bc

Yours

book_age16+
1.3K
FOLLOW
6.8K
READ
family
friends to lovers
drama
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

Ini tentang Leon yang memilih untuk menjaga sesuatu yang tidak seharusnya ia miliki. Leon menginginkan apa yang tidak seharusnya ia punya. Ia hanya ingin hidup normal seperti teman sebayanya. Memiliki apa yang teman-temannya punya. Itu tidak salah, kan?

chap-preview
Free preview
Prolog
Leonard Dewangga Putra. Cowok enam belas  tahun berparas rupawan dengan hidung mancung, alis tebal, dan rambut berwarna kecokelatan terlihat begitu tenang memejamkan mata di atas bangku sekolah. Bulu mata panjang yang melengkung di atas kelopak matanya yang menutup tampak sangat menawan. Meski ada meja kosong di sampingnya, tetapi tidak ada yang berani mengusik, apalagi sekedar duduk menemani. Terlihat amat nyaman dalam lelap tidurnya meski suara bising di dalam kelas mengalahkan keributan pesta kembang api akhir tahun. Riuh suara celoteh khas remaja belasan tahun terdengar memenuhi ruang kelas sepuluh satu. Keadaan di mana seorang guru tidak dapat hadir untuk mengisi materi pelajaran—yang biasa mereka sebut dengan jam kosong—memberikan kesempatan untuk para murid bersenang-senang. Meski begitu, tidak ada guru yang menegur. Entah mereka terlalu pandai meredam suara ketika guru lewat, atau memang para guru yang kelewat cuek dengan muridnya. Siapa yang peduli. Bagi mereka, masa sekolah adalah masanya bersenang-senang. Segerombolan anak lelaki tengah duduk berkerumun membentuk lingkarang dengan bangku masing-masing yang dipersatukan, bersama ponsel di tangan masing-masing. Sambil sesekali mengumpat karena salah mengambil strategi dalam permainan online. Sementara beberapa anak gadis tak mau kalah, dengan membentuk perkumpulan mereka sendiri sambil berbincang perihal gosip terpanas di sekolah. Tentu saja tidak semuanya seperti itu. Di dalam kelas dengan dua puluh satu siswa, terdapat beragam jenis karakter dan watak berbeda antar mereka. Saat lima orang siswa laki-laki tengah berkumpul di pojok kelas untuk bermain game, di bangku paling depan masih ada siswa siswi teladan yang sibuk membahas soal tugas yang guru mereka berikan. Oh, jangan lupakan si tukang tidur yang kini sudah mengambil posisi paling nyaman, yaitu bangku paling belakang bagian pojok kelas, tepat di bawah AC. “Eh, udah hampir dua minggu loh, Cindy nggak masuk sekolah. Dia beneran hamil, ya?” ucap seorang gadis berambut ikal pada empat temannya yang terlihat semangat menyimak obrolan mereka. Satu temannya mengangguk, lalu berkata, “Parah ya, padahal kelihatannya anak baik-baik, meski pacaran nempel terus sama Kak Dimas.” “Katanya bukan Kak Dimas tahu, yang hamilin. Buktinya sampai sekarang cowok itu masih santai aja masuk sekolah. Malah Si Kak Devan yang tiba-tiba pindah sekolah habis berita Cindy hamil dan di-Drop Out.” Kini temannya, si rambut pendek turut menyahuti dan empat lainnya mengangguk setuju. “Jangan-jangan, emang beneran Cindy selingkuh sama Kak Devan, ya?” Obrolan itu terus berlanjut dengan gonta-ganti topik pembicaraan sampai bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Cowok yang terkenal tukang tidur itu memang tampak lelap memejamkan mata. Namun, sejak tadi telinganya terus bekerja mendengar setiap celoteh murid lain di sekitarnya. Terutama obrolan para gadis tadi. Mendengar nama itu, mendadak ia menjadi gusar dan sulit terlelap meski matanya sudah memejam sejak tadi.   *** Asap tipis tak hentinya mengepul dari mulut Leon yang tengah duduk termenung, di gudang belakang sekolah. Ia menatap kosong pada langit-langit ruangan sempit yang dipenuhi barang-barang tak terpakai. Pikirannya berkelana tentang berbagai persoalan hidup yang harus ia hadapai sedini mungkin. Harapannya tidak terlalu jauh. Jika boleh, ia ingin menjadi anak biasa yang hidup normal pada umumnya. Bermain dengan teman sebaya, atau jika beruntung ia dapat merasakan gejolak asmara di usia remaja. Setidaknya ia cukup memiliki keluarga sederhana yang bahagia tanpa harus repot menutup rapat tentang keluarganya. Semua masih baik-baik saja satu bulan yang lalu. Namun, tiba-tiba hidupnya berubah sejak sang ayah membawa pulang seorang perempuan ke rumahnya. Kehidupan Leon yang terbiasa cuek, kini menjadi banyak perhatian dari makhluk manis yang  biasa orang sebut dengan ibu. Meski memliki ibu adalah impiannya sejak kecil, tetapi bukan yang seperti ini yang ia harapkan. Ia mau menunjukkan pada dunia dengan bangga bahwa ia memiliki ibu. Namun, kali ini ia tidak bisa. Ia menatap jam tangan yang menunjukkan pukul dua siang lewat tiga puluh menit. Sudah hampir setengang jam bel pulang dibunyikan. Ia sungguh malas jika harus keluar sambil berdesakkan dengan yang lainnya. Untuk itu, ia menunggu sekolah benar-benar sepi agar dapat pulang dengan nyaman. Cowok dengan sorot mata tajam itu segera membuang puntung rokok yang sejak tadi menemaninya bersemayam di dalam gudang. Menginjaknya guna mematikan bara api yang tersisa, kemudian segera keluar menuju halaman parkir. Baru berjalan sebentar, langkahnya terhenti seketika ia menatap dua orang di ujung koridor. Cowok itu segera berbalik, lalu bersembunyi di balik pilar besar penyangga lantai dua agar dapat menutupi keberadaannya. Jantungnya kini berdebar semakin kencang. Ia merasa tidak tenang apalagi setelah tanpa sengaja telinganya menangkap obrolan dua orang di sana. "Jadi, nyokap lo belum ada kabar, Dim?" tanya seorang cowok bergigi kelinci yang tengah berdiri—dengan tas ransel di punggung—pada pria lain di sebelahnya. Teman yang ditanya tampak menggeleng dengan tampang lesu dan raut sendu yang terlihat menyedihkan. Leon menghela napas mendengarnya. Perasaannya menjadi semakin tidak karuan. Sudah satu bulan ini ia menghindari the most popular di sekolahnya. Dimas Mahessa, cowok tujuh belas tahun yang memiliki segudang prestasi dan dipuja banyak orang di seluruh penjuru sekolah. Bahkan jika kalian bertanya pada semut di kolong meja saja, maka serangga itu akan menjawab kenal dengan Dimas Mahessa. Sudah satu minggu lebih nama Dimas tak hentinya menjadi bahan perbincangan seluruh warga sekolah. Usai membawa pulang medali olimpiade matematika, juga piala kemenangan bersama tim basketnya, tiba-tiba saja beredar kabar jika murid berprestasi itu telah menghamili kekasihnya. Yang benar saja? Ini Dimas, loh? Dimas Mahessa, si cowok dengan segudang prestasi yang dikenal sebagai manusia paling lurus seantero sekolah. Karena itu, kini segala berita tentang Dimas pun menjadi topik pembicaraan hangat bagi seluruh pecandu gosip di sekolah. Sebenarnya Leon tidak peduli soal itu. Cowok enam belas tahun itu hanya mau agar ia tidak perlu bertemu Dimas meskipun mereka satu sekolah. Sebisa mungkin ia akan berusaha menghindari kakak kelasnya itu setiap kali mereka hampir saja berpapasan, seperti saat ini. Pokoknya kalau perlu Dimas tidak boleh tahu jika ada anak laki-laki berusia enam belas tahun bernama Leonard Dewangga Putra di sekolah mereka. Sebenarnya Leon tidak tega mendengar kabar jika Dimas diterpa gosip semacam itu. Ditambah info terbaru jika ternyata gosip itu salah. Lebih parahnya lagi, yang menghamili kekasih Dimas adalah Devan, sahabatnya sendiri. Cowok itu tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya menjadi kakak kelasnya itu. Pasti sangat berat mengingat hubungan Dimas dengan kekasihnya digadang-gadang sebagai couple goals seluruh siswa di sekolah. Sekali lagi, Leon tidak peduli. Apapun tentang Dimas, Leon tidak mau tahu, tetapi entah bagaimana telinganya tidak pernah absen untuk mendengar bahkan mengetahui kabar terbaru tentang cowok yang satu tahun lebih tua darinya itu. Leon mengintip dari balik pilar tempat ia bersembunyi. Memastikan kedua orang yang ia hindari itu telah menjauh dari sana. Sebenarnya hanya satu orang yang tidak ingin ia temui, karena Leon cukup mengenal satu yang lainnya. Namanya Daniel, Daniel Adidatama. Leon bukanlah anak insecure yang gemar menutup diri dari lingkungan. Tidak sama sekali. Leon cukup akrab dengan beberapa teman di sekolahnya. Termasuk Daniel si ketua tim basket sekolah. Namun, sialnya Daniel adalah sahabat Dimas yang tidak pernah betah berlama-lama berada jauh dari cowok itu. Maka secara otomatis, Daniel termasuk dalam kategori orang yang harus Leon hindari di sekolah. Cowok dengan seragam yang sudah acak-acakan itu berjalan tergesa menuju parkiran setelah memastikan lorong sekolah telah aman. Aman dari keberadaan Dimas maksudnya. Ia segera menyalakan mesin motornya dan melaju pesat meninggalkan tempat yang seharusnya ia dapat belajar dan menimba ilmu dengan tenang itu. Setidaknya Leon harus menunggu dua tahun untuk bisa belajar dengan tenang sampai cowok bernama Dimas Mahessa itu lulus dari sekolah ini.   Tbc ...

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Me and My Broken Heart

read
34.5K
bc

MOVE ON

read
95.0K
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.4K
bc

DIA, SI PREMAN KAMPUSKU ( INDONESIA )

read
470.9K
bc

See Me!!

read
87.9K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.1K
bc

MENGGENGGAM JANJI

read
474.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook