bc

Dalam Dekapan-Nya

book_age18+
1.8K
FOLLOW
9.3K
READ
dark
drama
tragedy
comedy
sweet
Multi-professional Billionaire Writing Contest
humorous
kicking
mystery
scary
like
intro-logo
Blurb

Hidup itu pilihan. Memilih untuk bergerak atau hanya diam saja dalam menerima takdir Allah.Memiliki kehidupan yang indah seperti kasih sayang, paras yang indah, dan rasa yang dibalas oleh seseorang yang kita cintai adalah keinginan semua orang. Begitupun dengan Habibah. Seorang wanita sederhana yang menginginkan kehidupan yang sempurna. Hidupnya yang tak sesempurna orang lain membuat dirinya terus bekerja keras di dunia yang kejam ini.

Habibah Ghazia, wanita berumur 21 tahun yang sedang mngemban pendidikan di salah satu unniversitas kedokteran di Bandung. Wanita berkulit putih, agak chubby, dan memiliki otak yang cerdas. Selain menjadi mahasiswa kedokteran, ia pun menjadi seorang penulis di sela-sela kesibukannya. Sesekali pun ia mengikuti lomba menulis hingga akhirnya ia bisa menerbitkan sebuah novel.

Lain halnya dengan Habibah, Najma Maida Namra memiliki paras yang cantik, hidung mancung, lesung pipit,dan badan yang ramping. Sahabat satu satunya Habibah ini memang mempunyai sifat yang manja namun wajahnya yang terlihat dewasa tidak menggambarkan demikian. Apalagi wanita berumur 20 tahun ini adalah anak semata wayang.

Dunia cinta Habibah pun tak seindah Najma. Habibah yang hanya dimanfaatkan dalam pernikahannya oleh seorang lelaki bernama Syafiq. Lelaki yang hanya mementingkan egonya sendiri untuk keinginannya yang semu. Dirinya yang ingin balas dendam karena cinta pada Najma yang tak terbalaskan. Wanita cantik ini yang lebih memilih kembaran Syafiq untuk menjadi pendamping hidupnya.

Melepaskan adalah pilihan yang tepat bagi Habibah. Setelah dirinya mengetahui dimanfaatkan oleh Syafiq, Habibah pun meninggalkan kota Bandung dan memilih untuk menetap di Yogyakarta mengurus pesantren milik kakak iparnya hingga akhirnya ia pun menemukan cinta sejatinya disana.

chap-preview
Free preview
PERTAMA
                                          Apa yang akan menjadi milikmu tidak akan menjadi milik orang lain                                          Oleh karena itu jagalah apa yang kini kamu miliki                                          Sebelum orang lain menjaganya lebih dalam                                                                                       -''- Seorang wanita yang tengah duduk di kursi begitu fokus dengan laptop yang ada dihadapannya. Wanita yang penuh dengan kesederhanaan itu kini tengah mengotak-ngatik keyboard laptop dan matanya sambil menulusuri berbagai artikel tentang beasiswa dirinya untuk mengambil fakultas kedokteran di Turki. "Habibah!"sahut seorang wanita yang kini berada di hadapannya. Wanita yang bernama Habibah itu tetap dengan keadaannya. "Habibah, hey!"akhirnya sahutan yang kedua kalinya dari Najma menyadarkan Habibah. Najma adalah sahabat Habibah sewaktu masih menginjak Sekolah Menengah Pertama hingga sekarang yang sudah masuk perkuliahan. Wanita yang mengenakan dress hijau toska dengan hijab yang senada itu akhirnya menoleh ke arah sahabatnya. "Kenapa, Naj?" Najma menghela nafas. "Kamu lagi ngapain, sih? Disahutin dari tadi malah fokus ke laptop!"seru Najma dengan kesal. Habibah tersenyum. "Aku lagi nyari beasiswa buat kuliah di Turki."kemudian matanya kembali menelusuri layar laptop. "Turki? Lahh, kan sekarang juga kan kamu lagi kuliah?"kaget Najma kemudian langsung duduk disamping Habibah. "Emang kenapa? Bagus dong kalau aku ke Turki. Harusnya kamu seneng punya sahabat kuliah di luar negeri."tutur Habibah dengan penuh kelembutan. Najma mengerecutkan bibirnya. Najma memang wanita yang agak manja namun kecantikannnya dan kelembutannya tidak menggambarkan demikian. Hidung mancung, bulu mata lentik, badan ramping, memiliki lesung pipit dan kulih putih membuat laki-laki terpesona padanya apalagi ditambah dengan sifatnya yang anggun namun agak menjaga gengsinya. Najma Maida Nimra adalah nama lengkapnya. Wanita keturunan Arab ini kuliah dengan jurusan akutansi dan satu kampus dengan Habibah. Namun lain halnya dengan Habibah. Jika boleh dikatakan mereka itu sungguh berbeda. Habibah Ghazia yang begitu sederhana, begitu penyabar, apa adanya namun cerdas dan dengan besar hati menghadapi sahabatnya yaitu Najma. Berbeda dengan Najma, Habibah mengambil jurusan kedokteran di kampusnya. Berbanding terbalik dengan fisik. Habibah memiliki bulu mata yang biasa saja, dan badan yang tak seindah Najma. Namun Habibah memiliki kulit yang tak kalah putih dengan Najma Kehidupan pahit adalah guru yang bisa mengajarkan Habibah untuk lebih mandiri dan kerja keras dalam setiap langkahnya. Ibunya yang sudah tiada dan Ayahnya yang kini tengah menjalani hidup dengannya dan ibu tirinya pun adalah kado terindah yang bisa mengajarkannya arti kesabaran dan kini Habibah akan melanjutkan ke Turki jika dia lulus tes. "Habibah, Ayah kamu telepon."suara lembut dari wanita paruh baya mengejutkan Najma dan Habibah. Dua sahabat itu saling bertatapan. Dengan perlahan dan agak ragu Habibah meraih handphone yang sedang di genggam oleh Ibu Najma. "Halo Assalamu'alaikum, Yah." "Wa'alaikumussalam. Sayang kapan pulang?" Suasana seketika hening. Tak ada yang bersuara sepatah kata pun terutama Habibah. Sudah dua hari Habibah menginap di rumah Najma. Ada suatu hal yang telah menyayat hatinya hingga akhirnya Habibah terpaksa menginap di rumah Najma. "Secepatnya, Yah."cukup dengan jawaban inilah yang bisa Habibah sampaikan. Karena jujur ia tak tahan jika harus menjelaskan semuanya. Air matanya tak bisa lagi ia bendung setiap kali berbicara dengan Ayahnya. "Kamu selalu bilang begitu tapi tidak ada hasilnya." tutur Ayah Habibah di sberang telepon sana. "Maaf, Yah udah adzan magrib. Habibah mau ke masjid. Assalamu'alaikum."Habibah langsung memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengar jawaban salam dari Sang Ayah. Najma dan Ibunya saling menatap. Mereka berdua pun bingung. Jika ikut campur itu pasti tidak mungkin maka Najma dan Ibunya hanya bisa mencoba membantu dan mengerti apa yang dirasakan oleh Habibah dengan cara memberi waktu untuk Habibah menginap di rumah Najma. "Sebaiknya kamu pulang, Habibah." saran Ibu Najma. Habibah hanya mengangguk. Habibah segera menutup laptopnya dan bersiap-siap pergi ke masjid untuk mengajar bersama Najma. Mereka berdua pun pergi lalu pamit pada Ibu Najma. Suara iqomah sudah terdengar ketika mereka berdua berada di perjalanan yang hanya lima menit saja pun sudah tiba di masjid. Tak lama kemudian suara salam terdengar ketika ketiga raka'at magrib telah dilaksanakan. Habibah dan Najma pergi ke tempatnya masing-masing untuk mengajar karena anak-anak sudah menanti. "Kak Najma!"sahut seorang wanita kecil sambil memeluk Najma. Habibah yang melihatnya langsung tersenyum dan pergi ke tempatnya. "Assalamu'alaikum."ucap Habibah dan langsung dijawab oleh anak-anak usia sepuluh tahunan. "Kak Habibah kemana aja? Ko jarang ngajar?"tanya Fani. Wanita kecil yang begitu menantikan kehadiran Habibah. Anak-anak yang lainnya pun ikut bersuara karena mereka begitu merindukan kedatangan gurunya. "Iya kemana aja sih, Ka? Sibuk ya?"kata Aziz. Habibah hanya tersenyum mendegar celotehan anak didiknya. "Iya kakak sibuk kuliah tapi Insyaallah kakak usahain dateng terus buat ketemu adek-adek yang sholeh dan sholehah ini."jawab Najma sambil mengelus kepala Aziz yang tertutupi peci. Mendengar ucapan Habibah anak-anak langsung bersorak keras hingga Pak Imron, Ustad di masjid Al-Muttaqin ini memberikan isyarat supaya jangan berisik. "Ihh kalian. Udah ahh ayo mulai ngajinya!"sambung Habibah sambil terkekeh. "Habibah, bantu aku ihh!"suara Najma sambil memeluk pundak Habibah hingga mengejutkan Habibah yang sedang memberi nilai di buku anak-anak. Habibah menoleh begitipun dengan anak didiknya. Habibah mengerutkan dahinya. "Kenapa?" "Liat tuh Bang Malik liatin aku terus. Jadi serem liatnya."jawab Najma sambil memandang Bang Malik yang memang benar tengah mencuri-curi pandang pada Najma. Habibah tertawa kecil. "Terus?" Najma memukul bahu Habibah. Disaat ketakutan seperti ini tapi Habibah hanya menanggapi dengan santainya. "Bang! Zinah mata lho!"ujar Habibah sambil bertepuk tangan agak keras supaya Bang Malik terdengar walaupun berada di seberangnya. "Eehh, ii..iyaa, Habibah". Bang Malik langsung gelagapan dan menunduk sedangkan Habibah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Bisa-bisanya Bang Malik yang sedang mengajar pun tidak bisa fokus hanya karena wanita pujaannya berada di ruangan yang sama. "Resiko orang cantik."gumam Habibah sambil tertawa pada Najma yang sedang bersembunyi di belakang punggungnya. Bang Malik adalah salah satu pengajar di masjid Al-Muttaqin. Usianya berbeda empat tahun dengan Najma sedangkan dengan Habibah hanya terpaut dua tahun. Bang Malik memang sudah menyimpan rasa pada Najma dari beberapa tahun lalu saat Najma pertama kali mengajar di masjid ini. Sifatnya yang over protektif dan cemburuan membuat Najma risih jika Bang Malik menghubunginya bahkan bertemu seperti saat ini. Bukan hanya Bang Malik saja yang seperti itu, adiknya Bang Malik yaitu Bang Agam juga mengincar Najma. Ya beginilah Najma. Wanita pujaan semua lelaki. Memangnya lelaki mana yang tidak tertarik pada wanita seperti Najma. Wanita yang sudah dikenal orang sebagai wanita sholehah. Najma memang begitu beruntung karena banyak orang yang menyayanginya. Hidupnya yang cukup mewah, orang tuanya yang selalu memanjakannya, serta fasilitas yang memadai melengkapi kebahagiaan hidupnya. Habibah selalu berpikir mengapa hidupnya tak seperti sahabatnya? Mengapa hidupnya begitu berbanding terbalik dari kehidupan sahabatnya? Bahkan untuk dikagumi oleh seorang "Lelaki" pun Habibah tidak pernah. Namun dengan cepat ia selalu mengusir pemikiran-pemikiran yang tak bermanfaat itu. "Astagfirullah."Habibah menghela nafas sambil mengingat nikmat Allah yang begitu besar namun tetap saja ia lalai akan nikmat-Nya. Habibah selalu berusaha untuk melihat kebawah karena dengan cara itu ia tahu bagaimana indahnya hidup dengan bersyukur. Habibah selalu berpikir dewasa karena dengan cara itu ia akan tahu apa makna hidup sebenarnya dan Habibah selalu mengingat Allah dalam keadaan apapun. Jika bukan karena kasih sayang Allah, Habibah tidak akan bisa merasakan keindahan dan kenikmatan hingga saat ini yang nyatanya ia masih bisa bernafas gratis, melihat dengan jelas, mendengar suara dengan penuh kemerduan, dan berbicara dengan penuh ketenangan ketika membacakan ayat suci Al-Qur'an.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

RAHIM KONTRAK

read
418.3K
bc

LARA CINTAKU

read
1.5M
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.2K
bc

Noda Masa Lalu

read
183.7K
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M
bc

Nur Cahaya Cinta

read
358.7K
bc

Turun Ranjang

read
578.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook