bc

Blind Love Andrian Ansell

book_age18+
981
FOLLOW
5.2K
READ
drama
sweet
like
intro-logo
Blurb

Andrian Ansell adalah seorang cowok tinggi berbadan kekar, berambut hitam pekat, disertai dengan wajah yang tampan, juga terkenal dengan kekayaan hartanya. Sayangnya, Andrian memiliki satu kebiasaan yang buruk, tidak sepantasnya cowok tampan sepertinya memiliki kebiasaan seperti ini. Menyakiti dan mempermainkan perasaan seorang cewek itu adalah kepandaian dari diri Andrian Ansell.

chap-preview
Free preview
Episode 1
Semua orang pasti dapat memenangkan Andrian Ansell!  Dari cara bagaimana Andrian dapat membuat sebagian cewek menjadi tergila-gila. Dengan badan yang kekar tinggi, dan seragam putih lengan panjang yang dilipat sebawah siku, kupas dengan wajah tampan, kupas jika cewek tidak tergila-gila berusaha. Seperti sekarang saja, jika Adrian sedang berjalan pasti semua cewek melirik dan memandangnya seperti sedang melihat seorang aktris yang lewat dihadapan mereka. Seperti adegan saat ini saja, seorang cewek yang sedang berusaha ingin mendapatkan hati Andrian, dengan tidak memerlukan malunya cewek itu yang menembaknya duluan, bahkan dihancurkan banyak siswa siswi yang ada di sekolah itu.  "Maaf, mau jadi pacar lo." Ujarnya tidak layak malu.  "Gue gak mau sama lo, daisy." Ucap Andrian seraya mengepiskan kembali yang sejak tadi dipegang oleh Daisy.  "Tapi gue bakalan lakuin apa aja yang lo mau, asalkan gue bisa jadi pacar lo." Bukannya merasa malu, Daisy malah semakin memohon pada Andrian.    Andrian diam bertanya, padahal dua sahabat dibelakangnya malah menertawakan melihat Daisy yang terus memohon kepada Andrian. Kedua sahabatnya yakin Andrian pasti menolaknya kasar, karena suka biasa menolak cewek dengan kasar, Andrian juga pintar dalam hal memain-mainkan perasaan cewek.  "Kenapa gak ngerti-ngerti sih sejak tadi, dasar bego." Andrian yang sudah mulai kesal dan kasar. Namun demikian Andrian begitu, tetapi dia tidak pernah sama sekali berjuang untuk melukai fisiknya, bahkan tidak berani menantang bahkan jika Andrian sedang marah. Andrian hanya kasar dalam pembicaraan dan perasaan, tetapi tidak dengan kekerasan.  "Lo juga kapan saja mau ngertiin perasaan gue, sejak dulu gue ngejar-ngejar sampai sampe sekarang baru gue berani buat ngomongin semua isi perasaan gue sama lo."  Semakin Andrian kasar, semakin Daisy menjadi-jadi.  "Sejak kapan saja jadi cewek bego, gak bisa mikir. Gue PERJELAS sekali lagi ya, GUE GAK MAU SAMA LO. Udah minggir, laki-laki gue liat maju lo."  Andrian berusaha menjauhkan dirinya dari hadapan Daisy yang sejak tadi menghalangi pandangan dan arah jalannya. Namun sebelum Andrian semakin jauh dari Daisy, Andrian malah kembali menghampiri Daisy dan berjongkok menghadap Daisy yang sedang terduduk diam habis memohon kepada Andrian. Tatapan Daisy saat melihat Andrian kembali ke hadapannya terlihat begitu banyak harapan yang Daisy nanti-nantikan.  "Kenapa balik lagi? Lo mau nerima gue?"   Ucap Daisy yang masih saja terus mengharapkan kata IYA dari Andrian. Meskipun mungkin Andrian sudah cukup membuat hatinya tercabik-cabik, tapi tetap saja Daisy masih memohon kepada Andrian.  "Gue mau nerima lo? Sorry gak bakalan gue terima. Gue cuma mau bilang satu hal lagi sama lo, mulai detik ini lo jangan pernah ganggu hidup gue lagi, apalagi sampe ngedeketin. Gue muak liat tingkah konyol lo yang berusaha mau jadi pacar gue."   Andrian kembali berdiri seperti merayakan sebuah kemenangan, dan kembali menjauh dari Daisy yang semakin tertunduk diam dan merasakan kehancuran dalam hatinya.  "Lo gak bisa nolak dan mempermalukan gue seenaknya gini Andrian. Sampai kapan pun gue bakalan terus ngejar lo sampai gue bisa dapetin lo selamanya!"  Ucap Daisy yang berteriak, semakin memenuhi seisi lorong sekolah itu.  Dengan seiring berlalunya Andrian dari hadapan Daisy, dua sahabat Andrian ternyata belum menyusul Andrian sahabat mereka yang sudah lebih dahulu meninggal kan mereka berdua.  "Kami berdua ikut pergi juga ya cantik."  Ujar Revan dengan tangan yang menyentuh sedikit dagu Daisy disertai dengan tawa yang terlihat begitu puas melihat keadaan Daisy saat itu.  Sontak saja, lorong yang dipenuhi siswa siswi itu menjadi ramai, hinaan, cacian, dengan tertawaan yang begitu nyaring, semakin mempermalukan suasana Daisy yang masih terduduk ditengah kerumunan itu.  Daisy berlari menjauh dari keramaian didorong itu, dari orang-orang yang terus memperhatikan sepanjang Daisy berlari, tawa yang semakin terngiang di telinganya, dan sorak sorai hinaan dan cacian yang terus mereka lontarkan untuk Daisy. Untuk sementara Daisy tidak memperdulikan keramain itu, Daisy terus berlari semakin jauh dari lorong itu, hingga pada akhirnya Daisy masuk ke sebuah kamar mandi yang disekolah nya.  Daisy ambruk, menunduk dengan tangan yang menutupi semua permukaan wajahnya,yang disertai dengan isak tangis yang terlihat begitu sakit.  "Baru kali ini gue ngerasain rasa sakit yang kayak gini."  Ucap Daisy dengan air mata yang tidak henti membasahi pipinya yang putih dan mulus. Mungkin kali ini bagi Daisy, sesakit-sakitnya pisau tumpul yang ditusukkan tidak akan sama sakitnya seperti apa yang dirasakan Daisy saat ini.  "Lo harus tau Andrian, sejak dulu gue sayang sama lo, tapi baru kali ini gue berani ngungkapin semuanya sama lo. Rasa sakit yang lo berikan ini sama gue, gak bakalan ngilangin rasa sayang gue sama lo. Sesakit apapun gue sekarang, gue bakalan terus berjuang dan berusaha buat dapetin lo sampai kapan pun."  Cowok itu adalah Andrian Ansell.  Cowok yang paling tampan yang serba mewah, dan sombong. Andrian memang kasar terhadap cewek, namun tidak bisa berbuat keras. Dia hanya jahat tentang perasaan, makanya wajar saja jika banyak orang yang menyebutnya cowok yang tidak punya hati.  Suasana kelas yang ramai membuat seorang cewek kalem berambut panjang hitam pekat memilih untuk pergi ke luar kelas. Banyak orang yang berlalu lalang disepanjang jalan, disertai dengan sapaan hanya dibalas dengan senyuman samar. Cewek itu mengambil jalan yang berbelok menuju sebuah ruangan perpustakaan dengan satu tangan yang sedang memegang sebuah buku tulis.  Dia adalah Emily Beatricx, cewek yang cuek, berbadan jangkis, berambut panjang hitam pekat, memiliki bulu mata yang lentik dan lebat, dan disertai dengan wajah yang anggun dan cantik. Emily tidak begitu agresif terhadap cowok, kedekatannya pun hanya sewajarnya saja. Tidak seperti Daisy yang begitu tergila-gila cowok, apalagi cowok itu adalah Andrian, sampai-sampai Daisy berani menyakiti dirinya sendiri bahkan sampai mempermalukan harga dirinya didepan banyak orang hanya untuk mendapatkan Andrian si cowok yang tidak punya hati itu,  namun mungkin jika bagi Emily itu adalah hal yang sama sekali tidak penting.  Ketika sampai di depan ruang perpustakaan, Emily malah berdiri disertai dengan bola mata yang melirik kesana kemari. Nampaknya kali ini tidak ada satu pun orang yang berkunjung ke perpustakaan, tidak seperti biasanya yang lumayan agak ramai siswa dan siswi yang berkunjung kesini,  dari yang sedang membaca,menulis,bahkan ada juga sebagian orang yang menjadikan perpustakaan sebagai tempat mengobrol. Namun Emily tidak banyak bertanya akan hal ini, dia langsung masuk ke dalam ruang perpustakaan dan duduk disebuah kursi dan meja yang melingkar. Emily mengambil sebuah buku kecil yang berwarna biru cerah, ternyata Emily suka membaca sebuah buku novel tentang romance. Emily suka cerita tentang romance tetapi anehnya di dunia nyatanya Emily malah terlihat begitu cuek terhadap cowok yang ada disekitarnya. Padahal tidak sedikit cowok-cowok yang menaksir bahkan mengajak Emily untuk berkencan, namun Emily tetap saja menolak. Entah karena apa Emily tidak mau berkencan, biasanya cewek cantik seperti Emily malah lebih agresif dan mungkin bisa jadi lebih banyak mengoleksi mantan.  Emily keasikan membaca buku romance itu, dia tidak sadar, bahwa sejak tadi dia tersenyum sendiri sambil melihat buku itu. Cerita yang menarik dan membuat hati Emily berdebar membuat suasana sangat fokus yang semakin tertuju kepada buku kecil itu, hingga handphone yang berdering beberapa kali itu, tidak bisa Emily dengar karena saking fokusnya membaca buku romance itu. Hingga pada saat halaman yang ke 15, Emily baru bisa menyadarinya bahwa sejak tadi handphone nya berdering.  "Emily lo dimana?"  Ucap salah seorang cewek yang sejak tadi terus menelpon Emily.  "Apaan sih? Gue lagi baca."  Jawab Emily seraya menutup buku kecil berwarna biru yang sejak tadi ia baca.  "Sini dulu, ada berita penting. Gue ada dikelas, buruan kesini."  Emily menutup, dan menyimpannya ke tempat asal Emily mengambilnya. Tidak banyak basa basi, Emily langsung buru-buru pergi ke kelasnya, sebagaimana tadi sahabatnya menyuruhnya untuk pergi kesana.  Dengan nafas yang ngos-ngosan akhirnya Emily bertemu dengan Dara yang sudah menunggunya di dalam kelas.  "Emily buruan sini!"   Teriak Dara yang membuat Emily semakin terburu-buru.  "Ada apa?" Tanya Emily  Memang jika dilihat dari raut wajah Dara, seperti ada hal yang begitu penting yang harus dibicarakan oleh mereka berdua.  "Lo tau Daisy kan? Tadi nembak Andrian loh dilorong, mana banyak banget siswa-siswi yang nontonin kejadian itu, mana Daisy juga ditolak secara kasar lagi sama Andrian. Kasian!  Ya, sekaligus malu aja gitu. Tapi, kalau dipikir-pikir juga, Andrian emang ganteng ya, mana badannya tinggi suspect lagi,kan maco diliatnya. Lagian cewek mana sih yang gak mau kalau diajak kencan bareng Andrian. Menghela nafas bosan dan cape, Emily hanya memperhatikan kehebohan sahabatnya yang satu ini. Memang tidak pernah berubah sejak dulu, jika ada seorang cowok yang tampan, pasti saja Dara selalu paling risih. Buktinya saja sekarang, melihat ketampanan Andrian  sudah sebegitu hebohnya. Padahal menurut Emily justru ketampanan Andrian malah biasa saja, sama seperti cowok yang lainnya.  "Terus masalah pentingnya apa?"   Emily sambil mengangkat satu alisnya disertai dengan muka yang datar, tidak ada ciri yang menunjukan bahwa Emily tertarik ataupun merasa lebih kepo tentang cerita yang dibicarakan Dara baru saja.  "Ya itu tadi masalah pentingnya."  Dara lalu menarik satu tangan Emily untuk lebih mendekat dengannya.  "Lo emang gak tertarik sama sekali sama Andrian gitu?"  Pertanyaan macam apa itu dara!  Pertanyaan yang tidak perlu Emily jawab sama sekali, membuat Emily kembali menghela nafas tidak suka.  Dara memperlihatkan beberapa foto Andrian yang sudah dia copy sejak kemarin-kemarin, dan segera memberikannya kepada Emily untuk Emily lihat.  "Liat deh, tampan kan semua fotonya? Sekalipun dengan foto yang gak sengaja, Andrian tetep aja tampan."  Emily hanya melihat beberapa fotonya, sengaja Emily tidak melihat semuanya karena Emily Andrian cowok yang biasa saja.  "Jadi lo ngoleksi foto cowok itu selama ini?"  Emily seraya mengangkat satu alisnya.  "Iya kan lumayan buat cuci mata."  Dara kembali merapikan foto-foto yang ada di balasan berhasil dengan wajah yang terlihat gembira, lalu kembali memasukan semua fotonya ke dalam saku yang ada di sebelah kiri berseragam putihnya.  "Kalau lo mau, lo bisa ambil foto Andrian punya gue satu."   Sahut Dara sambil menyodorkan satu buah foto Andrian untuk diberikan kepada Emily. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Married With My Childhood Friend

read
43.7K
bc

T E A R S

read
312.7K
bc

Nikah Kontrak dengan Cinta Pertama (Indonesia)

read
450.8K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

HOT AND DANGEROUS BILLIONAIRE

read
570.3K
bc

GAIRAH CEO KEJAM

read
2.3M
bc

Air Mata Maharani

read
1.4M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook