sama-sama belajar!” bantah Pak Bayu yang membuat wanita itu merunduk. “Jadi gini deh, sebelum bahas kontrak mengontrak. Kalian harus tahu satu hal kalau di kelas saya. Saya itu keras. Kalian gak bakal ketemu seperti saya di kelas lain. Kalau mau bertahan di kelas saya, kalian harus berjuang. Saya gak segan-segan buat kasih nilai D dan E kalau kalian gak mampu!” tegas Pak Bayu. Aku menaikkan sebelah alisku, penasaran. Tidak segan-segan katanya? Apakah beliau mungkin dosen yang menarik di kampus ini? Bisa menjadi bahan diskusi kemudian hari bagiku yang tidak terlalu suka bersosialisasi ini. “Saya juga ingatkan satu hal wahai kalian para maba. Kuliah itu adalah replika kehidupan! Kampus ini, bisa dibilang sebuah miniatur daripada kehidupan bermasyarakat. Ada banyak orang di dalamnya. Ada yang baik. Ada yang jahat. Ada yang sok baik pula. Ada banyak kisah dalam kehidupan kampus. Kalau mau bertahan di kampus ini, kalian harus bisa bermain dalam peran bermasyarakat kalian di sini!” lanjut beliau lagi. Beliau lalu menuliskan sesuatu di papan tulis. 40% Kuis Harian 30% ETS 30% EAS “Dibaca, dipahami, dan dikerjakan. Kalian mau bertahan? Jangan malas di kelas saya! Tewas kalian! Sekarang, kuis pertama!” titah beliau yang mengejutkan para penghuni kelas, termasuk diriku. Gila! Baru masuk kuliah dikasih kuis. “Buat sekumpulan perintah untuk mencetak angka dari 1 sampai 500! Pakai kalimat, bukan kode! Kertas robek dari buku kalian cukup ukuran kecil seperti ini! Nama NIM sebelum jawaban!” Beliau menuliskan di papan tulis maksud angka yang dicetak. Aku memperhatikan dengan seksama. 1 2 3 4 5 6 7 8 ... 500 Itu pertanyaannya? Serius ini dosen? Aku memperhatikan kertas di tangan beliau dan merobek buku tulisku untuk membuat kertas kecil itu. “Maaf, itu soalnya Pak?” tanya salah satu mahasiswa yang ada di kelas itu. “Tuh punya pita suara. Ngomongnya jangan pas udah dapat soal!” hardik beliau, “open all, mau cari di internet gak ada yang larang. Waktunya lima menit!” Perintah mencetak dari angka 1 sampai 500? Kalau malas tinggal cetak semua di baris yang sama. Ngapain- oh. Begitu ya. “Sesingkat mungkin ya?” gumamku. Menarik. Mungkin orang berpikir cukup tulis cetak 1 cetak 2 dan seterusnya sampai sepuluh. Aku yakin bukan itu yang beliau inginkan. Aku tersenyum dan menuliskan jawabanku. “Kumpulkan!” Tepat dengan huruf terakhir. Aku segera berdiri dari tempatku dan berjalan mengumpulkan jawabanku. Mahasiswa lainnya juga tergupuh-gupuh mengumpulkan jawaban mereka. Beliau membaca dan memilah kertas itu menjadi beberapa kelompok. “Serius ini yang mereka sebut ‘lulusan terbaik bangsa’?” tanya beliau seraya mengangkat satu kumpulan terbesar dari kertas itu. Beliau menggelengkan kepala beliau. “Mending balik SD saja. Ayolah. Masa kalian nulisnya begini!” Cetak 1 2 3 4 5 6 7 8 ... 500 “Sok pintar kalian! Ini namanya bilang kalo aku itu dosen g****k! Aku tuh baca jawaban kalian satu-satu! Kalau gini kalian mau jadi engineer? Parah! Kerja ga becus namanya!” Satu hal yang aku simpulkan dari sikap beliau, beliau tidak seperti kebanyakan dosen yang aku baca di cerita-cerita. Beliau atipikal untuk seorang dosen. Galak, suka sarkas, dan menjengkelkan bagi mahasiswa yang tidak sejalan dengan idealisme beliau. “Gini aja sudah kopas papan tulis. Gimana nanti coba, kopas kode?” keluh beliau. Beliau pun langsung merobek semua kertas itu dan membuangnya di bak sampah dekat meja dosen. Gila! “Sudah. Kita mulai pembelajaran hari ini. Kita mulai dari tingkat dasar dulu. Kalian tahu nggak resep?” tanya beliau kepada kami. “Tahu nggak?” tanya beliau kala kami tidak menjawab. “Tahu Pak!” jawab kami serentak. “Ngeprogram itu seperti bikin resep. Kalian harus mikirin dari bahan sampai cara masaknya. Program nanti juga gitu. Kalian harus mikir dari datanya apa sampai perintahnya apa,” komentar beliau menjelaskan. Analogi yang menarik. Beliau pun mulai menjelaskan tentang pemograman dengan berlandaskan pada analogi itu. Tidak ada powerpoint, hanya penjelasan lisan dan corat-coret papan tulis. Bicara tentang atipikal, dosen sepengetahuanku suka presentasi dengan powerpoint, jelas sekali beliau atipikal. Soal atipikal, Atipikal adalah tidak merepresentasikan grup, golongan, ataupun kelas yang seharusnya dia representasikan. “Baiklah. Tugas kalian buat pekan depan adalah cari tahu tentang bahan membuat telur dadar sederhana. Selain itu, saya kasih tugas bonus juga cari tahu apa hubungan kuliah dan kehidupan. Saya akhiri kelas hari ini. Komting temui saya di ruang dosen. Selamat siang!” ucap beliau menutup kelas setelah kuliah panjang, tanpa memberi kami kesempatan untuk bertanya terkait tugas beliau. Waktu menunjukkan 10:35 saat beliau keluar dari luar ruangan. Kelas terlihat tenang sampai tubuh Pak Bayu menghilang dari garis netra para mahasiswa. “Gila! Tugas macam apa itu?” keluh mahasiswa yang duduk di sampingku. Rekan yang duduk di depannya berbalik menghadap mahasiswa itu. “Kan gak disuruh kerjain. Gak perlu dikerjain kalo gitu,” komentarnya. Aku hanya mendengarkan percakapan mereka dan memutuskan untuk berlalu. Karena tidak ada yang perlu aku lakukan di kampus sampai jam 3 sore nanti, aku memutuskan untuk kembali ke apartemen. Namun, sepanjang perjalanan kembali ke parkiran, aku hanya bisa memikirkan tugas Pak Bayu. Apa hubungan bahan membuat telur dadar dan pemograman sih? Apa hubungan kuliah dan kehidupan dengan pemograman sih? Ini akan jadi satu perkuliahan yang menarik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD