bc

Kala Cintamu Hadir Kembali

book_age18+
276
FOLLOW
2.4K
READ
family
HE
second chance
kicking
like
intro-logo
Blurb

Sudah dikhianati tapi tetap cinta itulah yang dirasakan Erika selama tiga tahun lebih. Setelah memutuskan pertunangan gara-gara memergoki Adit jalan menggandeng gadis lain di saat hari wisudanya tapi Erika tetap tidak bisa melupakan cinta pertamanya itu.

Dan ketika Adit hadir kembali hati yang yang sudah retak itu kembali porak poranda. Apalagi ketika Almira, wanita yang dulu merebut Adit darinya hadir lagi dan ingin merajut cinta kembali dengan Adit karena tidak mencintai suami hasil perjodohan orang tuanya.

Bagaimana cara Erika menyatukan kembali hatinya yang sudah hancur berkeping itu? Apakah ia akan menyambut kembali cinta yang ditawarkan Adit dan melupakan sakit hatinya atau menerima cinta laki-laki lain yang telah begitu sabar menunggunya?

Spin off dari Dara Manisku

chap-preview
Free preview
RINDU YANG BELUM USAI
Erika baru saja meletakkan gagang telepon di tempatnya ketika seorang wanita yang seumuran dengannya menghampiri meja kerjanya. "Rika, turun sekarang yuk? Sebentar lagi udah mau jam sembilan," ajak Ema, rekan kerja yang memang satu bagian dengan Erika. "Oke, bentar," Erika meraih ponsel dari atas meja dan memasukkannya ke dalam saku atasan batik yang dikenakannya lalu bangkit dari kursinya, "Yuk." Kedua gadis itu melangkah menuju ke arah lift yang terletak di depan pintu masuk ruangan divisi tata usaha perpajakan. Hari ini di kantor mereka diadakan sosialisasi mengenai penggunaan nomor induk kependudukan sebagai nomor pokok wajib pajak. Para undangan berasal dari berbagai instansi swasta dan acara akan dimulai tepat pukul sembilan. Erika bertugas sebagai salah satu pembicara di acara sosialisasi tersebut yang akan membahas mengenai peran pajak guna menjaga stabilitas ekonomi bangsa. Bagi Erika menjadi pembicara dalam forum-forum yang diadakan oleh instansi tempatnya bekerja bukanlah merupakan hal yang baru. Ia memang sering kebagian tugas seperti itu karena menurut penilaian atasannya selain cerdas, berpenampilan menarik, Erika juga punya kemampuan public speaking yang baik sehingga orang yang mendengarkan penjelasannya tidak akan cepat bosan. Ketika lift telah tiba di lantai yang dituju, kedua gadis itu keluar dari kotak besi itu dan langsung menuju ke ruang auditorium tempat berlangsungnya acara. Dari kejauhan Erika bisa melihat para undangan yang tengah mengantri untuk mengisi daftar hadir. Kedua gadis itu berjalan melewati antrian dan langsung masuk ke dalam ruangan menuju kursi di atas panggung yang menghadap ke arah kursi yang diduduki para undangan nantinya. "Aku ngecek peralatan dulu ya, Em," ujar Erika pada rekannya. "Oke, aku juga mau ngecek souvenir buat peserta dulu, udah beres atau belum," sahut Ema. Keduanya pun lalu berpisah Erika menuju ke arah panggung sementara Ema mendekati meja penerima tamu. Erika membantu memeriksa berbagai kelengkapan yang akan mereka gunakan. Seperti infocus, mic, laser pointer dan sebagainya, memastikan semua sudah dalam keadaan siap dan tidak ada kendala saat akan digunakan. Hampir empat tahun ia mengabdikan diri bekerja di salah satu kanwil ditjen pajak. Dulu selepas wisuda ia memang sempat bekerja di kantor biro konsultasi pajak milik Guntoro, pakdenya, tapi hanya tiga bulan setelah itu ternyata ia lolos seleksi diterima sebagai ASN di Direktorat Jendral Pajak, jadi ia melepaskan posisinya di kantor pakdenya itu dan memulai karir sebagai pegawai negeri sipil seperti yang ia cita-citakan dulu. Sayangnya perjalanan karir yang mulus tak berbanding sejajar dengan kehidupan cintanya. Setelah memutuskan pertunangan dengan seorang sepupu jauhnya karena dikhianati, sampai sekarang Erika belum juga bisa membuka hati untuk laki-laki lain. Ia masih betah mempertahankan kesendiriannya. Padahal ketiga sahabatnya yang lain semua telah menikah. Bahkan saat ini Dara tengah mengandung anak keduanya. Ira telah memiliki satu orang anak berusia tujuh bulan dan Wulan yang baru satu tahun menikah juga telah hamil muda. Seandainya Adit dulu tidak berkhianat, mungkin mereka telah menikah lebih dulu dari pada Wulan yang menikah dengan Wisnu, adik dari Adit. Tanpa sadar Erika teringat lagi kejadian yang menghempaskan perasaan cintanya ke dasar jurang saat ia memergoki Adit menggandeng gadis lain di hari wisuda Erika. Kala itu Erika baru saja keluar dari toilet di sebuah mall yang dikunjungi bersama dengan keluarganya selepas acara wisuda di kampus dan mendapati sepasang sejoli tengah berbincang di lorong yang ada di depan toilet. "Abis ini kita kemana lagi bang?" Erika bisa mendengar sang gadis bertanya pada laki-laki di sebelahnya yang kebetulan berdiri dengan posisi membelakangi Erika, "Aku mau kayak minggu kemarin ya, kita pulangnya habis isya, soalnya kalo pulang sore rumah masih kosong, gak ada orang, aku malas di rumah sendiri." "Terserah kamu mau kemana, abang antar, hari ini free koq, mau nonton juga boleh," mendengar jawaban dari si laki-laki itu tubuh Erika langsung membeku, Pendengarannya tak mungkin salah. Dilihatnya kedua manusia berbeda jenis kelamin itu menautkan jari-jari mereka lalu mulai melangkah ke luar lorong. Bimbang antara melabrak dengan cara kasar atau cara halus, akhirnya Erika memilih bersikap elegan. Ia menghirup nafas panjang sebelum melangkah untuk menyusul kedua sejoli di depannya itu. "Permisiii...," ujar Erika dengan suara ramah yang dibuat-buat.. "Silahkan," terdengar suara sang laki-laki sambil menggeser langkah ke pinggir agar orang yang di belakangnya bisa lewat lebih dului. Tapi begitu netranya bertemu dengan manik Erika, tubuh laki-laki itu langsung membeku, wajahnya pasi.. "E.. rika," Erika mengulas sebuah senyum manis di bibirnya. "Permisi ya bang," ujar Erika lalu melewati pasangan itu, tapi baru dua langkah ia berbalik lagi, "O iya bang, kalo mau nonton lebih baik jangan di sini karena ada mama sama bude Widya, pakde Guntoro juga ada, gak enak nanti kalo ketemu." Setelah berkata begitu Erika langsung berbalik dan pergi meninggalkan Adit dan gadis yang digandengnya dengan pandangan mengabur karena matanya telah dipenuhi dengan cairan bening yang hampir tak terbendung. Erika mengerjapkan matanya yang mulai berembun. Selama ini ia jarang menangis, tapi setiap kali mengingat kejadian itu, ada sesak yang ia rasakan di dadanya. Di hadapan keluarga dan sahabat-sahabatnya, Erika berusaha bersikap tegar, tapi saat sedang sendiri ia sering meratapi nasib cintanya yang kandas di tengah jalan. Para sahabatnya sudah berusaha untuk mencarikan pasangan untuk Erika, tapi gadis itu memang belum berniat menjalin hubungan dengan laki-laki manapun. Mungkin trauma dikhianati membuatnya enggan menerima cinta dari lawan jenis, padahal bukan sedikit laki-laki yang terang-terangan mengutarakan ketertarikannya pada Erika tapi gadis itu tak pernah menggubrisnya. Wulan bahkan sempat mengatakan kalau Erika belum move on dari Adit, mantan tunangannya, tapi Erika tak menanggapinya. Ia sendiri tak mengerti apa yang hatinya inginkan. Kalau melihat ketiga sahabatnya telah hidup bahagia dengan keluarga kecil mereka, tentu saja Erika juga ingin bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Tapi setiap ia ingin mencoba membuka hati, rasanya susah sekali. Setiap laki-laki yang mendekatinya belum ada yang bisa membuat hatinya bergetar seperti dulu. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Wulan bahwa Erika belum move on, tapi tentu saja Erika akan menyangkalnya karena ia tak ingin ketiga sahabatnya mengkhawatirkannya. Sebenarnya tak hanya para sahabatnya yang mengkhawatirkannya, ibunya sendiri sudah sering menanyakan masalah pasangan hidup pada Erika. Pasalnya di usia yang sudah memasuki angka seperempat abad belum ada tanda-tanda kalau Airin akan memiliki menantu dalam waktu dekat. Tentu saja hal ini menimbulkan keresahan tersendiri karena Airin tahu apa yang pernah dialami oleh putrinya itu, jadi ia khawatir kalau Erika masih didera trauma dari kisah cintanya yang telah berakhir dulu. Suara MC yang mulai membuka acara menyadarkan Erika dari lamunannya,. ia segera menuju ke tempat duduk di mana para pembicara yang akan mengisi acara telah duduk di sana, ia pun ikut bergabung bersama mereka. >>>*****finger print. setelah lampu merah berubah menjadi hijau, ia langsung membalikkan badan hendak melangkah pergi. "Dit, mau kemana loe? Buru-buru amat?" tegur Dedi, salah seorang rekan kerjanya dari divisi marketing. "Mau ke acara sosialisasi di kantor pajak," sahut Adit. "Lho, kemaren gue denger yang kesana si Andi," ujar Dedi. "Andi cuti mendadak, pulkam dia, bokapnya masuk rumah sakit," "Koq loe yang turun? biasanya juga anak buah yang kesana?" Dedi masih penasaran. "Gak apalah sekali-sekali, gue pengen tau juga sih sosialisasi ini, jadi nanti kan gue tinggal ngejelasin hasilnya ke anggota yang lain," ujar Adit lagi berusaha memberikan alasan yang masuk akal, "Dah ah, gue duluan ya, takut macet." Sebenarnya benar yang dikatakan Dedi. Biasanya untuk acara sosialisasi seperti ini, perusahaan akan mengirimkan perwakilan dari staf biasa, sedangkan level manager ke atas akan stand by di kantor. Tapi kemarin secara tak sengaja Adit membuka lagi undangan sosialisasi dari kantor pajak itu dan ia menemukan nama Erika yang akan menjadi salah satu pembicara, Ia memang sempat mengetahui kalau gadis itu sekarang telah menjadi pegawai di kantor pajak, walaupun ia tidak tahu di kantor cabang yang mana gadis itu ditempatkan. Makanya begitu tahu kalau Erika menjadi pembicara di acara sosialisasi itu ia memutuskan hadir langsung dan tak akan mewakilkannya dengan staf lain. Dan sekarang ini di sinilah Adit duduk, dua baris dari belakang, agak ke sudut. Setengah jam sebelum acara di mulai Adit sudah tiba di tempat acara karena jarak kantornya memang tidak terlalu jauh dari sini. Setelah mengisi absensi, ia langsung mengambil tempat duduk yang memungkinkannya untuk memandang langsung ke arah pintu masuk dan panggung tanpa terhalang.. Hingga sepuluh menit sebelum acara di mulai, Adit belum melihat kehadiran Erika. Para undangan mulai memadati aula karena sebentar lagi acara akan di mulai. Saat itulah ia melihat Erika berjalan memasuki ruangan dengan mengenakan atasan batik dan rok berwarna biru gelap selutut. Gadis itu masih terlihat cantik seperti dulu dan semakin tampak dewasa. Ada rasa yang membuncah saat Adit bisa melihat gadis itu kembali. Di pertemuan terakhir mereka di mall sekitar satu setengah tahun yang lalu, mereka sama sekali tidak bertukar sapa bahkan Erika sama sekali tak meliriknya. Sebenarnya Adit sudah beberapa kali ingin mencoba menemui gadis itu tapi ancaman mamanya membuatnya tak berkutik. Ya, Rina selalu mengancam agar Adit jangan lagi mengganggu Erika, karena setelah mengetahui kalau Adit yang bermain api di belakang tunangannya, Rina merasa malu sekali. Makanya ia mewanti-wanti putranya itu agar jangan sekali-kali menemui Erika. Karena Rina tak mau Erika tambah terluka jika melihat Adit karena pasti akan mengingatkan Erika akan pengkhianatan laki-laki itu. Selama ini Adit berusaha menuruti perintah mamanya, karena ia tak mau kalau wanita yang telah melahirkannya itu semakin marah dan mendiamkannya lagi. Adit kapok. Setelah putusnya hubungan pertunangan dengan Erika dan Rina mengetahui pengkhianatan Adit, lebih dari setahun mamanya itu tak mengacuhkannya. Rina tak pernah lagi menanyakan kabar bahkan kalau pun datang ke Jakarta, Rina tak mau mampir ke apartemen tapi malah menginap di rumah Widya. Semarah itu mamanya pada Adit. Bahkan waktu Wisnu meminta restu untuk melamar Wulan, mamanya langsung menyetujuinya tanpa menanyakan pada Adit apakah ia akan menikah lebih dulu sebelum Wisnu. Rina memang tidak menyetujui hubungan Adit dengan Almira, itu kerap dikatakannya pada Handoko, yang lalu menyampaikannya pada Adit. "Jadi Adit harus gimana, Pa? Erika udah mutusin pertunangan, gak mungkin Adit paksa dia untuk tetap menikah sama Adit," keluh Adit pada Handoko suatu kali. "Sebenarnya mamamu gak mengharuskan kamu menikah dengan Erika. Mungkin kalian memang tidak berjodoh," sahut Handoko kala itu, "Tapi mamamu itu terlanjur kecewa sama kamu. Kalau kalian pisahnya memang baik-baik pasti mamamu juga tak akan semarah ini." Akhirnya setelah hampir tiga tahun menjalin hubungan, Adit dan Almira pun putus karena Almira tidak bisa lagi menunggu Adit yang tak kunjung memberi kepastian kapan akan menikahinya. Almira menerima perjodohan yang telah diatur orang tuanya dan menikah tiga bulan setelah putus dari Adit. Sekarang gadis itu bahkan sudah memiliki seorang bayi berumur lima bulan. Suara pembawa acara menyentak Adit dari lamunannya. Acara dimulai dengan pembukaan dan perkenalan kemudian langsung dilanjutkan dengan paparan dari pembicara pertama. Adit mengikuti dengan tekun apa yang disampaikan oleh pembicara. Sampai saat ini ia masih aman duduk di deretan belakang karena wajahnya juga terlindungi oleh masker yang dikenakannya, jadi Erika tak akan mengenalinya kalau tidak melihatnya dari dekat. Ia akan menuruti perintah mamanya, tidak mencoba menemui Erika. Ia hanya ingin menatap gadis itu dari kejauhan untuk memuaskan rasa rindunya yang belum usai.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.7K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
96.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook