Prolog

495 Words
. "Papa dan Mama pasti seneng denger kabar ini, Dee..." katanya riang. "Ya, pasti seneng banget." Keduanya antusias sekali untuk segera mengabarkan berita bahagia tersebut. Terbayang betapa kebahagiaan terpencar di kedua mata orangtuanya. Dee mengerjap senang membayangkan hal itu. Lelaki itu mengusak rambut Dee yang sebelumnya mengecup manis bibir sang istri. "Bersamamu Dee, dan dia... Aku pengen kita ngabisin waktu bersama, lengkap deh rasanya!" Arres masih saja terus berceloteh. Dee berdecak kesal,,"Iya, iya... Yang calon Papa muda," "Nggak ah, manggil yang lain. Kita manggil ortu kita Mama Papa. Bosen. Ibu sama Bapak, gimana?" Arres menoleh ke arah Dee. "Kok Ibu dan Bapak sih? Kaku banget, Res!" cebik Dee. "Trus apaan dong? Mimi Pipi? Ihh... Dengernya juga gimanaaaa... gitu. Geliii," Dee tergelak. Raut sang suami tadi yang dirasanya menggelikan. Mereka baru pulang dari Jepang dan sengaja memberi kejutan bagi keluarga besar tercinta. Mereka tidak memberitahu kabar kepulangan mereka kembali ke Indonesia. Terlebih ada kabar gembira yang ingin mereka sampaikan pada dua keluarga besar mereka nanti. Dee meraba dan mengelus perutnya yang masih rata itu. Senyum senantiasa tersungging di bibirnya "Sahabatmu masih sendiri aja, Dee? Kasian banget, jomblo mulu." Dee menoleh,"Juna?" Ya, Juna. Arjuna Arzea. Sahabat yang paling ceriwis. "Tapi aku seneng kamu ada diantara mereka. Aku percaya Juna maupun Utara bisa jagain kalian selama aku pergi nanti," ujar Arres. "Dari nyampe bandara kamu ngomongin soal, pergi mulu. Emang mau kemana sih?" delik Dee. "Urusan aku di Jepang kan emang belum kelar, Dee." Bibirnya mengerucut kesal,"Jadi kamu di sini cuma empat harian? Dih! Nggak jelas. Jadi buat apa kita pulang? Udah aja kita cuma telpon Mama. Beres." Arres menggeleng,"Mamamu sama Mamaku itu sama, beliau pasti pengennya kamu di rawat di rumah. Ada yang liatin, ada yang ngurus. Gitu maksudnya," "Res..." "Apa?" Arres paham, dia lalu mengelus perut Dee. Mengecup jemari lentik Dee. "Buat sekedar nyalurin hobi kamu bikin audio book, udah aja diperjelas. Nanti aku minta tolong sama Mas Eru deh," Tapi Dee masih diam menanggapi ide Arres. "Hei, kenapa sih? Cuma bentaran doang Dee aku di Jepang. Palingan setengah tahun," tolehnya. “Tapi tetap aja aku ditinggalin kan?” Tak lama ponsel Arres berdering. Dahinya berkerut, dia menepikan mobilnya. “Dee, kamu dulu yang nyetir ya? Ini dari Feri,” “Oh, oke.” Dee tahu kalau urusan dengan Feri akan berujung serius. Arres tak mungkin menelpon sambil menyetir. Feri yang mewakili Arres di perusahaannya. Perusahaan kecil-kecilan Arres yang yang ia bangun bersama beberapa temannya, termasuk ada Darrel di dalamnya ikut berkontribusi. Dee semakin kangen untuk pulang agar bertemu dengan kakaknya itu. Makanya Dee pun pindah dan mengambil alih stir sedangkan Arres menelpon. Dee sempat mencuri dengar pembicaraan mereka yang nampaknya serius. Dee tak banyak bertanya, toh nanti Arres juga akan bercerita padanya. Entah Dee yang terlalu fokus atau memang fokusnya terpecah karena ia mendengar Arres menyebut satu nama yang familiar di rungunya tapi belum pernah Dee temui secara langsung itu. Hingga... "DEE!! AWASSS!!" WUSH! BHAM "Dee! Pegangan Dee!!" BHAKK!! "AAAHHHH!!" "...Dee, aku mencintaimu...." ... Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD