bc

AKU INGIN CERAI

book_age16+
3
FOLLOW
1K
READ
HE
arranged marriage
kickass heroine
confident
heir/heiress
tragedy
bxg
like
intro-logo
Blurb

Setelah 3 tahun menikah, Fahra tidak bisa membuat suaminya jatuh cinta. Awalnya dia sangat optimis bisa membuat sang suami jatuh hati, tapi itu tidak berarti apa pun di mata Ragas.

Sekeras apa pun Fahra berjuang, maka dia terhempas lebih keras lagi pada dasar neraka.

Ragas menikah dengannya karena perjodohan, pria itu bahkan tidak menolak mentah-mentah keinginan orang tua mereka dulu.

Sementara Fahra. Karena lama memendam perasaan pada Ragas, dia sangat yakin dengan pernikahannya. Wanita itu jelas sangat tahu jika Ragas tak akan mencintainya, pria tampan dengan tatapan mata tajam tersebut hanya mencintai satu orang saja.

chap-preview
Free preview
PERGILAH BERLIBUR
Sudah seminggu ini Fahra berwajah muram, tatap matanya juga sedikit tidak bersahabat saat bertemu di meja makan dengan suaminya. Dia sangat kesal pada kabar yang ada di internet, hatinya mendadak tidak tenang karena hal tersebut. Bagaimana tidak. Kabar itu mengatakan jika Alisya akan kembali ke Jayakarta dalam waktu dekat, artis yang sudah lama tinggal di luar negeri dengan alasan menempuh pendidikan segera pulang dan melanjutkan kariernya. “Jadi apa yang mau kau bicarakan?” Ragas menatap Fahra, tangannya meletakkan cangkir sedikit kasar di atas meja. “Kau membuang waktu jika hanya diam. Aku tidak punya banyak kesempatan untuk duduk dan bersantai." Mendengar ocehan sang suami, Fahra langsung mencibir, “Kau bahkan punya waktu mengirim pesan padanya. Sedangkan bicara denganku saja tidak ada waktu. Cih ... siapa istrimu?” Ragastira Kusuma hanya menghela napas, menatap Fahra dingin. “Kau berencana kembali pada mantan kekasihmu itu, bukan? Jika tidak keberatan, sebaiknya kita bercerai hari ini.” Merasa ocehan Fahra tidak penting, Ragas lekas berdiri. Iya melirik Raditya yang berdiri tidak begitu jauh darinya. “Pak Ragas, ada yang bisa saya bantu?” Raditya tahu jika Ragas ingin dia melakukan sesuatu. Pria itu menghampiri sang atasan, dan menunggu perintah. “Siapkan mobil, kita berangkat.” Setelah ucapannya, Ragas langsung meninggalkan meja makan. Mengabaikan Fahra yang masih menatapnya kesal. Raditya tidak membantah, dia berjalan mengikuti Ragas. Sebagai sekretaris pribadi, Raditya merasa peran yang diberikan Ragas padanya lebih daripada itu. “Ragas!” Fahra tak puas, ia dengan cepat menyusul suaminya. Tapi sayang, Ragas juga tidak peduli pada panggilan Fahra. Pria itu malah langsung masuk ke dalam mobil, dan memerintahkan sopir untuk pergi dengan cepat. “Ragas! Heiii ... dengarkan aku dulu! Kau tak bisa mengabaikan ini! Ragas!” Wajah Fahra memerah, menahan emosi yang ada di ubun-ubunnya memang sesuatu yang sangat sulit. Pria itu mengabaikannya! Bukankah seharusnya senang dia bersedia bercerai? “Nyonya, ada telepon untuk Anda.” Fahra yang mendengar ada telepon untuknya lekas menatap, ia meraih telepon tersebut dan menjawabnya. “Halo?” Suaranya ketus. “Fahra sayang, ada apa denganmu pagi ini? Apa Ragas membuatmu kesal?” Yang menelepon adalah Nyonya Kusuma, mertuanya. Fahra melotot pada pembantu yang ada di dekatnya, menyalahkan pembantu itu kenapa tidak memberitahu jika yang menelepon adalah mertuanya. “Katakan pada Ibu, Nak.” “Tidak Ibu, aku tidak bertengkar dengan Ragas.” Fahra menarik napas, mencoba tersenyum. “Aku kesal pada teman arisanku. Mereka mengajakku berlibur.” Itu memang alasan yang sungguh tidak masuk akal. Tapi ... Fahra bisa apa? Dia tidak pandai berbohong, tapi juga tidak berani mengatakan jika yang menyulut kekesalannya adalah sang suami. “Kau kesal karena diajak berlibur? Bagian apa yang menyebalkan dari hal itu?” Fahra memutar otaknya. Dia menelan ludah setelah memikirkan jawaban yang ada di benaknya beberapa detik lalu. Apa harus ia katakan? “Mereka hanya mengajak liburan, bukan?” tanya Nyonya Kusuma lagi. “Mereka mengajak suaminya, dan Ibu tahu jika Ragas tidak bisa seenaknya pergi karena bekerja. Yah, aku tahu dia bosnya, tapi dia tak bisa seenaknya juga, bukan?” “Hahaha ... Fahra sayang, kenapa kau harus marah. Katakan pada Ragas, dia akan melakukannya dengan baik. Masalah perusahaan, bukankah Ibu dan Ayah bisa menanganinya sementara? Kalian anggap saja ini Bukan Madu.” “Tapi ... aku memang tidak berniat pergi libur, Ibu.” Fahra melangkah ke ruang tamu, dia duduk sambil menggigit kuku karena sangat gugup. “Sudah ... persiapkan semua keperluan kalian. Ibu akan mengatakan pada Ragas, kau hanya perlu mengurus tiket dan berangkat saja. Hubungi temanmu, katakan Ragas akan menemanimu juga.” Fahra tak sempat menjawab, panggilan telepon langsung dimatikan secara sepihak. “Matilah aku! Ini memalukan.” ... Ragas baru saja tiba di kantor, ia langsung masuk ke ruangannya dan duduk sambil memeriksa dokumen. Sementara Raditya mengatur beberapa pertemuan bisnis hari ini dengan tenang. Tok ... Tok ... Tok ... Raditya yang mendengar langsung melangkah ke arah pintu, ia membuka dan cukup kaget saat tamu di hadapannya mengulas senyum. “Selamat pagi Nyonya Kusuma. Silakan masuk,” ucapnya sopan. Ragas yang mendengar sang ibu datang langsung mengalihkan fokus. “Aku ingin bicara dengan Ragas, kau boleh keluar Raditya.” “Saya mengerti,” balas Raditya. Iya langsung undur diri dengan sopan, dan menutup pintu. “Ibu?” Nyonya Kusuma langsung duduk di sofa dekat jendela. “Raditya bekerja dengan baik, apa kau suka dengan sekretaris pilihan Ibu?” “Sebentar, aku akan meminta orang mengantarkan teh untuk Ibu. Kita bis-” “Tidak perlu, Ibu sudah minum teh di rumah.” Ragas menghampiri ibunya, duduk dengan tenang di depan wanita itu. “Tidak biasanya Ibu datang. Ada apa?” Nyonya Kusuma menghela napas. “Ibu melihat berita akhir-akhir ini. Alisya akan kembali ke Jayakarta, dan akan menempuh karier di sini.” Ragas tahu arah pembicaraan ini akan tidak baik. “Ibu tahu kau masih belum melupakannya. Ibu berharap jangan sampai hal ini mengganggu hubunganmu dan Fahra.” “Ibu, aku rasa tidak ada gunanya membahas hal ini. Apa Ibu datang karena ingin membicarakan ini saja? Jika demikian, aku tidak punya waktu lagi. Ada banyak pekerjaan, aku harap Ibu mengerti.” “Pergilah berlibur bersama Fahra.” Ragas lagi dan lagi harus menghela napasnya. “Anggap ini Bulan Madu kalian. Tiga tahun lalu kau bahkan tidak mengajaknya berlibur setelah pernikahan kalian,” ujar Nyonya Kusuma dengan wajah serius. “Dengar. Pagi ini Ibu menelepon ke rumahmu, dan Fahra sepertinya sedang sangat kesal. Dia memberikan alasan yang tak masuk akal saat Ibu menebak rasa kesalnya karenamu. Kau sudah menikah, jangan sampai mantan kekasih menjadi benalu dalam rumah tangga kalian berdua.” “Ibu ... aku dan Fahra baik-baik saja. Kami tidak memerlukan liburan, dan kembalinya Alisya tidak berpengaruh apa pun.” “Tapi kau masih mencinta jalang itu, kan?” Ragas diam, wajahnya memucat. Tebakan ibunya memang benar. Dia masih mencintai Alisya, dia masih berharap bisa menikahi wanita itu. “Jika pun kau menceraikan Fahra demi Alisya, Ibu dan Ayah tidak akan memberikan restu kepada kalian berdua!” Nyonya Kusuma langsung berdiri, wajahnya masam. “Ajak Fahra berlibur, masalah pekerjaan biar Ibu dan Ayah yang urus. Sesekali buatlah istrimu senang, jangan hanya membuat dia seperti tidak dianggap sama sekali. Jika ada kemungkinan, berikan kami berdua cucu. Dasar anak tidak berbakti!” “Bu ....” Ragas berupaya menolak. “Aku benar-benar belum punya waktu.” “Pulang! Hari ini juga kalian berangkat. Ibu yang akan mengurus semua pekerjaan, kau pikir Ibu dan Ayah tidak mampu? Sebelum kau bekerja di sini, kami yang bekerja. Jangan banyak alasan, pergi sekarang juga!”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The CEO's Little Wife

read
629.8K
bc

After That Night

read
9.0K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
8.9K
bc

Revenge

read
17.8K
bc

BELENGGU

read
65.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
55.4K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.7K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook