bc

Benih Sang Presdir

book_age18+
88
FOLLOW
1K
READ
one-night stand
HE
friends to lovers
kickass heroine
blue collar
drama
office/work place
like
intro-logo
Blurb

"Kamu hanya seharga 1 miliar, Jelita!"Label yang diberikan Wira, atasan Jelita, ketika ia akhirnya menerima pemberian, setelah kegadisan Jelita direnggut paksa, karena obat perangsang yang diberikan calon tunangan Wira, justru dilampiaskan pada pegawai wanitanya tersebut.Pada bulan berikutnya, Jelita menemukan dirinya telah mengandung anak dari Wira, atasan yang dikenal arogan dan tidak mencintainya.Jelita dan Wira sepakat tanda tangani surat kontrak pernikahan, tapi karena tak kuat hadapi hinaan dan perlakuan jahat Wira beserta keluarganya, Jelita memutuskan pergi menghilang, dan memulai hidup sendiri.Seiring waktu, Jelita menjadi pengusaha sukses, berkat jasa pria lain yang mencintainya, bernama Raka. Disaat rencana pernikahan sudah disepakati, Wira hadir kembali di kehidupan Jelita, dan berniat merebut hati Jelita dan putranya.Siapakah yang akan dipilih Jelita? Wira ataukah Raka? Jelita memilih memaafkan masa lalu, ataukah memulai masa depannya?

chap-preview
Free preview
Terenggut Paksa
“Argh … kenapa rasa panasnya nggak mau hilang juga?” Seorang pria bernama Wira Pratama sejak tadi terus mengeluh karena merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ya, sejak meminum minuman yang dipesan oleh Jessica–calon tunangannya, hasrat dalam dirinya seolah menguar hingga membuat kepalanya terasa sangat pusing dengan tubuh yang panas seperti butuh pelampiasan. Bahkan pria itu sempat tergoda saat melihat Jessica memakai dress dengan belahan d**a rendah, padahal sebelumnya hasrat itu sama sekali tidak pernah ada. Hal yang wajar karena Wira sebenarnya menentang perjodohan dengan wanita itu. Segala apa yang dilakukannya hanya sebatas keterpaksaan karena ancaman sang ayah yang tidak akan memberikan hak waris padanya. Di saat Wira masih terus berdiri di bawah pancuran shower berharap agar rasa panas di tubuhnya bisa mereda, tiba-tiba bunyi bel apartemennya terdengar. Pria itu pun keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan bathrobe yang menampilkan d**a bidangnya. “Jelita … untuk apa dia ke sini?” Wira melihat lewat view door saat sudah tiba di depan pintu sebelum membukanya. Wira membuka pintu dengan seribu tanya. Gadis muda dihadapannya langsung tertunduk, ketika kedua alisnya hampir tertaut, bahkan sebelum ajukan pertanyaan. "Ada perlu apa? Bagaimana kamu tahu rumahku?!" selidik Wira tajam. "Sa saya mau antarkan dokumen yang bapak minta," jawab Jelita gelagapan. Dihadapannya adalah orang nomor satu diperusahaan dan dikenal dingin. "Hah? Kenapa kamu yang antar?" Wira masih tunjukkan sikap curiga dan ucapan bernada tajam. "Bukannya Rama yang kuberi tugas?" "Tadi saya bertepatan masih lembur dikantor, dan Rama mendadak ada perlu yang nggak bisa ditinggal, Pak," bohong Jelita, menutupi hal sebenarnya. Jelita memang tengah lembur bersama dengan beberapa pegawai lain, tapi Rama sebenarnya sudah ada janji dengan kekasih, sekaligus sahabat Jelita, yaitu Vani. Jelita terpaksa membantu Rama bebas dari tugas, karena Wira secara mendadak menelpon dan memberikan perintah mengantar dokumen, dimana posisi Rama sudah berada ditengah suatu acara penting bersama Vani. Wira membuka lebih lebar pintu apartemen dengan tipe 2 kamar tidur dan berada di paling ujung lorong lantai 27. Salah satu unit eksklusif, bagian depan ruangan tangga darurat, dan tetangga Wira adalah warga negara asing yang sedang pulang ke negaranya. "Masuk," perintah Wira. "Letakkan saja diatas meja," sambungnya. "Baik, Pak." Jelita menuruti apa yang diperintahkan Wira, dan berniat pamitan. "Tugas saya sud--" "Minumlah dulu, sekalian buatkan untuk saya," perintah Wira selanjutnya, merasa iba pada Jelita yang baru saja lembur. "Ada jus jeruk kemasan didalam kulkas." Jelita menaruh tasnya dengan gugup, tak menyangkan akan perintah lanjutan Wira ini. Tapi, tak ada pilihan baginya selain menuruti. "Baik, Pak," sahutnya patuh, seraya menuju ke dapur. Tak diketahui Jelita, Wira sedang duduk gelisah disofa. Sudah dilepas dasi dan juga dua kancing bagian atas kemejanua, namun masih dirasakan rasa terbakar disekujur tubuhnya. Karena dorongan sesuatu yang tak dimengertinya ini, Wira spontan berdiri, lalu mendekati Jelita yang sedang menuangkan jus jeruk ke dalam gelas. Suara gemericik jus jeruk itu jadi penutup langkah Wira yang semakin mendekat pada Jelita. "Jelita," panggil Wira setelah berdehem sekali untuk memulai obrolan. Jelita berbalik cepat, karena terkejut setengah mati, dimana tiba-tiba Wira sudah dibelakang hampir tak berjarak dengannya. "I iya, Pak?" tanyanya kikuk. Kedua bola matanya mengarah pada tatapan Wira yang tajam, namun sendu dan dalam. Baru saja akan berlanjut berucap, bibir Jelita sudah tertutup dengan bibir Wira. Bahkan kini, kedua lengan kokohnya menelusup menyusuri pinggang ramping jelita, untuk direngkuh menyatu dalam pelukannya. Kedua tangan Jelita mencengkeram kemeja Wira. Awalnya Jelita berusaha berontak, tapi segala upayanya tak menemukan hasil, tenaga Wira terlalu kuat untuknya. "Jelita...kamu memang...cantik sekali...dan menggairahkan," sela Wira lirih dengan napas memburu, menyadari kalau ramainya chat group kantor, dimana para pegawai pria singlenya sering menggoda Jelita, memanglah benar adanya. "Pak...apa yang Anda laku.." Kembali ucapan Jelita terhenti, ketika Wira kembali menutup bibir ranum berlipstik merahnya dengan pagutan lebih panas dari sebelumnya. "Aku menginginkanmu, Jelita!" tandasnya, lalu menurunkan kedua tangannya untuk memangku Jelita berlanjut berdiri sampai menggendongnya sampai ke dalam kamar. "Tapi Pak..." "Aku yakin kamu pasti pernah melakukan ini sebelumnya. Kamu gadis cantik, mana mungkin ada pria yang akan bisa menahan diri." "Tapi, Pak. Saya ti..." Tak ada kesempatan bagi Jelita untuk berbicara, meski kelambu air di kedua matanya ini sudah berikan kilatan pertanda akan mulainya sebuah tangisan, namun bagi Wira, ekspresi Jelita ini justru terlihat semakin menggoda. Tubuh Jelita sudah tertindih, dua tangannya juga sudah berada di atas kepala dalam kuasa genggaman Wira. Cumbuan itu beralih dari kening, lalu turun ke setiap inci wajah cantik Jelita. Wira seolah tak ingin terlewat memberi tanda meski bibir Jelita sudah terlebih dahulu ia jelajah. Kobaran hasrat Wira semakin menyala, ketika gerak dan usaha Jelita untuk berontak, membuat pakaian pegawainya itu semakin terlihat berantakan, dan beberapa bagian sudah lebih menunjukkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tertutup. Secara tak sabaran, Wira lepas genggamannya pada tangan Jelita, berganti menanggalkan kemeja, lalu pada celananya. "Pak, saya mau pulang," rengek Jelita, tapi ditanggapi Wira dengan membuka secara paksa kemeja dan rok, lalu membuang secara sembarang di samping ranjang. "Kita bersenang-senang malam ini, Jelita!" tandas Wira tajam. Jelita yang sudah ikut tersulut gairah, hanya bisa pasrah dengan tiap sentuhan memabukkan Wira. Setiap inci kepemilikan yang dilakukan Wira dari wajahnya itu kini merambah pada tiap bagian intim tubuhnya. Meski diawal terasa kesulitan saat berusaha menghujamkan miliknya yang sudah perkasa tak terbendung, Wira justru semakin kuatkan tenaga untuk menghentak milik Jelita yang kini sudah terkoyak, seiring lenguhan panjang dan desahan kerasnya. "Pak Wira." Panggilan ini, serta ekspresi Jelita yang telah mencapai klimaksnya, semakin membuat Wira mengencangkan serangan, hingga tak lama setelahnya, mencapai ujung dari siksaan hasrat tak terbendung itu hanya jeda beberapa detik dari Jelita. "Tubuhmu nikmat sekali, Jelita," lirih Wira yang terbuai, sampai baru tersadar, dan kemudian menarik diri dari milik Jelita. Wira terbelalak kaget, saat mulai dilepaskan rengkuhannya dan cairan merah itu keluar, seiring hasil yang telah mereka buat berdua bersamaan tadi. "Jelita. Kamu...masih perawan?!" pekik Wira, antara terkejut dan takjub. Ternyata dirinya adalah pria pertama yang telah merenggut kegadisan sang bawahannya ini. Suara bel dipintu, alihkan perhatian Wira dari tangisan Jelita yang kembali pecah. "Segera pakai pakaianmu, dan pergi dari sini! Cepat!" perintah arogan Wira tanpa perasaan. Dalam tangis, Jelita menuruti, sesekali melirik takut-takut pada Wira yang berpakaian buru-buru, sambil beberapa kali mengumpat. "Sialan. Siapa itu yang datang!" "Pak," sela Jelita. "Bagaimana kalau..." "Diam!" balas Wira lantang. "Semua ini adalah kesalahanmu. Kenapa kamu datang disaat tak tepat, hah? Sekarang cepat pergi dari sini, dan lupakan kejadian malam ini. Ok!" Wira tak menggubris lagi perasaan hancur Jelita, tapi segera keluar kamar, untuk melihat siapa tamu yang datang dan telah menekan bel sampai berkali-kali. Derasnya tangis Jelita harus tertahan, ketika perintah bermuatan pengusiran dari Wira, ia sambut dengan langkah cepat ke arah ruang tamu, mengambil tas dan berniat pamitan, sampai pada sapaan Wira membuatnya tertegun. "Jessica? Apa maumu kesini?!" tanya Wira dingin. "Untuk menuntaskan kesenangan kita yang tertunda, dong." Calon tunangan pilihan kedua orang tua Wira bernama Jessica ini, kemudian memaksa masuk, namun saat mendapati seorang gadis tengah berdiri merunduk lesu diruang tamu, ia berbalik pada Wira, bertanya dengan nada tinggi diselipi amarah.h "Wira. Siapa gadis ini? Apa yang dia lakukan disini? Apa yang kalian lakukan? Cepat katakan!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.0M
bc

The Heartless Alpha

read
1.5M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
463.9K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
499.4K
bc

The Perfect Luna

read
4.0M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
602.9K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
465.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook