Prolog

224 Words
"Apa kau bilang? Pengampunan?” Matanya nyalang, suara terdengar seperti cekikan tajam. Ia berdecih lalj tertawa remeh.   "Bahkan kematian takkan bisa menebus segala dosamu," ucapnya sarkastis. Sebuah benda berwarna silver senada dengan kilatannya yang sedari tadi bertengger di tangan, kini beralih ke lengan putih lelaki tersebut. Benda itu berhasil menyayat pemalut paling luar tubuh sang pria itu, meninggalkan beberapa bagian sayatan. Teriakannya lolos begitu saja membuat seringaian licik terpancar dari wajah sang pemegang pisau, tanpa rasa belas kasihan dia malah menumpahkan sebotol cairan yang siap merobek luka yang telah menganga. Bahkan kini lelaki itu tak mampu bersuara. Tentu sangat perih, tulang-tulangnya pun seperti siap meloncat dari tempatnya. Jika ada yang bisa menghilangkan rasa sakitnya maka itu hanya kematian saja. "Kau psikopat, lepaskan aku, Sialan!" Suara lelaki itu bergetar hebat, umpatan yang dia lontarkan menjadi titik kemarahan si empunya pisau. Raut wajahnya kini berubah seperti iblis yang siap mengoyak tubuh si lelaki, dengan sekali tusukan. Pisau itu tepat menancap di d**a sang lelaki, hingga dia benar-benar menjemput ajalnya. Senyum penuh kemenangan dan tatapannya yang begitu tajam pada tubuh kaku sang lelaki membuat siapa pun akan bergidik ngeri saat melihatnya, ekspresinya kembali datar saat mengeluarkan sesuatu di balik sakunya. "Selamat menikmati hidup barumu di neraka!" ejeknya. Dia menjatuhkan sebuah bunga tepat di atas tubuh lelaki itu kemudian hawa dingin dan gelapnya bangunan tua membuat sosoknya menghilang begitu saja.  Death Flower! Begitulah mereka menyebutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD