Prolog | Story Of Alana

622 Words
11 Juni 2032       Hari ini tepat tiga tahun Alana dan ibunya, Blanca Gibson, tinggal di Bali, Indonesia. Namun, karena jadwal Blanca yang sangat sibuk setiap hari, hal itu membuat mereka tidak terlalu mengenal Bali dan kota lainnya yang ada di Indonesia dengan baik. Di Indonesia tidak hanya ada mereka berdua saja. Di sana ada juga Max, kakak kandung Alana.  Hanya saja pria itu tinggal di  Jakarta. Ya, kalian tahu sendiri itu kota yang sangat sibuk, kan?     Selama tinggal di Indonesia, Alana maupun sang ibu belum pernah mengunjungi kota lainnya termasuk Jakarta, tempat Max tinggal saat ini. Pria itulah yang selalu datang mengunjungi mereka di Bali. Sayangnya, Max sedang sibuk belakangan ini hingga membuatnya sudah enam bulan lebih belum mengunjungi adik dan ibu tersayangnya di Bali. Ohhh, Alana sangat merindukan Max, sungguh.     Dan, Yeah!     Akhirnya hari ini Alana memutuskan untuk menemui Max sendirian dengan bermodal kenekatan dan keberanian yang ia miliki. Alana pergi ke Jakarta tanpa memberitahu Max. Ya, hitung-hitung ingin memberi Max sedikit kejutan.     "Alanaaa... Cepat! Nanti kita telat ke bandara!" teriak Blanca membuyarkan lamunan Alana. .     "Iya, Mom. Aku sudah siap!" jawab Alana, memperhatikan bayangannya di cermin.     Jaket kulit hitam, celana jeans, sepatu, tas dan kacamata. Perfect! Alana terlihat begitu modis menggunakan mereka semua.     "Mommy tunggu di depan!" teriak Blanca lagi.     "Okay, Mom."         "Mom, Max akan sedih jika tahu cuma diriku yang datang menemuinya," ucap Alana dengan sedih. Jujur, ia ingin sekali sang ibu menemaninya menemui Max. Tapi, apa daya. Blanca terlalu mencintai pekerjaannya.     "I'm sorry, dear! Mommy sangat ingin menemanimu. Oh, God! Mommy bahkan sangat merindukan Max. Tapi, kau tahu sendiri. Mommy satu minggu lagi harus kembali ke New York sehingga mau tidak mau pekerjaan di sini harus secepatnya diselesaikan," Jelas Blanca, memancarkan gurat kesedihan di wajahnya.     "It’s okay, Mom. I know. Ku rasa Max juga pasti akan memakluminya. Enam hari lagi aku akan kembali ke sini dan kita sama-sama kembali ke New York."     Ya, satu minggu lagi mereka harus kembali ke New York karena sudah tiga tahun lamanya mereka tidak bertemu secara langsung dengan Mark Gibson, sang kepala keluarga. Kendati begitu, mereka tidak pernah sekalipun putus berkomunikasi. Teknologi yang sudah begitu maju, sehingga apa pun dapat memudahkan mereka berkomunikasi entah melalui w******p, Line bahkan sampai Skype. Bahkan akhir-akhir ini, Mark sudah meneror Blanca dan juga Alana untuk kembali dan menetap di New York. Sang kepala keluarga itu juga menyuruh Blanca meninggalkan pekerjaannya dan ia mempercayakan orang kepercayaannya untuk mengerjakan semua urusan sang istri.     Mau tidak mau karena rasa sayang dan rindu pada Mark yang begitu besar, akhirnya dengan sedikit berat hati Blanca pun akhirnya menyetujui permintaan Mark. Sedangkan, Alana hanya menurut saja dengan keputusan sang ibu. Karena memang dari dulu, hanya Alana sajalah yang selalu setia menemani Blanca ketika bepergian ke luar New York. Tapi, sebelum kembali, Alana memiliki tekad untuk menemui Max.     "See you, my little girl," ucap Blanca sambil memeluk Alana dengan erat.     "Mom, apa kau lupa jika anakmu ini sudah dewasa? Jangan terlalu mengkhawatirkan aku, Mom. Okay?" bujuk Alana semakin mengeratkan pelukannya, "See you, Mom. Love you," ucapnya lagi.     Blanca melebarkan senyuman untuk sang putri dan berusaha menuruti kehendak Alana, "Baiklah. Sampaikan salam cinta dari Mommy untuk Max ya?"     "Tentu, pasti aku sampaikan, Mom!" jawab Alana sambil mengarahkan tangannya membentuk hormat.     Keduanya tertawa sebelum Blanca menyuruh Alana masuk ke dalam bandara, "Jangan lupa kabari Mommy jika kau sudah sampai di Jakarta!"     "Siap, Boss!"         Alana sedang duduk di ruang tunggu keberangkatan. Pada saat diumumkan jika penerbangan ke Jakarta sebentar lagi akan tiba, ia segera menuju gate yang disebutkan. Alana Gibson adalah tipikal orang yang sangat ceroboh. Terbukti karena terlalu antusias pergi ke Jakarta, gadis cantik itu hanya membawa koper dan ticketnya ke dalam pesawat. Ia melupakan tas hitam yang di bawanya. Padahal, di dalam tas itu berisikan dompet dan barang penting lainnya.     Alana bahkan benar-benar tidak mengingat sedikitpun perihal tas hitamnya, sebab pikirannya sedang berkeliaran memikirkan cara terbaik untuk memberi kejutan pada sang kakak. Dan setelah beberapa jam berlalu, sampailah dia di Jakarta. "Welcome to Jakarta!"  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD